22 Apr 2019
  Humas Berita,

Tri Saktiyana : Pentingnya Menjaga Persepsi Masyarakat

Yogyakarta (22/04/2019) jogjaprov.go.id – Penanganan inflasi  yang selama ini hanya melihat di pasar harus diubah dan dimulai dari sektor produksi. TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah)  tidak boleh hanya membahas harga tapi tidak menyentuh penyebab kenaikan harga, untuk itu TPID harus kerja dari hulu ke hilir. Karenanya harus terlibat mulai dari proses penanaman, proses produksi hingga pendistribusiannya. Demikian disampaikan Sekda Kabupaten Bantul, Drs. Helmi Jamharis, MM saat menerima kunjungan TPID DIY di Pasar Niten pagi ini, Senin (22/04) dalam pemantauan harga dan ketersediaan stok bahan pokok stratetgis ke Pasar Tradisional menjelang Ramadhan.

Helmi menegaskan pula kepada para pelaku usaha, produsen dan distributor di Bantul untuk dapat bersama-sama menjaga komitmen dalam mengendalikan harga bahan pokok.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda DIY, Drs. Tri Saktiyana, MM dalam memimpin rombongan TPID  ke Kabupaten Bantul mengemukakan bahwa Pasar Niten mempunyai lokasi  yang sangat strategis karena bisa melayanai warga Kabupaten Bantul di sebelah utara dan warga Yogyakarta di sebelah selatan, sehingga bagaimana caranya semakin lama agar pasar ini semakin berkembang. Sebagai pasar tradisional, Pasar Niten yang berada di Kabupaten Bantul didorong untuk menjual barang yang diproduksi sendiri di daerah Bantul.

Dalam kesempatan tersebut juga ditegaskan kembali oleh Tri Saktiyana bahwa kegiatan TPID kali ini semestinya tidak hanya memperhatikan harga dan ketersediaan stok, namun perlu diperhatikan bagaimana proses produksinya.

Menurutnya, harga dan stok itu ibarat gunung es yang terlihat di permukaan, namun yang dibawah permukaan dan tidak terlihat adalah sikap masyarakat terhadap harga, persepsi masyarakat terhadap harga, keyakinan masyarakat terhadap harga dan stok. Setinggi apapun harga bila persepsi maupun sikap masyarakat itu terkendali, akan tidak menjadi masalah, namun apabila harga naik sedikit dan stok berkurang sedikit terus menimbulkan persepsi lain di masyarakat maka akan “riweuh” (Bhs. Sunda), tegas Pak Tri panggilan akrabnya. Diperlukan pola komunikasi kepada masyarakat ketika harga mulai sedikit naik  serta pentingnya menjaga persepsi masyarakat.

Sementara itu di akhir kegiatan pantauannya Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, S.T., M.T. melaporkan bahwa, tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan di Pasar Niten ujarnya, namun ada ada kenaikan yang cukup tinggi di komoditas bawang putih sincau yang semula  36 ribu per kilonya menjadi 45 ribu, sedangkan bawang kating yang semula 50 ribu di minggu lalu menjad 55 ribu di hari ini. 

Adapun harga cabe merah keriting naik sekitar 5 ribu  dan cabe rawit merah mengalami kenaikan tujuh ribu rupiah di hari ini yaitu dari 13 ribu minggu lalu, menjadi 18 ribu per kilonya. Untuk harga udang putih mengalami kenaikan 10 ribu per kilonya, dari 60 ribu di minggu lalu menjadi 70 ribu di hari ini.

Balai Besar POM DIY yang terus mengawal kegiatan ini masih menemukan formalin pada teri kecil di dalam surveinya di Pasar Niten. Sehingga masyarakat diharapkan agar lebih hati-hati dalam mengkonsumsinya. (teb)

Bagaimana kualitas berita ini: