09 Agt 2019

Paskibraka DIY Wajib Pahami Ideologi Pancasila

Yogyakarta (08/08/2019)  jogjaprov.go.id – Perwakilan pelajar di DIY yang terpilih menjadi Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka) dinilai memiliki semangat juang dan optimisme yang tinggi. Semangat juang dan optimisme para Paskibraka ini diharapkan bisa menular pada semua wara negara Indonesia untuk mewujudkan negara yang lebih baik.

Demikian diungkapkan Sekda DIY Ir. Gatot Saptadi pada acara pembukaan Pendidikan dan Pelatihan Paskibraka, Kamis (08/08) di Pondok Pemuda Ambarbinangun, Bantul. Nantinya anggota Paskibraka yang terdiri atas 19 orang putera dan 19 orang puteri ini akan bertugas mengibarkan bendera merah putih pada Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus mendatang di Istana Kepresidenan, Yogyakarta.

Gatot memaparkan, kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi para Paskibraka ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman ideologi mengenai wawasan kebangsaan. Hal tersebut bertujuan agar anggota Paskibraka tidak hanya kuat dan paham tentang baris berbaris saja, namun juga memahami dan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi  Indonesia.

“Inti dari pemahaman wawasan kebangsaan dan ideologi Pancasila adalah bagaimana menciptakan pola pikir masyarakat terkait persatuan dan kesatuan bangsa. Pemahaman itu yang harus dipegang oleh adik-adik Paskibraka,” ujar Gatot.

Gatot memaparkan, ada 4 pilar yag harus dipahami terutama oleh Paskibraka terkait persatuan dan kesatuan Indonesia. 4 pilar itu adalah Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun demikian, Gatot menegaskan, komponen utama dari 4 pilar tersebut adalah rasa dan pemahaman. “Rasa yang dimaksud adalah rasa mencintai Indonesia dan paham yang dimaksud adalah memahami arah tujuan  masa depan Indonesia. Dengan begitu, nasionalisme akan tercipta dan tercapai dengan mudah,” papar Gatot.

Saat ini menurut Gatot, banyak terjadi degradasi moral pada pelajar. Hal tersebut bisa disimpulkan sebagai awal kerusakan suatu bangsa. Meningkatnya kekerasan pada remaja, ketidakjujuran, fanatik terhadap kelompok tertentu, rendahnya rasa hormat pada orang tua dan guru, kaburnya perbedaan baik dan buruk, penggunaan bahasa yang buruk, perilaku merusak diri seperti penyalah gunaan narkoba, etos kerja yang memunculkan rasa saling curiga, serta ketidak pedulian terhadap sesama merupakan pertanda awal degradasi moral.

Terkait hal tersebut, Gatot berharap para Paskibraka bisa ikut andil dalam mengurai permasalahan tersebut. Pelajar yang berkualitas tentu akan menghasilkan SDM masa depan yang mumpuni. Disinilah peran Paskibraka sangat diperlukan. Berpegang teguh pada Pancasila menjadi salah satu cara yang ampuh.

Tak hanya pendidikan saja, namun Gatot menegaskan pula bahwa budaya ikut andil dalam menjaga masa depan bangsa. Akar budaya tidak boleh ditinggalkan untuk bisa menjadi bangsa yang bermartabat. Dengan budaya, sejauh apapun perkembangan suatu bangsa, akan tetap memiliki akar yang kuat untuk mengikis degradasi moral.  

“Budaya di DIY menjadikannya istimewa dimata dunia. Mari tetap jaga 5 keistimewaan kita yaitu, keistimewaan kebudayaan, pertanahan, tata ruang, organisasi kelembagaan serta keistimewaan pimpinan kita yang juga merupakan seorang Sultan. Mari kita jaga keistimewaan tersebut dengan menjaga, memahami, mencermati dan mengamalkan pancasila dalam keseharian kita,” himbau Gatot. (In/Yn)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: