29 Nov 2019
  Humas Berita,

Delegasi Nepal Lakukan Study Visit ke DIY

Yogyakarta (28/11/2019) jogjaprov.go.id – Pembangunan di Yogyakarta diarahkan agar selalu mencapai keselarasan antara budaya, alam dan manusianya. Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan semesta, pemerintah harus memenuhi ketersediaan jumlah dan jenis SDM kesehatan, mengupayakan pemerataan SDM Kesehatan, meningkatkan kompetensi/kualitas SDM kesehatan dan meningkatkan kinerja SDM.

Demikian disampaikan oleh Kepala Bappeda DIY, Budi Wibowo, SH. M.M., saat menyampaikan sambutan Gubernur DIY. dalam acara Study Visit Delegasi Nepal bertema “Sistem Kesehatan dan Struktur Pemerintahan dalam Desentralisasi Kesehatan di Indonesia” yang diselenggarakan di Ruang Rapat A, Gedung Bappeda, Yogyakarta, pada Kamis (28/11) pagi.

Pada kesempatan kali ini, Daerah Istimewa Yogyakarta terpilih menjadi provinsi yang dikunjungi delegasi Nepal untuk melihat langsung dan mendapat gambaran pelaksanaan desentraliasi dan sistem kesehatan di Indonesia.

Pelaksanaan kunjungan tersebut memiliki tujuan yang diantaranya, mendapatkan gambaran dan pengalaman untuk meningkatkan sistem kesehatan federal sehubungan dengan desentralisasi dan transisi pemerintahan, mempelajari berbagai pengalaman Negara Indonesia dalam tata kelola kesehatan, dan memahami risiko serta kelemahan dari sistem desentralisasi kesehatan agar dapat dengan tepat merancang langkah langkah mitigasi dan manajemennya.

Study visit ini dilatarbelakangi oleh adanya perubahan konsitusi Negara Nepal yang telah mengalihkan konstituennya ke federalism. Terdapat berbagai bidang dalam pengalaman pemerintah yang kurang dalam hal kapasitas dalam menjalankan sistem yang baru diimplementasikan ini. Menanggapi hal tersebut, Center for Health Economics and Policy Studies (CHEPS) FKM Universitas Indonesia, sebuah pusat penelitian kajian dan konsultasi dibawah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, sebagai mitra Pemerintah Indonesia, memfasilitasi delegasi dari Nepal untuk memberikan gambaran dan berbagi informasi mengenai desentralisasi.

Berbagai hal mengenai sistem kesehatan, isu-isu kesehatan di Indonesia dan desentralisasi kesehatan di DIY menjadi topik pembicaraan bersama narasumber yang hadir. Narasumber tersebut diantaranya Kepala Bappeda DIY, Budi Wibowo, SH. MM., Profesor Pembiayaan dan Manajemen Kesehatan dari Universitas Indonesia, Prof. dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg. Pembayun Setyaning Astutie, M.Kes beserta jajarannya.

Dalam diskusi, Kepala Bappeda DIY, Budi Wibowo, SH. MM. menyampaikan hal-hal yang menjadi pertanyaan pihak delegasi Nepal berkaitan dengan sistem regulasi, izin NGO, dan keistimewaan DIY. Selain itu, Budi juga menjelaskan mengenai status Provinsi Yogyakarta yang merupakan Provinsi Istimewa.

Budi kemudian menceritakan sepenggal sejarah mengenai kesetiaan Keraton Yogyakarta untuk membantu mempertahankan kedaulatan RI pada masa awal kemerdekaan Negara Indonesia dahulu. “Perlu diketahui kenapa spesial, karena memang Yogyakarta ini dari sisi sejarah itu, tidak bisa tidak pemerintah Republik Indonesia mengakui itu istimewa,” ujar Budi.

Sementara itu, isu kesehatan yang menjadi topik yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg. Pembayun Setyaning Astutie, M.Kes. mengenai angka penyakit stunting di Indonesia. Saat ini, penyakit stunting masih menjadi perhatian besar bagi Indonesia dan diharapkan penyakit tersebut dapat ditangani secara tepat. Pihak delegasi Nepal turut menaruh perhatiannya perihal penyebab penyakit stunting. Faktor yang diidentifikasikan oleh pihak Dinkes DIY menyimpulkan bahwa faktor penyebab stunting meliputi kondisi lingkungan, sosial, lebih spesifiknya faktor ekonomi dari suatu keluarga.

“Salah satu strategi untuk mengurangi masalah dari penyakit stunting adalah dengan menyediakan atau memberikan nutrisi. Jadi ketika kami mendiagnosa seorang anak dengan penyakit stunting, pada 10 hari pertama kami akan memberikan anak tersebut suplemen makan, lalu kami akan memantau secara dekat hingga hari ke-90 setelah anak tersbeut didiagnosis stunting. Kami memantau mengenai perkembangnya. hingga di pada hari ke-90 jika hasilnya menunjukan perkembangan positif, kami dapat mengatakan bahwa anak tersebut telah menjadi lebih sehat dan akan kami berikan arahan untuk terus mempertahankan kondisi tersebut.” jelas Pembayun.

Profesor Ascobat Gani selaku Profesor Pembiayaan dan Manajemen Kesehatan dari Universitas Indonesia menjadi fasilitator utama dalam kunjungan ini dan akan mendampingi Delegasi Nepal selama agenda kunjungan di Indonesia berlangsung. Para Peserta Study Visit Delegasi Nepal yang hadir merupakan wakil terpilih meliputi perwakilan pemerintahan pusat dan daerah, Departemen Kesehatan, dan Koordinator Kesehatan tingkat daerah, berjumlah 15 peserta. (Han/teb)

Humas DIY        

Bagaimana kualitas berita ini: