14 Apr 2024
  Humas DIY Berita,

Abhimantrana, Upacara Adat dan Among Rasa Masyarakat Jawa

Yogyakarta (14/04/2024) jogjaprov.go.id - Menggambil momentum ulang tahun penobatan atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas, Keraton Yogyakarta menggelar pameran awal tahun bertajuk ‘Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta’ yang diselenggarakan sejak 8 Maret hingga 28 Agustus 2024.

Pemilihan judul mengacu pada terminologi keraton, manusia sebagai tokoh utama dalam ritus hidupnya, hal sakral yang tak kasat mata yang merujuk pada maksud dari sesaji maupun perihal metafisik. Abhimantrana berarti upacara, doa-doa dan pepujian. 

Pameran ini menjadi sajian dari berbagai upacara adat yang digelar di Keraton Yogyakarta, terutama yang berkaitan dengan fase daur hidup dari Manusia Jawa. Di sisi lain, pameran ini menjadi potret dari ruang informasi bagi pengunjung dalam membaca dan menafsirkan pelestarian budaya yang kontekstualisasi dengan potret hari ini. 

Sangkan Paraning Dumadi menjadi titik awal dari kunjungan panjang Abhimantrana. Di ruang ini ritus hidup manusia dalam lajur kehidupan dirangkum dan diejawantahkan melalui falsafah sangkan paraning dumadi. Masing-masing fase hidup dirayakan dengan upacara sekaligus ditandai dengan simbol arbitrer yang dapat ditinjau dalam tata ruang Kota Yogyakarta antara Panggung Krapyak-Keraton-Tugu Golong Gilig. 

Kurator Pameran Abhimantrana, Mas Jajar Pradanareja Guritno yang memiliki nama lahir Fajar Wijanarko menyatakan pameran Abhimantrana adalah upaya untuk mengenalkan upacara adat yang ada di masyarakat Jawa sekaligus Keraton Yogyakarta. Ide tersebut lantas kemudian direfleksikan dalam filosofi Pangeran Mangkubumi yang dikenal Sangkan Paraning Dumadi.Dalam proses mengejawantahkan filosofi tersebut terdapat proses laku hidup dari masyarakat Jawa. 

"Setiap laku hidup inilah yang kita tandai dengan upacara adat. Masyarakat yang berkunjung pastinya akan mendapatkan informasi secara utuh bagaimana upacara adat di keraton diselenggarakan sekaligus mendapatkan pengalaman langsung terkait dengan salah satu proses adat yang mungkin belum mereka temui," ungkap Fajar kepada Tim Humas Pemda DIY beberapa waktu lalu.

Fajar mengatakan ada salah satu satu showcase upacara adat yang melibatkan partisipasi pengunjung secara langsung yaitu Tedak Siten. Dalam prosesi upacara adat tersebut, pengunjung dapat mengambil informasi yang paling disenangi seperti buku, cengkeh gading, tebu wulung, wayang dan lainnya.

"Masing-masing simbolisasi tersebut ternyata terkandung ternyata mengandung maksud dan makna tertentu. Pengunjung dapat menukarkan kartu yang mereka ambil dari kurungan besar diakhir kunjungan pameran," ujarnya.

Disisi lain pameran ini, pihak panitia pun mengedepankan informasi interaktif dengan pengunjung sehingga mereka bisa mendapatkan keseluruhan informasi secara utuh baik melalui barcode yang disiapkan dengan caption sekaligus wahana interaktif. Dengan demikian pengunjung bisa mengakses informasi digital sehingga tak mendapatkan informasi satu arah.

"Sebenarnya tujuan keraton menggelar pameran temporer ini seperti yang telah disampaikan GKR Bendara sebelumnya. Dimana masyarakat modern sering mengalami gagal terkait dengan kebudayaan, mereka sering kali mengalami krisis identitas atau hal-hal yang sebenarnya sangat dinantikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari justru sering terabaikan," tandas Fajar 

Garis besarnya, Keraton Yogyakarta sangat ingin mengajak masyarakat di Jawa itu hidup berkontemplasi dan penuh dengan rasa atau among roso yang sangat erat dengan upacara daur hidup masyarakat Jawa terutama DIY. Sehingga upacara adat ini juga menghidupkan rasa dari masyarakat Jawa itu sendiri. (Fn/Rcd/Wp/Ip/Ed/Han/Im/Stt/Sd/Yd)

 

-HUMAS PEMDA DIY-

Bagaimana kualitas berita ini: