28 Des 2011
  Humas Berita,

Ajaran ‘Sang Amurwabumi’ Sumber Acuan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa

 

Ajaran Sang Amurwabumi Sumber Acuan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa

Sultan: Kualitas Seorang Pemimpin Harus Disempurnakan Dengan Mengamalkan Ajaran 10 Kesempurnaan Laku

Rektor ISI, Prof.Dr.AM. Hermien Kusmayati selaku Promotor menganugerahkan Doktor Honoris Causa kepada Sultan HB XBANTUL (27/12/2011) pemda-diy.go.id
Gubernur DIY yang juga Raja Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat mengutarakan, dalam Filosofis BedhayaSang Amurwabumi digambarkan bahwa garis kepemimpinan tidak cukup hanya oleh kelangsungan darah saja, melainkan masih diperlukan syarat rumasuk-nya wahyu sebagai bukti lulusnya laku. Bahkan kualitas seorang pemimpin harus disempurnakan dengan mengamalkan ajaran Dasa Paramita (10 KesempurnaanLaku) yang tercermin dalam watak patriotismeSang Amurwabumi.

Watak tersebut tegasnya, diantaranya harus setia pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran, selalu berbuat baik dan sosial. Tetapi pada akhirnya, kekuasaan yang bersumber dari wahyu danlaku yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, harus selalu dibhaktikan demi Hamemayu-Hayuning Bawana, bagi kesejahteraan rakyat, nusa-bangsa dan dunia, serta tetap tunduk-patuh di haribaan Sang Maha Pencipta, kata Sultan HB X dalam pidato pengukuhan gelar Doctor Honoris Causa (HC) bidang seni pertunjukan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, berjudul AjaranSang Amurwabumi: Sumber Acuan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bangsa', Selasa (27/12).

Dikatakan, ajaran filosofis tentang kepemimpinan seorang raja atauSang Amurwabumi mengacu pada Hasta Karma Pratama (8 Ajaran Kebenaran) yang terdiri dari pandangan yang benar, pikiran yang benar, bicara yang benar, perilaku yang benar, kehidupan yang benar, usaha yang benar, ingatan yang benar dansamadi, serta mengacu pada leburnya ajaran Dasa Paramita (10 KesempurnaanLaku) yang terdiri dari kemurahan hati, laku utama, ketenangan dan kesabaran, keberanian, samadi, kebijaksanaan, usaha dan sarana, ketetapan hati, kewibawaan dan kekuasaan, serta ilmu pengetahuan.

Ajaran ini menekankan secara konkrit bahwa dalam kepemimpinan, kelestarian turun (suksesi, regenerasi) yang bisa menjaga nama baik leluhur, bukan semata soal bibit yang baik (prestise) melainkan harus diikuti dengan prestasi. Ini sejalan dengan prasapa Sultan Agung Hanyakrakusuma dalam Sastra Gendhing. Bahwa faktor keturunan bukan hanya dipahami secara biologis atas dasar pewarisan, tetapi secara kultural spiritual yang intinya adalah tekad Nyawiji," papar Sultan.

Nilai-nilai dasar AjaranSang Amurwabumi kata dia, merupakan bagian dari bahan baku yang digunakan sebagai salah satu sumber acuan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. Ajaran filosofis Sang Amurwabumi tersebut, digambarkan dalamBedhaya Sang Amurwabumi ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam bedhaya tersebut ditampilkan sembilan orang penari dimana salah satu diantaranya merupakan putri Sultan, GKR. Pembayun sebagai penari yang menempati posisi jangga.

"Beksan bedhaya dalam komposisi sembilan penari, sejatinya adalah gambaran seluruh organ tubuh manusia secara utuh. Mulai dari otak manusia sebagai sumber kreativitas hingga organ lain yang mendukungnya," ungkap Sultan seraya menambahkan bahwa hal tersebut juga mewakili hasrat pencapaian kestabilan mental dan spiritual seseorang yang telah mencapai kesempurnaan hidup.

Bhedaya
terang Sultan, juga bisa dimaknai sebagai sebuah tarian persembahan kepada Tuhan. Bahkan setiap beksan bedhaya yang tercipta lanjutnya, memiliki latar sosial budaya berbeda. Kesemuanya merupakan ritualisasi tari penuh laku suci yang sarat harapan akan pancaran wibawa dan kharisma 'Tahta Bagi Kesejahteraan Sosial-Budaya Rakyat' yang harus dijalaninya sebagai kewajiban.

Baik sebagai kewajiban untuk memenuhi ikrar dihadapan bapak (Sultan HB IX) maupun demi memajukan kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara," ucap Sultan.

Menurut Rektor ISI, Prof.Dr.AM. Hermien Kusmayati selaku Promotor, tujuan program/kegiatan pemberian gelar Doctor HC ini didasarkan pada jasa luar biasa Sri Sultan HB X di bidang seni pertunjukan bagi masyarakat dan bangsa. Selain itu sebagai upaya meningkatkan daya saing bangsa dan penguatan citra ISI Yogyakarta, serta sebagai upaya untuk semakin memperkenalkan dan menyebarluaskan perhatian, kepedulian, sekaligus keterlibatan Sri Sultan HB X di bidang seni budaya, khususnya seni pertunjukan kepada masyarakat akademis dalam skala nasional maupun internasional.

Melalui upaya ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk semakin bangga, turut peduli dan menjunjung tinggi seni budaya yang kita miliki, terang Hermien. (rsd)

HUMAS

 

Bagaimana kualitas berita ini: