23 Agt 2012
  Humas Berita,

Angka 17 Memang Keramat, Karena Merupakan Anugerah Allah

Angka 17 Memang Keramat, Karena Merupakan Anugerah Allah

 

KEPATIHAN YOGYAKARTA (23/08/2012) pemda-diy.go.id Tujuh Belas Agustus 1945, Soekarno - Hatta telah memproklamasikan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Seperti dimaknai Bung Karno, angka 17 memang keramat, karena merupakan anugerah Allah.

Sebagai wujud syukur di bulan Ramadhan ini, marilah kita panjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkah serta rahmat-Nya, agar bangsa ini tetap merdeka dalam makna yang sesungguhnya, kata Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Resepsi Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI ke-67, Pemerintah Provinsi DIY, di Bangsal Kepatihan, Jumat (17/08 ) malam.

Malam resepsi ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Sultan, didampingi Paku Alam dan Ketua Umum Peringatan HUT RI ke 67, Ir.RM. Astungkoro, MHum, selanjutnya diserahkan kepada wakil generasi muda, Dina Tyas Safitri dan Firman Akbar Yuliansyah dari Paskibraka. Hadir Wakil Gubernur DIY, Paku Alam IX, GKR Hemas, Ketua DPRD Youke Indra Agung Laksana, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, anggota DPRD, para Pejabat dilingkunan Pemprov DIY, beberapa tokoh agama dan masyarakat.

Lebih lanjut Sultan mengatakan, kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para Pendiri Bangsa, bukan hanya untuk jamannya atau terbatas untuk jaman sekarang saja, tetapi juga harus dijaga, dipelihara dan dikembangkan bagi sebesar-besar kesejahteraan rakyat sampai akhir jaman. Padahal jika membuat neraca, bangsa Indonesia terpaksa menundukan kepala, karena potensi sumber daya bumi dan semangat kreatifitas rakyat belum dipimpin secara kompeten.

Pramoedya Ananta Toer, dalam karya monumentalnya Arus Balik. Indonesia, tak habis-habisnya dirundung masalah integrasi, karena sebagai kekuatan bahari Indonesia justru diatur oleh paham kontinental yang meminggirkan wawasan kebaharian, katanya.

Sultan menambahkan, sejak kehadiran Belanda dan Portugis, telah mengubah struktur masyarakat dan pemerintahan. Westernisasi mengubah watak bangsa yang tangguh, pandai memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menjadi masyarakat yang manja, konsumtif sekaligus minim inovasi. Produk-produk asing terus dikonsumsi, sehingga bangsa ini kehilangan kreasi untuk menemukan, mengolah dan mencipta. Sekarang ini, Indonesia bukan saja sering diganggu bencana alam dan musibah, tetapi juga oleh tabiat para elitenya yang korup dan tidak peka akan aspirasi rakyatnya sendiri.

Untuk itu Sultan mengajak untuk mengkokohkan peradaban bangsa. Jangan sampai Indonesia menjadi negara gagal, yang menunggu saat keruntuhan. Maka kerja-kerja pembangunan hendaknya dilakukan menyeluruh dan berkelanjutan tanpa meninggalkan aspek-aspek spiritual.

Setiap Pemimpin mestinya mapu membangunkan etos bangsa, ketika bangsa itu dihadapkan pada perubahan strategis, baik sebagai peluang, ancaman atau harapan, tandas Sultan. (ip/rsd)

HUMAS

 

Bagaimana kualitas berita ini: