03 Agt 2023
  Humas DIY Berita,

Bantul Diguncang Gempa 6,6 SR, Skenario Apik Gladi Lapangan Ardex 2023

Bantul (03/08/2023) jogjaprov.go.id - Gempa berkekuatan 6,6 SR dari kedalaman 20 km, dengan epicentrum di Kapanewon Pleret, Bantul, dirasakan oleh masyarakat pada dinihari tanggal 20 Juli. Raungan sirine ambulans terus terdengar berpadu dengan jeritan permintaan tolong dari masyarakat yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan.

Sejumlah relawan dari berbagai unsur bergerak cepat berusaha memberikan pertolongan pertama pada masyarakat. Namun begitu, suasana semakin mencekam dengan adanya kebakaran yang turut mewarnai, diakibatkan oleh kepanikan warga. Masyarakat sudah melaporkan kejadian bencana tersebut melalui call center 117, berdasarkan likuifaksi yang dipicu oleh gempa yang terjadi di beberapa titik di Bantul.

Demikian skenario Gladi Lapangan ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) 2023, yang digelar di Stadion Sultan Agung, Bantul pada Kamis (03/08). Gladi Lapangan ini berupa simulasi respon darurat bencana wilayah Asia Tenggara dengan skenario rencana kontijensi bahaya gempa bumi di Kabupaten Bantul. Simulasi diikuti oleh 200 tim penanganan bencana gempa bumi yang terdiri atas 10 negara Asia Tenggara dan 9 negara di luar Asia Tenggara.

Tidak tanggung-tanggung, simulasi yang digelar terbilang sangat lengkap. Mulai dari penanganan kebakaran, penyelamatan kecelakaan di dalam kendaraan, vertical rescue, dan berbagai jenis dan karakter korban. Tidak hanya itu saja, bahkan disimulasikan pula pola komunikasi dan koordinasi dari level kabupaten hingga level internasional. Peralatan pun lengkap, bahkan, 1 unit helicopter melengkapi simulasi, selain belasan ambulans dari berbagai rumah sakit, mobil Damkar, hingga kendaraan operasional lainnya.

Plt. Kalak BPBD DIY Noviar Rahmat menjelaskan, DIY dipilih sebagai tuan rumah terutama karena masyarakatnya dinilai sudah lebih siap. Hal ini dibuktikan dengan guncangan gempa pada 30 Juni 2023 lalu yang tidak menyisakan banyak korban dan kerusakan. Menurut Noviar, ketahanan masyarakat DIY dalam menghadapi gempa yang cukup tinggi inilah yang hendak ditunjukkan kepada negara-negara ASEAN. Tentang bagaimana pola penanganan tanggap darurat jika terjadi gempa.

“Tadi kita buat simulasi mulai dari penanganan di tingkat kabupaten, kemudian tingkat kabupaten tidak sanggup karena keterbatasan SDM, logistik dan pembiayaan, kemudian diangkat ke level provinsi. Maka di provinsi mengeluarkan tanggap darurat, kemudian dilakukan penanganan. Nah apabila provinsi belum mampu maka diangkat ke tingkat nasional. Di tingkat nasional inilah dilakukan koordinasi dengan negara-negara di ASEAN. Pola ini yang kita pakai ketika ada kejadian bencana,” jelas Noviar.

Noviar menjelaskan, Ardex 2023 ini digelar sejak tanggal 1 - 4 Agustus 2023, yang dibuka langsung oleh Menko PMK Muhadjir Effendy pada Selasa (01/08) lalu di RAH, Sleman. Selain itu diadakan pula gladi ruangan yang membahas mengenai penanganan-penanganan kebencanaan. Ia berharap dengan ditunjuknya di Indonesia terutama DIY sebagai tuan rumah di tahun 2023 ini, akan menjadikan momentum untuk menciptakan masyarakat yang tahan bencana khususnya di gempa bumi.

“Kita punya 16 risiko bencana yang salah satunya adalah gempa bumi. Harapannya masyarakat jika ada gempa harus mampu melakukan pertolongan pertama. Emergency medical team (EMT) dan Urban Search And Rescue (USAR)nya bisa memberikan pertolongan segera. Tim komandonya terbentuk segera,” ungkap Noviar.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Danang Samsurizal pada kesempatan tersebut mengatakan, gladi ini sudah 2 tahun dipersiapkan oleh BNPB dan BPBD DIY. Mengingat ARDEX memang digelar dalam kurun 2 tahunan. Latihan yang dilakukan pada ARDEX 2023 ini bertahap, berjenjang dan berkelanjutan. Tahap awal meliputi sosialisasi, kemudian workshop, diskusi, dan berbasis operasi, meliputi gladi posko dan gladi lapangan.

Beberapa titik penanganan kasus dibagi untuk ditangani tim dari berbagai negara. Misalnya saja untuk tim malaysia yang bertanggungjawab atas penanganan korban yang membutuhkan metode vertical rescue, atau kasus kebakaran yang menjadi tanggungjawab Damkar Bantul.

“Pembagiannya tim sesuaikan dengan permintaan dari masing-masing negara.  Saya ingin latihan ini, saya titip ke bagian ini, misalnya begitu. Beberapa ada yang masih junior juga dan mereka mendapatkan pengalaman dari para seniornya untuk belajar dari negara-negara di ASEAN,” jelas Danang.

Sementara ini, 1 tim murni berasal dari satu negara saja, tidak digabung dengan anggota dari negara lainnya. Hal ini untuk penyesuaian ritme kerja agar proses latihan tidak terhambat. Sementara dari Indonesia, Danang mengatakan ada 2 tim yaitu kesehatan dan tim SAR. Dari masing-masing daerah pun turut pula dilibatkan tim-tim pendukung gladi, selain tentunya tim inti INASAR milik BNPB. Karena menurutnya, penting dari daerah untuk melihat langsung kinerja tim nasional yang memiliki kemampuan lebih spesifik.

“Saya bisa pastikan setelah latihan ini mereka (anggota regu penyelamat) meningkat kapasitasnya. Mereka jadi tahu terutama ketika membantu di negara Indonesia. Bagaimana aturannya, bagaimana iklimnya, seperti apa kesulitannya yang akan dihadapi, mereka akan lebih paham,” ujar Danang.

DIY menurutnya sangat beruntung karena latihan yang disuguhkan adalah kebutuhan-kebutuhan spesifik. Kemampuan yang meningkat menjadi harapan terbesar Danang.  “Saya berharap mereka bisa tergugah untuk meningkatkan keterampilan dan keahliannya, dan muncul keinginan harus bisa seperti itu. Masa minta tolong terus, harus bisa mengatasi semuanya sendiri,” tutup Danang. (uk/ts/jon)

Humas Pemda DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: