29 Mei 2024
  Humas DIY Berita,

Bhinneka Tunggal Ika Jadi Etos Bangsa Perkokoh Kebangsaan

Yogyakarta (29/05/2024) jogjaprov.go.id – Setiap budaya mempunyai mitos yang baik dan buruk. Untuk itu, Bhinneka Tunggal Ika semestinya dijadikan sebagai etos bangsa untuk memperkokoh kebangsaan di tengah tarikan globalisasi budaya.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono mengungkapkan hal demikian dalam agenda Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII Tahun 2024 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI yang digelar Rabu (29/05) di Ruang Bhinneka Tunggal Ika, Gedung Pancagatra, Timur Lemhannas RI. Sri Sultan mengatakan, keberagaman yang ada di Indonesia merupakan potensi kekuatan RI.

“Republik ini bukan mengenai mayoritas minoritas. Semua dihargai sama. Etnik atau suku sekecil apapun juga tetap dilindungi oleh konstitusi. Keberagaman itu potensi kekuatan republik ini. Sehingga bagi saya, Bhinneka Tunggal Ika kalau hanya sekadar semboyan saja mitos. Tapi kalau menjadi etos kerja, Bhinneka Tunggal Ika itu bisa menjadi strategi integrasi bangsa. Diarahkan sebagai tujuan untuk selalu menghargai keberagaman dan tidak ada dominasi. Tidak ada mayoritas minoritas,” tutur Sri Sultan.

Sri Sultan menyampaikan, penting untuk menciptakan keberagaman yang terjalin dengan didukung upaya saling menguatkan. “Karena kita bukan hanya hidup lebih rukun dengan kepekaan akan hak-kewajiban individual-sosial yang lebih tinggi. Tetapi dalam konteks keberagaman, kita juga akan sanggup melaksanakan rencana-rencana pembangunan dengan sesedikit mungkin distorsi, saling curiga, dan kesalahmengertian,” ujar Sri Sultan.

Sri Sultan menyebutkan, perbedaan atau keanekaragaman tidak hanya melulu soal budaya, melainkan juga agama dan gender. Oleh karena itu, menurut Sri Sultan, seorang pemimpin atau kepala daerah harus bisa melindungi dan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakatnya dengan segala perbedaan yang ada.

Sri Sultan mencontohkan, dalam menjalankan pemerintahan di DIY, agama dan gender tidak pernah ia jadikan sebagai suatu persoalan. “Mestinya tidak ada persoalan menyangkut agama. Saya tidak pernah mempersoalkan masalah agama. Tapi orang itu memang mampu atau tidak. Demikian pula, saya juga tidak pernah masalah dengan kesetaraan gender. Kalau memang wanitanya lebih unggul dari laki-laki, tidak ada masalah,” ungkap Sri Sultan.

Selain itu, sebagaimana tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2024 yakni ‘Bangkit untuk Indonesia Emas’, Sri Sultan mengatakan, tema tersebut bukan hanya slogan melainkan sebuah seruan untuk terus mengarungi zaman dengan semangat yang tidak terpadamkan. Seruan yang menjadi ajakan untuk bersatu padu, meleburkan segala perbedaan, membawa energi Indonesia menjadi lentera pemandu bagi bangsa yang terus berjalan menuju masa depan gemilang.

“Indonesia haruslah mampu memakmurkan, memajukan dan memberi rasa keadilan bagi seluruh rakyat dengan pembangunan peradaban yang bukan lagi mitos, tetapi maujud menjadi etos bangsa yang konstruktif, visioner, antisipatif, progresif, kritis dan berkelanjutan,” kata Sri Sultan.

Sri Sultan pun mengajak seluruh masyarakat untuk merawat persatuan dalam keberagaman sebagai suatu nikmat dan kekayaan. Merawat yang berarti melakukan upaya serta menjaga rasa persatuan agar lestari serta agar persatuan terus tumbuh dan berkembang.

“Kebergaman adalah konsep Tuhan dalam misteri penciptaan alam semesta ini. Kita tahu pasti bahwa tidak ada satu ciptaan-Nya yang identik sama, pastilah ada banyak perbedaan meskipun sekilas nampak sama. Maka keberagaman adalah sebuah keniscayaan yang sudah seharusnya kita hargai dan kita syukuri,” jelas Sri Sultan. (Han/Yci)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: