07 Nov 2022
  Humas DIY Berita,

Big Data Jadi Jawaban Penanganan Isu Global

Sleman (07/11/2022) jogjaprov.go.id – Saat ini dunia sedang menghadapi isu-isu global seperti lingkungan, perubahan iklim, kesehatan, kerawanan pangan, pemulihan ekonomi atau perpindahan manusia. Untuk menangani hal tersebut, dibutuhkan data yang relevan dan tepat waktu.

Guna merespon kebutuhan dunia akan data tersebut, UN Big Data bersama BPS RI menggelar 7th International Conference on Big Data and Data Science for Official Statistics, Senin (07/11) di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Sleman. Kegiatan ini bertujuan untuk  menjawab tantangan dan kebutuhan global akan pentingnya data yang relevan dan tepat waktu. Konferensi Big Data ini akan berlangsung dari 7 hingga 11 November 2022 di DIY, Indonesia dan fokus pada penggunaan sumber data baru dan penggunaan ilmu data. Selain itu juga akan mencakup  Hackathon Big Data 2022.

Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS RI Imam Machdi mengatakan, komunitas statistik bertugas untuk menyampaikan data, khususnya data  mengenai tujuan pembangunan berkelanjutan. Isu-isu yang muncul membutuhkan produksi indikator yang tepat waktu dan fleksibel dan harus dikerjasamakn dengan mitra strategis dari sektor publik, swasta serta akademisi.

“Dipercayanya Indonesia untuk menjadi penyelenggara Big Data ini karena kita BPS RI telah memberikan kontribusi Big Data melalui  Mobile Positioning Data (MPD) untuk menghasilkan official statistik di bidang statistik pariwisata. Hal ini termasuk juga menggunakan MPD untuk memprediksi atau mengestimasi emisi wilayah metropolitan,” papar Imam.

Tercatat, saat ini ini acara diikuti oleh 98 partisipan dari peserta luar negeri yang hadir dari 40 negara. Tingginya animo pada acara bertaraf internasional ini menunjukan bahwa Big Data ini sangat penting untuk mengimbangi kecepatan dinamika sosial ekonomi yang begitu tinggi. Namun, tantangan yang dihadapi adalah validitas dari Big Data ini menjadi isu karena banyaknya informasi hoax yang beredar di internet.

“Kita harus mampu memfilter itu menghasilkan basic atau source yang kita gunakan. Itulah nanti yang akan kita manfaatkan untuk menghasilkan official statistic,” terangnya.

Secara khusus Imam menyampaikan konferensi Big Data membawa kontribusi bagi DIY yang bisa belajar lebih cepat dalam mengelola ilmu sains data.  Di sisi lain, potensi yang dimiliki DIY baik bidang pariwisata maupun ekonomi bisa dikelola dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhan.

“Contoh BPS menghasilkan statistik pariwisata, bisa ketahui kunjungan wisatawan ke destinasi. Sebelumnya dari lapangan, sekarang bisa pakai big data. Kita bisa pantau gerakan mobil phone, saat lakukan perjalanan ke destinasi wisata. Dari mana ke mana bisa kita hitung melalui big data. Dulu perlu 6 bulan tapi sekarang bisa 2 bulan saja. Ini bisa membawa manfaat bagi pemerintah, termasuk di DIY,” tutur Imam.

Ashwell Jenneker, Deputy Stastistician General, South Africa and acting chair of UNCEBD menuturkan, Big Data bisa dimanfaatkan untuk sektor kehidupan manusia. Seperti misalnya mengidentifikasi kejernihan air sungai, sensor pergerakan kapal sebagai identifikasi aktivitas ekonomi hingga pantauan handphone yang bisa mendeteksi zona merah Covid – 19 saat wabah melanda. Untuk bisa mengolah Big Data ini memerlukan ilmu khusus yaitu sains data.

Sains Data banyak diperkenalkan di perguruan tinggi sebagai trend untuk memanfaatkan data yang ada di sekitar. Tidak hanya data yang dimiliki oleh pemerintah tetapi data yang dimiliki oleh berbagai pihak swasta termasuk juga data yang bersumber dari komunitas.

“Di Africa Selatan kita memakai teknologi ini untuk mendeteksi wilayah-wilayah mana yang memang menjadi wilayah merah zona merah dari Covid-19. Kemudian juga wilayah mana yang hijau pergerakannya, bisa diidentifikasi dan bisa memberikan warning kepada penduduk untuk jangan ke wilayah merah. Jadi kurang lebih seperti itu big data bekerja,” jelas Jenneker.

Program konferensi akan terdiri dari Dialog Menteri pada hari pertama dengan tema utama "Pemulihan Ekonomi Global", "Ketahanan Pangan" dan "Akses Data Terkait". Hari kedua akan ada dialog dengan para ahli dari komunitas statistik global. Komite Ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Big Data dan Ilmu Data untuk Statistik Resmi akan meninjau dalam sesi terbuka pekerjaan tahun lalu dan, yang lebih penting, akan membahas cara ke depan dalam menggabungkan data besar dan ilmu data ke dalam proses bisnis standar organisasi statistik. Bagian akhir minggu ini akan menampilkan Hackathon Data Besar 2022 serta beberapa lokakarya. (uk/ts/jon)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: