19 Jan 2024
  Humas DIY Berita,

BPBD DIY Minta Masyarakat Siaga dan Tidak Panik Hadapi Badai Anggrek

Yogyakarta (19/01/2024) jogjaprov.go.id –  Badai Siklon Tropis Anggrek diprediksi akan terjadi di DIY pada 18 – 22 Januari 2024, mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai petir dan angin kencang. Selain itu, badai ini juga mengakibatkan terjadi potensi tinggi gelombang 2.5 - 4.0 meter (Rough Sea) di Samudra Hindia selatan Jawa dan Perairan Selatan Yogyakarta.

Terkait dengan hal tersebut, Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad  telah mengerahkan banyak potensi untuk bersiaga. Tidak hanya potensi dari BPBD provinsi dan kabupaten/kota, namun Noviar menyebut sudah mempersiapkan relawan-relawan di tingkat kalurahan untuk bersiaga, guna mengantisipasi berbagai kemungkinan.

DIY memang dilanda hujan yang relatif intens disertai dengan angin kencang pada beberapa hari belakangan ini. Para relawan di masing-masing kelurahan melalui Forum Pengurangan Risiko Bencana di Tingkat Kelurahan akan dengan sigap menangani apabila terjadi dampak buruk, seperti misalnya pohon tumbang. Apabila tidak tertangani, maka, potensi dari kabupaten/kota serta  provinsi akan turun tangan. Pemaksimalan relawan ini dilakukan, mengingat banyak potensi pohon tumbang yang diprediksi akan terjadi.

“Kita bukan patroli, karena relawan di setiap lokasi sudah siaga. Contohnya tadi malam, itu ada sekitar 10 pohon tumbang dan itu sudah terkondisi dengan relawan-relawan yang sudah langsung menangani di masing-masing lokasi kejadian. Bahkan ada satu rumah yang tertimpa pohon di daerah Hargobinangun, juga sudah tertangani oleh relawan yang sudah berada di tingkat kalurahan,” papar Noviar saat dihubungi via telepon pada Jumat (19/01).

Noviar menjelaskan, Siklon Anggrek diprediksi memang memberikan dampak negatif lebih banyak pada DIY di sisi selatan. Masyarakat di sepanjang pantai selatan harus lebih waspada karena memang gelombang tinggi saat ini sudah naik hingga 4 meter.

“Kami berharap tidak sampai ke banjir rob. Kalau banjir rob ini terjadi, nanti jangan sampai kejadian seperti 2018 dulu terulang. Itu yang kami khawatirkan,” ungkap Noviar.

Guna mengantisipasi dan meminimalisir risiko Siklon Anggrek ini, Noviar menghimbau nelayan untuk tidak melalut, dari tanggal 19 – 22 Januari, atau sampai ada himbauan baru dari BMKG. Untuk wisata pantai, Noviar menjelaskan, tidak ada penutupan. Namun, wisatawan diminta lebih waspada dan mengikuti himbauan petugas.

“Nelayan sudah kita peringatkan untuk tidak melaut dari tanggal 19 - 22 Januari untuk tidak melaut dulu. Kalau untuk wisata masih bisa, sepanjang masih memperhatikan himbauan petugas.  Petugas Satlinmas Rescue sudah ada di pesisir selatan semua, untuk mengingatkan kalau ada wisatawan untuk tidak berenang dan mereka harus mematuhi itu,” tegas Noviar.

Saat ini menurut Noviar, Badai Tropis Anggrek berada di Samudra Hindia Barat Daya Bengkulu. Tekanan rendah di Australia menunjukkan pola angin Baratan (Monsoon Asia) mendominasi wilayah Jawa pada umumnya dan DIY khususnya, yang bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut dengan kecepatan berkisar 20 – 40 km/jam.

Adanya aktivitas MJO di kuadran 4 didukung adanya pertemuan arus angin di wilayah Jawa serta hasil analisis terkini dari profil vertikal kelembaban udara di wilayah DIY pada ketinggian 1.5 – 5.5 km (level 850 - 500 mb) berkisar antara 70 – 95 % (basah), yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan dapat terjadi di wilayah DIY bagian Utara - Tengah pada siang-malam hari.

“Kami menghimbau agar masyarakat tidak terlalu panik, tetap siaga untuk menghadapi Siklon Anggrek ini,  tetap berada di rumah, tidak terlalu banyak keluar rumah, dan tidak berdiri dan berdiam di bawah pohon,” imbau Noviar.

Noviar dan satuannya saat ini sedang berupaya untuk menekan sekecil-kecilnya risiko terhadap Siklon Anggrek. Oleh karena itu, masyarakat harus siap siaga. Bencana menurutnya menjadi urusan semua pihak, termasuk masyarakat. sehingga masyarakat diminta sebisa mungkin menyelamatkan apa yang ada di sekitarnya terlebih dahulu. (uk)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: