01 Mar 2018

Budaya Bisa Jadi Peredam Konflik Ekonomi

Yogyakarta (28/02/2018) jogjaprov.go.id - Pendekatan budaya seharusnya menjadi arus utama dalam upaya 'menjinakkan' dimensi ekonomi dan politik. Apalagi konflik ekonomi maupun politik seringkali menimbulkan konflik kolektif tanpa hati.
 
"Maka, sekaranglah saat yang tepat untuk menarik perhatian kaum cendekiawan dunia, dengan menunjukkan betapa faktor kebudayaan mampu mempertajam pemikiran, imajinasi, dan perilaku," ungkap Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam acara jamuan bersama Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde dan para stafnya, Rabu (28/02) malam.
 
Pada acara yang diadakan di Bangsal Sri Manganti Kraton Ngayogyakarta tersebut, ditampilkan pula seni tari klasik gaya Mataraman Jogja Beksan Lawung Jejer. Menurut Gubernur DIY, seni tari sebagai satu unsur dari seven universals yang menjadi isi kebudayaan, dapat dijadikan bahan perenungan sejenak.
 
 
"Ketika kita jenuh berhitung dengan angka-angka ekonomi, jalan yang bijak adalah menyelam ke danau kebudayaan. Hal ini sejalan dengan pemikiran budayawan dunia, Lévi Strauss, 'Kita harus belajar, bagaimana agar sumber dinamika perubahan, kreativitas, pemerdekaan dan pembangkitan inovasi bisa menjadi penuntun dan tidak malah bertabrakan dengan kebudayaan, tetapi diharapkan mampu menciptakan koeksistensi dan harmoni antarbudaya'," papar Ngarsa Dalem.
 
Ngarsa Dalem mengungkapkan, dalam kerangka budaya dan ekonomi, IMF dan Bank Dunia mempunyai potensi besar untuk mengubah paradigma ekonomi.  Paradigma ekonomi dunia bisa dibawa ke arah pendekatan budaya yang lebih soft.
 
 
"Dengan harapan seperti itulah saya menyambut baik dengan penuh penghargaan atas kunjungan Madam Christine, baik ke sudut-sudut kota, maupun ke Kraton Yogyakarta malam ini. Saya berharap kunjungan ini bermakna guna pengkayaan materi Annual Meeting mendatang bagi kesejahteraan masyarakat dunia," kata Gubernur DIY.
 
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengungkapkan rasa bahagianya dapat mengunjungi Kraton Ngayogyakarta dan diajak berkeliling mengenal sejarah generasi-generasi sebelum Sri Sultan Hamengku Buwono X. Kedatangan Christine Lagarde kali ini ke Indonesia adalah untuk menindaklanjuti kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan tahunan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 di Bali pada Oktober 2018 mendatang.
 
 
 
"Yogyakarta adalah tempat kedua dalam agenda kunjungan saya ke Indonesia saat ini. Kunjungan ini juga menjadi kunjungan terlama saya di satu negara selama ini, yakni lebih dari satu minggu. Dan ini pertama kalinya saya ke Yogyakarta," ungkap Direktur Pelaksana IMF.
 
Direktur Pelaksana IMF pun mengungkapkan kekagumannya terhadap masyarakat Indonesia terkait perilaku ekonominya. Karenanya ia yakin, pelaksanaan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 di Bali nantinya dapat berjalan lancar. (Rt)
 
HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: