20 Agt 2022

Budaya, Senjata Efektif Cegah Tindak Korupsi

Yogyakarta (20/08/2022) jogjaprov.go.id - Upaya pemberantasan korupsi dilakukan melalui berbagai jalur, mulai dari pendidikan, pencegahan, dan penindakan. Dalam upaya pencegahan, budaya diyakini mampu menjadi senjata ampuh untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK RI, Wawan Wardiana saat menjadi keynote speaker dalam kegiatan seminar dan sarasehan yang diselenggarakan PAK-SIJI (Penyuluh Antikorupsi Sahabat Integritas Jogja Istimewa). Seminar yang diselenggarakan di Hotel Grand Inna Malioboro Yogyakarta pada Sabtu (20/08) ini mengangkat tema 'Menggali Nilai-Nilai Antikorupsi dalam Budaya Jawa'.

"Pengaruh budaya terhadap tindakan korupsi sangat besar. Budaya ewuh pakewuh, menolak pemberian dianggap tidak menghargai, atau memberi sesuatu kepada atasan dianggap sebagai menghormati, sudah terlalu lama ada di sekitar kita. Namun di sisi lain, budaya-budaya di daerah sebenarnya mengandung kearifan lokal yang dapat mencegah terjadinya korupsi," ungkapnya.

Menurut Wawan, nilai-nilai budaya yang bisa mencegah korupsi ini perlu digali, lebih ditonjolkan dan mengkampanyekannya melalui berbagai media. Jika nilai-nilai budaya tersebut dilaksanakan bersamaan dengan memperbaiki sistem penyelenggaraan pemerintahan, maka upaya pemberantasan korupsi bisa lebih maksimal lagi.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat mewakili Kepala Dinas Kebudayaan DIY. Cahyo mengungkapkan, pihaknya menyambut baik upaya penggalian nilai-nilai budaya Jawa untuk memberantas tindakan korupsi. Secara formal, tata nilai budaya Yogyakarta telah diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011.

"Dalam peraturan ini ditetapkan berbagai tata nilai yang memiliki makna mendalam dan dapat menjadi ajaran dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, hasil dari seminar dan sarasehan ini perlu untuk ditindaklanjuti agar benar-benar memberikan manfaat bagi upaya pemberantasan korupsi," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua II PAK-SIJI, Yudi Ismono mengungkapkan, budaya Jawa memiliki spirit pitutur luhur yang dapat menjadi penyemangat untuk mengkampanyekan aktivitas anti korupsi. Menurutnya, upaya konkritisasi pitutur luhur bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan strategis melalui pendidikan, budaya dan seni.

"Melalui budaya, upaya pencegahan korupsi juga bisa dilakukan. Selanjutnya, korupsi tidak akan bisa hilang tanpa keinginan bersama, tanpa adanya kekuatan diri untuk mengatasi korupsi," imbuhnya.

Seminar dan sarasehan ini juga menghadirkan tiga narasumber lainnya, yaitu Sri Ratna Sakti Mulya dari Pusat Kebudayaan UGM, serta Agus Suharsono dan Aniek Juliarini yang keduanya perwakilan dari PAK-SIJI. Selain itu, ditampilkan pula geguritan bertajuk 'Godha' oleh Achika Afriati dari Sanggar Arum Kotagede. Geguritan ini menggambarkan banyaknya godaan dalam kehidupan yang harus dihadapi dengan tindakan jujur dan adil karena adanya kesadaran bahwa sebenarnya hidup pada akhirnya akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya.

Turut pula memeriahkan kegiatan ini, siswa MAN 1 Yogyakarta, Fasina Galih yang melantunkan tembang 'Asmarandana' gubahan Sri Susuhunan Pakubuwono II yang mengajarkan tentang perlunya orang menghindari kegemaran terhadap keindahan dunia semata yang dapat membawa bencana. Seminar ini ditutup oleh penampilan Olyvia Deviana dan Alfina Yulinda Damayanti, siswa SMAN 1 Pleret yang menyampaikan geguritan berjudul 'Korupsi' gubahan Bambang Nugroho. (Rt)

HUMAS DIY

Sumber foto: Inspektorat DIY

Bagaimana kualitas berita ini: