06 Nov 2022
  Humas DIY Berita, Agenda Kegiatan,

Delegasi R20 Belajar Akulturasi Budaya dan Agama dari Keraton Yogyakarta

Yogyakarta (04/11/2022) jogjaprov.go.id - Sebagai bentuk partisipasi akan edukasi budaya dan agama, Keraton Yogyakarta menerima delegasi Religion of Twenty (R20) pada jamuan makan malam di area Bangsal Srimanganti, Kompleks Keraton Yogyakarta, Jumat (04/11) malam.

Adapun GKR Mangkubumi, putri pertama Sri Sultan Hamengku Buwono X, didampingi GKR Hayu, menyambut kehadiran rombongan R20 yang dipimpin Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). 

Turut hadir pada agenda jamuan makan malam tersebut yakni Waketum PBNU Habib Hilal Al-Aidid, Katib Aam PBNU K.H. A. Said Asrori, Katib PBNU H. Aunullah A’la Habib, serta Kepala Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) untuk Asia Tenggara dan Australia Syekh Abdurrahman Al-Khayyat. 

Adapun kunjungan ini berlangsung usai delegasi mengikuti konferensi R20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (02/11) dan Rabu (03/11), sebagai bagian dari rangkaian agenda G20. Para delegasi ini terdiri dari tokoh berbagai agama yang berasal dari 32 negara.

Pada sambutannya, GKR Mangkubumi menyambut baik kehadiran para delegasi. "Selamat datang di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang sejak Eyang Hamengku Buwono I telah menjadi pusat budaya," kata GKR Mangkubumi. 

Lanjut Gusti Mangku, sapaannya, beberapa tahun ini, Keraton tengah belajar untuk membangun Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Warisan Dunia. "Kita tidak kalah dengan Edinburgh. Kita juga tidak kalah dengan Kyoto, dan kota lain," ujarnya. 

Gusti Mangku menjelaskan, Jogja merupakan pusat budaya yang mencakup juga pusat pembelajaran agama. Ia berharap, kehadiran pemuka agama pada kesempatan tersebut dapat menumbuhkan toleransi dan perdamaian. "Mudah-mudahan ke depan agama semakin baik, toleransi semakin tinggi, dan selalu ada kedamaian di hati," harapnya. 

Sementara, Gus Yahya menyampaikan bahwa hadirnya tokoh agama sebagai pembicara forum R20 di Yogyakarta bertujuan memberikan pemahaman, pengalaman, sekaligus perasaan secara langsung di jantung budaya dan peradaban Indonesia. 

"Mereka di sini untuk merasakan dan mengerti inisiatif masyarakat negara mayoritas muslim dan negara dengan budaya luar biasa di sini. Anda sekalian berada di jantung budaya dan peradaban di negara ini," ucapnya. 

Imbuhnya, Keraton Yogyakarta menempati posisi unik di Indonesia, baik dilihat dari sisi sejarah, maupun dinamika masyarakat Indonesia. "(Keraton Yogyakarta) Mewarnai mentalitas karakter dan keseluruhan jalan hidup bangsa Indonesia untuk 300 tahun," tuturnya.

Ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Keraton Yogyakarta ini masih efektif sebagai institusi politik. Keraton bersama Kadipaten Pakualaman selanjutnya bergabung dengan NKRI pada 5 September 1945. Menurut Gus Yahya, hal itu merupakan pengorbanan dan kepercayaan luar biasa. "Republik Indonesia tidak pernah lupa Keraton Yogyakarta akan kontribusi yang luar biasa untuk bangsa ini," tutupnya. 

Adapun setelah agenda jamuan makan malam, disajikan penampilan Tari Bedhaya Genjong persembahan Kawedanan Hageng Kridhamardawa Keraton Yogyakarta. Tarian ini diciptakan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Disebut Bedhaya Genjong karena gending pengiringnya bernama gending genjong. Sumber cerita bedaya ini berasal dari babad yang menceritakan percintaan Raden Bondan Kejawan dengan Dyah Retno Rara Kasihan. [vin/hk/tf]

HUMAS DIY 



Bagaimana kualitas berita ini: