Batik Sebagai Pusaka Budaya Wajib Dilestarikan

Batik Sebagai Pusaka Budaya Wajib Dilestarikan
Yogyakarta (14/10/2024) jogjaprov.go.id - Sudah selayaknya batik sebagai pusaka budaya, harus terus dilestarikan keberadaannya. Melalui Peringatan Hari Batik Nasional 2024 ini, menjadi jawaban atas tuntutan revitalisasi terhadap eksistensi batik Indonesia sebagai upaya untuk menghidupkan kembali pusaka budaya.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X saat membacakan sambutan sekaligus membuka acara Hari Batik Nasional 2024 di Rama Shinta Garden Resto, Prambanan, Yogyakarta pada Senin (14/10). Turut mendampingi Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono dan Paniradya Pati Kaistimewaan, Aris Eko Nugroho.
Dalam sambutannya, Sri Sultan menyampaikan, seni batik menjadi sangat penting dalam kehidupan, karena kain batik telah terjalin erat ke dalam lingkaran budaya hidup masyarakat. Selain itu, batik juga punya makna, dalam menandai peristiwa penting kehidupan manusia.
“Seni batik dari masa ke masa selalu berkembang dalam keragaman yang artistik. Dalam perkembangannya, telah terjadi proses akulturasi, yang terabadikan dalam susunan corak, ragam hias, dan warna,” kata Sri Sultan.
Agenda peringatan Hari Batik hari ini dengan tema ‘Tradisi dan Inovasi dalam Harmoni’ juga kian bermakna. Sri Sultan mengatakan, melalui pendekatan revitalisasi yang mencakup aspek komprehensif, dimana harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan, baik dalam aspek sejarah, makna, keunikan, dan citra.
“Revitalisasi bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik belaka, tetapi harus menukik sampai ke akar yang substansial, dilengkapi pencitraan budaya lokal yang khas. Aspek penting dalam revitalisasi adalah perlunya upaya lintas sektoral, multidimensi, multidisiplin dan, berkelanjutan,” ungkap Sri Sultan.
Melihat suasana lingkungan budaya Yogyakarta, Sri Sultan berharap agar dapat mendukung upaya-upaya peningkatan pemahaman proses membatik, untuk mengupayakan regenerasi pembatik agar kelak tak mati suri. Pun dapat mengupas tuntas teknologi dan pemasaran agar ‘value’ batik tetap bertahan, di tengah era tekstil printing.
“Dengan refleksi dan visi seperti itulah, saya mengucapkan ‘Selamat Datang dan Menikmati Yogyakarta, Kota Batik Dunia’. Seiring memberikan apresiasi atas upaya revitalisasi progresif yang berkelanjutan, melalui rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan,” tutur Sri Sultan.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan Batik, Kementerian Perindustrian RI, Budi Setiawan menegaskan akan pentingnya batik sebagai warisan budaya tak benda yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Dengan mengusung tema berkelanjutan, kegiatan ini menyoroti bagaimana inovasi dapat melahirkan harmoni dalam industri batik nasional.
“Tema peringatan tahun ini berfokus pada konseptualisasi inovasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing kain batik tulis. Kami percaya bahwa penguatan jaringan komunikasi antara pengrajin dan pelanggan adalah langkah penting untuk menciptakan ekosistem batik yang lebih sehat,” ujar Budi.
Sekretaris Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Indonesia (BSKJI), E. Ratna Utarianingrum menjelaskan, sejak diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda pada tahun 2004, batik telah menjadi salah satu aset penting bagi Indonesia. Sektor industri batik tidak hanya menyimpan nilai budaya, tetapi juga berkontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.
“Dalam peringatan ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih mencintai dan melestarikan batik sebagai bagian dari identitas kita. Kami optimis bahwa dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, batik dapat kembali mengukir prestasi di pasar global,” ungkap Ratna. (ham/wpt/yd)
Humas Pemda DIY
