29 Mei 2023
  Humas DIY Berita,

DIY Jadi Saksi Meriahnya Karnaval Merdeka Belajar

Yogyakarta (29/05/2023) jogjaprov.go.id – Sebagai daerah yang terkenal dengan pendidikannya, DIY terpilih menjadi tempat diselenggarakannya Karnaval Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud ristek). Karnaval Merdeka Belajar yang diselenggarakan di kawasan Titik Nol Kilometer, Yogyakarta pada Minggu (28/05) ini merupakan puncak rangkaian perayaan Hari Pendidikan Nasional 2023.

Berlangsung meriah, barisan karnaval mengambil inspirasi 24 episode Merdeka Belajar yang telah dikemas dalam nuansa seni kerakyatan. Diikuti oleh 500 insan pendidikan dan kebudayaan di DIY. Terdiri atas pelajar, masyarakat, dan pelaku seni budaya yang berasal dari sanggar maupun asrama mahasiswa  di DIY yang disebut sebagai barisan Indonesia Belajar. Mereka menyuguhkan tampilan kreatif yang memadukan kreativitas tari, penataan cahaya, desain teknologi, musikalitas, berkaitan budaya. Koreografer yang digandeng pun adalah koreografer-koreografer muda dari DIY.

Arak-arakan peserta karnaval yang terbagi atas segmen Indonesia Bergerak, Indonesia Serentak, dan Indonesia Semarak dimulai dari Benteng Vredeburg dan berakhir di Titik KM 0 Yogyakarta. Event ini adalah upaya Kemendikbudristek RI untuk mempromosikan pendidikan dan kebudayaan sebagai pendorong inovasi dan pembangunan sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Makarim mengatakan, sangat penting memupuk kesadaran masyarakat terkait dengan pendidikan dan kebudayaan. Keduanya tidak bisa dipisahkan dan harus berjalan beriringan untuk menampilkan identitas generasi muda Indonesia, yang berpendidikan dan berbudaya. Hal ini sesuai dengan tema Hardiknas 2023 yaitu “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar”.  

“Kegiatan ini diharapkan menginspirasi masyarakat untuk mengembangkan kemerdekaan belajar yang bermuara pada bentuk kreativitas cipta karya,” kata Menteri Nadiem.

Karnaval Merdeka Belajar ini bertujuan untuk menumbuhkan talenta potensial lewat pengalaman artistik bersama sekaligus wahana edukatif bagi masyarakat. Mengusung filosofi trilogi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu “Handaya Karsa Hambangun Tuladha”, karnaval ini mengusung makna momentum kebersamaan di ruang publik.

“Saya berharap, keteladanan filosofi Ki Hadjar Dewantara menginspirasi generasi selanjutnya guna memperkokoh barisan manusia berkualitas di masa mendatang,” tutur Menteri Nadiem.

Masyarakat dihibur oleh sajian karnaval seperti sorot tampilan kreasi video mapping kebudayaan tradisional Indonesia yang memukau, gamelan anak bertemakan pendidikan, lantunan Kidung Puji Rahayu, penampilan kebudayaan Indonesia, dan prolog Karnaval Merdeka Belajar. Bertujuan untuk menumbuhkan rasa identitas dan persatuan nasional di antara para peserta dan masyarakat, dengan menampilkan keragaman dan kekayaan budaya Indonesia dari berbagai daerah, latar belakang, dan minat, yang berkesempatan untuk saling belajar dan bertukar pikiran.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengemukakan, kreativitas budaya dirasakan mempunyai andil terhadap terwujudnya Merdeka Belajar yang diinisiasi pemerintah saat ini. Hilmar menjabarkan, dari budaya akan lahir bakat, minat, dan potensi dari setiap orang yang hal tersebut berkaitan dengan sasaran Merdeka Belajar.

"Budaya turut membentuk profil Pelajar Pancasila. Pada budaya ada semangat kebersamaan atau gotong royong yang ingin diciptakan dari pelajar Indonesia melalui berbagai kebijakan Merdeka Belajar," kata Hilmar Farid.

Ignatia Nilu yang berprofesi sebagai penata artistik pada karnaval tersebut menilai, seniman harus memiliki kesadaran bahwa berkarya dalam pendidikan bakal berdampak baik untuk publik. “Karnaval Merdeka Belajar 2023 ini adalah sebuah refleksi, sebab di luar juga banyak seniman yang mendedikasikan karyanya untuk edukasi publik,” ujar Ignatia.

Seniman perupa dari Yogyakarta, Heri Dono, yang juga andil pada karnaval tersebut menyebut bahwa setiap ajang di ruang publik yang menampilkan berbagai karya seni memberi arti bahwa seniman juga harus ‘jemput bola’, turun ke lapangan, dan masuk ke ruang publik.

“Bukan hanya masyarakat yang didorong untuk masuk galeri, tetapi seniman juga baiknya turun ke lapangan untuk memberikan diskursus kepada masyarakat. Sebab seni tanpa adanya masyarakat sama saja tiada berarti,” ucap Heri.

Sementara itu, Duta Bagas Anantya Putra (penyandang disabilitas daksa), Salma, Lutfi, dan Andra (penyandang disabilitas grahita) mengungkapkan kegembiraannya menjadi bagian dari peserta karnaval. "Kami sangat senang menjadi bagian dari karnaval ini. Kami mendapatkan teman baru dan menampilkan tarian kami di hadapan menteri," ujar anak-anak yang tergabung di Nali Tari, sebuah kelompok tari inklusif di Yogyakarta. (uk)

Humas Pemda DIY

 

 

Bagaimana kualitas berita ini: