24 Sep 2022
  Humas DIY Berita,

Hadi Tjahjanto: Budaya Jogja Bentuk Karakter Perwira dan Pemimpin Pro Rakyat

Jakarta (29/08/2022) jogjaprov.go.id - Menduduki posisi tertinggi dalam matra TNI, dianggap Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto sebagai capaian yang diraih berkat pemahamannya akan nilai kehidupan yang diajarkan Jogja kepadanya. Sewaktu menjadi taruna di Akademi Angkatan Udara (saat itu bernama Akabri bagian udara), Hadi muda mulai beradaptasi dengan nilai ke-Jogja-an melalui tarian Satrio Tangguh yang diajarkan maestro tari dan seni rupa asal Jogja, Bagong Kussudiardja. 

Pak Bagong selalu memberikan pelajaran budi pekerti. Ini adalah satu pengalaman yang tidak bisa terlupakan ketika baru pertama kali menginjak Jogja,” jelasnya, Senin (29/08) di Kantor Kementerian ATR/BPN. Ia mengatakan bahwa tarian tersebut menyiratkan pesan akan karakter yang harus dimiliki seorang perwira. 

“Perwira harus memiliki karakter yang kuat, pintar, dan berani memutuskan di lapangan. Pak Bagong juga selalu memberikan pelajaran berharga bagi kita semua bahwa perwira adalah pemimpin dengan ilmu pengetahuan sebagai pelengkap dan menjadi satu kesatuan,” kenangnya. 

Makna mendalam yang ada pada tarian tersebut akhirnya tertanam pada diri seorang Hadi Tjahjanto. “Latihan terus supaya menjadi orang profesional dan menimba ilmu dengan baik. Sampai sekarang karakter itulah yang ada pada diri saya,” sebutnya. 

Lanjutnya, kemegahan dan kekayaan budaya yang dimiliki Jogja, mampu menjadi kekuatan yang semakin membuktikan istimewanya Yogyakarta. Ia terkenang setiap kali dirinya pesiar (sebutan saat taruna keluar dari Kompleks AAU), selalu dilihatnya padepokan-padepokan yang sarat kegiatan seni. “Bisa belajar Tari Srimpi, bunyi-bunyi gamelan dan kalau pagi-pagi saya selalu mendengarkan gamelan, apalagi ada wayang yang ada di desa-desa di pinggir satrian (sebutan untuk Kompleks AAU). Kalau jam tiga atau empat pagi sebelum kita bangun, sudah masuk Perang Baratayudha. Ini salah satu bentuk Keistimewaan Yogyakarta,” sebutnya.

Adanya perpaduan apik antara pendidikan dan budaya, membuat Hadi Tjahjanto meyakini taruna yang lulus dari tempaan pendidikan di Jogja, akan menjadi sosok yang berkarakter. Keistimewaan Jogja mampu menjadikan lulusan-lulusan AAU berkiprah dengan peran terbaiknya. “Angkatan Udara itu lahir di Yogyakarta sejak tahun 1946. Saat ini banyak yang menjadi satria-satria udara yang memimpin dan mengawaki baik di TNI AU, TNI, maupun pemerintahan,” jelasnya. 

 

Pemimpin yang Baik, Adalah yang Mendengarkan

Keistimewaan Jogja menurutnya juga tak lepas dari pengaruh kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono X. “Saya melihat beliau adalah tokoh, pemimpin, guru yang selalu mendengarkan. Saat saya berbicara, beliau selalu diam mendengarkan apa yang saya sampaikan, baru kemudian beliau menyampaikan pendapatnya. Tidak pernah menyampaikan tanpa ada solusi,” jelasnya. 

Hal tersebut yang baginya menjadikan rakyat Jogja sangat bangga dan hormat pada Sri Sultan. “Karena beliau tokoh yang selalu mendengarkan dan tahu permasalahan rakyatnya. Ini yang menjadi modal saya menjadi perwira TNI berkarir, hingga mencapai puncak tertinggi sebagai Kepala Staf Angkatan Udara, Panglima TNI, dan kini ditunjuk, diberi kepercyaan Bapak Presiden RI menjadi Menteri ATR/BPN,” urainya. 

Hadi berujar bahwa amanah yang disematkan padanya akan selalu dijaganya. Kunci utamanya adalah selalu melaksanakan perintah. “Seperti sosok Sultan yang melaksanakan perintah rakyatnya. Saya selalu teguh dengan tujuan dan keputusan lapangan selalu saya laksanakan dengan perhitungan yang tepat sesuai yang diperintahkan oleh Bapak Presiden. Sehingga saya selalu mencari solusi-solusi, keputusan lapangan selalu bandulnya ada di rakyat,” tegasnya. 

Ia berharap, Jogja ke depan tetap menjadi Kota Budaya, Pendidikan, dan Pariwisata. “Namun dibungkus dengan skema kekinian, yang tidak meninggalkan dasar dan nilai-nilai budaya. Karena generasi penerus saat ini banyak yang mungkin dengan pengetahuannya terkait dengan budaya Jawa kemudian dia berpikir “kalau saya ahli di tari-tarian, saya menjadi guru tari, bagaimana masa depan saya?,” ujarnya. 

Hadi beranggapan hal tersebut sejatinya tak perlu terjadi. Dengan transformasi komunikasi dan informasi, penyebaran nilai budaya akan dapat dilakukan lebih mudah. Dengan demikian, transformasi dan pembelajaran budaya akan lebih masif dan menjangkau lebih banyak masyarakat. 

“Saya berharap, Sri Sultan akan terus menjaga dan memberikan nilai-nilai itu untuk diturunkan kepada generasi penerus bangsa,” tutupnya. [vin]

Simak episode Menjadi Jogja, Menjadi Indonesia episode Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto berikut ini. 

HUMAS DIY



Bagaimana kualitas berita ini: