14 Nov 2023
  Humas DIY Berita,

Informasi Meteorologi, Antisipasi Bahaya Abu Vulkanik Bagi Dunia Penerbangan

Sleman (13/11/2023) jogjaprov.go.id – Erupsi gunung berapi dapat menimbulkan bahaya signifikan terhadap operasi penerbangan. Dimana informasi meteorologi menjadi elemen kunci dalam penanganan abu vulkanik untuk mencegah kecelakaan dan insiden yang disebabkan oleh awan dan partikel abu vulkanik.

“Sebagai negara yang memiliki sejumlah gunung berapi aktif, Indonesia memerlukan pendekatan yang canggih dan terkini dalam menghadapi ancaman ini. Dalam hal ini, BMKG memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan peringatan dini, yang dapat menyelamatkan nyawa dan harta benda, terutama di sektor penerbangan,” ungkap Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono saat membacakan sambutan Gubernur DIY pada Pembukaan Workshop on Meteorological Services for Volcanic Ash Impact Handling – Indonesia, Senin (13/11).

Dalam kegiatan yang digelar di Hyatt Regency Yogyakarta Hotel, Sariharjo, Ngaglik, Sleman ini, Beny menuturkan, dalam mendukung penerbangan menghadapi bencana vulkanologi, terdapat sejumlah teknologi yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan keselamatan. Teknologi-teknologi tersebut antara lain Pemantauan Cuaca Satelit; Sistem Pendeteksian Awal; Model Prediksi Vulkanik; Sistem Informasi Geografis (GIS); Komunikasi Satelit; dan yang terkini yakni peluang pengembangan teknologi kian terbuka dengan hadirnya Kecerdasan Buatan atau AI.

“Kedepan, integrasi teknologi-teknologi ini dapat membentuk suatu sistem yang kokoh dan real time, dalam mendukung penerbangan ketika harus menghadapi bencana vulkanologi. Dengan kombinasi pemantauan dini, prediksi akurat, dan komunikasi efektif, kita dapat meningkatkan keselamatan penerbangan di wilayah yang rentan terhadap aktivitas vulkanik,” ucap Beny.

Dikatakan Beny, kolaborasi dengan lembaga-lembaga penelitian dan teknologi menjadi kunci dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi-teknologi tersebut. Pun berinvestasi dalam riset dan pengembangan yang perlu terus dilakukan untuk menjaga agar sistem peringatan dini tetap efektif dan dapat diandalkan.

“Dalam menghadapi tantangan bencana vulkanologis, kita harus bersama-sama memastikan bahwa BMKG memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjalankan tugasnya dengan efektif. Dukungan penuh dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan. Mari kita bersama-sama mendukung keamanan aviasi dalam basis-basis kolaborasi multihelix,” kata Beny.

Terlebih, dengan segala potensinya, dunia penerbangan memiliki berbagai kontribusi penting bagi Yogyakarta pun seluruh Indonesia. Seperti merintis konektivitas dan mobilitas, pengembangan pariwisata, pengembangan ekonomi nasional, dan memberikan dukungan terhadap misi kemanusiaan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebutkan, fakta dampak bahaya abu vulkanik menuntut adanya tindakan terukur yang diambil oleh seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan keselamatan dalam dunia penerbangan. Hal tersebut juga sebagai langkah memastikan keberlanjutan dunia aviasi jika terjadi semburan abu vulkanik yang suatu waktu bisa terjadi.

Atas buruknya dampak abu vulkanik, Dwikorita menekankan perlu adanya respon informasi antar penerbangan berbasis regional yang melibatkan banyak negara. Oleh karenanya, pengetahuan dan pemahaman yang sama dari seluruh pihak mengenai prosedur informasi abu vulkanik menjadi hal fundamental yang perlu dipahami.

Selain itu, kolaborasi terpadu antar negara dan wilayah akan mendorong peningkatan kesadaran situasional akan letusan gunung berapi dan penyebabnya. Atas dasar tersebut, Dwikorita mengungkapkan lokarkaya yang digelar sejak 13-17 November 2023 di Hyatt Regency Yogyakarta, Yogyakarta ini memiliki tujuan utama yakni meningkatkan kemampuan penyedia informasi abu vulkanik untuk penerbangan.

"Dan mendorong proses Pengambilan Keputusan Kolaboratif (q) yang efektif dalam menanggapi kejadian abu vulkanik," ujar Dwikorita.

Lebih lanjuta Dwikorita menyampaikan, BMKG mendapat kehormatan karena telah ditunjuk sebagai pemimpin simulasi penanganan informasi abu vulkanik berskala ICAO Asia dan Pasifik pada dua edisi terakhir yakni tahun 2018 dan 2022.

Tahun 2018 merupakan tonggak sejarah bagaimana untuk petama kalinya simulasi penanganan informasi abu vulkanik terkoordinasi di tiga wilayah yaitu Flight Information Region (FIR) Jakartra, FIR Kuala Lumpur, dan FIR Singapura. Diantara hasil penting dari latihan tersebut adalah metode terbaik untuk memberikan prakiraan abu vulkanik SIGMET (Significant Meteorology) yang diperkirakan akan memasuki FIR. Pencapaian ini kemudian menghasilkan rekomendasi panduan regional.

"Pada latihan tahun 2022, fokusnya diperluas untuk mensimulasikan koordinasi informasi abu vulkanik antara FIR Jakarta dan FIR Sri Lanka," lanjut Dwikorita.

Oleh karena itu, pada lokakarya tahun ini, Dwikorita berharap seluruh ahli dan peserta dari negara Asia-Pasifik dapat berbagi praktik baik terkait pengamatan, pembuatan, dan penyebaran informasi abu vulkanik. Lokakarya ini dirancang untuk memfasilitasi diskusi interaktif dan latihan langsung yang berfokus pada penanganan dampak abu vulkanik secara efektif.

"Melalui kegiatan lokakarya ini, tujuan kami adalah agar semua peserta dapat menunjukkan kemajuan yang telah dicapai dalam mendukung kemajuan ilmiah dan praktik-praktik terbaik dalam skema International Airways Volcano Watch (IAVW)," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita juga memperlihatkan cara pengoperasian dari Sistem Layanan Informasi Cuaca Penerbangan atau System of Indonesian Aviation Meteorology (SIAM) berbasis web. SIAM menjadi implementasi salah satu dari tiga jenis SIGMET dari BMKG, yaitu SIGMET WV yang menginformasikan tentang abu vulkanik gunung berapi.

SIGMET sendiri merupakan salah satu jenis informasi yang dilayani oleh BMKG melalui unit pelaksana teknisnya yaitu stasiun meteorologi yang mengemban tugas sebagai Meteorological Watch Office (MWO) untuk informasi fenomena yang berpotensi membahayakan penerbangan terutama selama perjalanan di udara (en-route). Informasi meteorologi yang terkandung dalam SIGMET dapat berisi tentang jenis fenomenanya; fenomena yang teramati atau diprakirakan akan terjadi; lokasi fenomena meliputi cakupan horizontal maupun vertical; pergerakan atau prakiraan pergerakan; prakiraan perubahan intensitas; serta prakiraan posisi fenomena di akhir validitas (khusus SIGMET WV dan WC).

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Gustwanto mengutarakan, lokarkaya ini diselenggakaran sejalan dengan Sub Komite ASEAN untuk Meteorologi dan Geofisika (SCMG). Lokakarya ini pun menjadi wadah untuk meningkatkan kualitas produk abu vulkanik serta berbagi implementasi dan praktik terbaik sesuai dengan Dokumen ICAO nomor 9766-Pengawasan Gunung Berapi Penerbangan Internasional.

"Saya mendorong semua peserta secara aktif terlibat dalam diskusi, berbagi pengetahuan, dan berkontribusi. Saya memiliki keyakinan lokakarya ini akan memberikan wawasan berharga dan solusi praktis, meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan respon," pungkas Guswanto.

Adapun pelaksanaan lokakarya ini akan dibagi ke dalam beberapa sesi. Materi yang akan dibahas ialah menggabungkan materi yang selaras dengan program ICAO dan mata pelajaran ASEAN SCMG. Mencakup praktik terbaik dan studi kasus dalam penyediaan informasi abu vulkanik untuk penerbangan, pengambilan keputusan kolaboratif, pemodelan penyebaran abu vulkanik, dampak abu vulkanik terhadap operasi penerbangan, berbagi pengalaman, serta membuat rencana aksi. (Han/Rcd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: