27 Jun 2021
  Editor Berita, Warga,

Kasus Covid-19 Pada Anak Meningkat Tajam, IDAI Tekankan Pentingnya Peran Keluarga

Yogyakarta (27/06/2021) jogjaprov.go.id - Meningkatnya kasus Covid-19 di daerah Istmewa Yogyakarta (DIY) menyebabkan kasus Covid-19 pada anak turut meningkat. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DIY jumlah kasus Covid-19 pada anak yang sudah terkonfirmasi sebanyak 12,7 persen atau 6.663 kasus anak dari 52.641 total kasus.

 “Case Fatality Rate (CFR) atau jumlah yang meninggal dari total anak yang sakit) sekitar 0,09 persen,” ungkap Ketua IDAI DIY, dr Sumadiono dalam konferensi pers bersama wartawan pada Jumat (26/06) sore secara daring.

Lonjakan kasus Covid-19 pada anak di DIY tertinggi terjadi pada tanggal 20 Juni 2021, sebanyak 708 kasus, sebelumnya tambahan kasus baru rata-rata 257 kasus per minggu. “Bila dilihat dari prosentase penambahan, sejak Desember 2020 trennya semakin menurun perlahan hingga awal April 2021. Kemudian naik kembali pada akhir Juni hingga sekarang,” ungkap Sumadiono.

Menanggapi kenaikan kasus ini, Sumadiono menjelaskan secara umum kondisi jumlah bangsal Covid-19 relatif penuh dengan pasien dewasa. Jumlah tenaga kesehatan dan obat juga semakin menurun karena peningkatan jumlah pasien. Ditambah dengan tidak semua Rumah Sakit (RS) memiliki fasilitas ICU dan dokter untuk anak.

 “Pakarnya itu harus khusus, sangat berbeda terkait dengan penanganan, pemasangan ventilator, alat-alat dan dosis obat. Perlu mempertimbangkan faktor umur dan berat badan. Kalau tidak terampil akan sangat sulit,” jelas Sumadiono.

Mengingat kondisi fasilitas kesehatan yang semakin kritis, peran keluarga sangat penting agar anak-anak terhindar dari paparan virus Covid-19. “Sekarang ini masalahnya tidak hanya pada penyakitnya saja, fasilitas penunjangnya untuk penanganan Covid-19 pada anak di Indonesia dan DIY khususnya, sudah mencapai kondisi yang hampir mencapai kritis. Jumlah obat semakin menipis, sumber daya manusianya (nakes) semakin berkurang, tidak semua RS memiliki ICU dan konsultan untuk anak,” jelas pengurus IDAI DIY, dr Rina Triasih MMEd (Paed) PhD SpAK.

Langkah pencegahan agar anak tidak terpapar adalah dengan terus waspada dan menambah perhatian kepada aktivitas anak. “Tidak sembarangan main di luar, memperhatikan kualitas masker yang digunakan, mekanisme cuci tangan, juga bagaimana keadaan pengasuh anak,” jelas dr Rina. Keadaan masyarakat yang mulai abai dengan protokol kesehatan, kondisi anak yang malnutrisi atau stunting, dan faktor komorbid juga mempengaruhi tingkat penularan dan jenis gejala yang dialami anak-anak.

Terkait vaksin, saat ini di Indonesia belum ada rekomendasi vaksin Covid-19 untuk anak-anak. Vaksin yang ada masih dalam tahap uji klinis. Orang tua harus selalu waspada untuk menjaga kesehatan anak-anak bahkan ketika hanya bermain di rumah. “Kalau kita menyampaikan hanya persen tampak sedikit, kalau diterjemahkan 1 diantara 8 kasus terkonfirmasi Covid-19 itu pada anak. Jadi kita harus waspada,” jelas dr Rina.

Menurut Kemenkes, kecenderungan mutasi Covid-19 varian Delta menyerang anak-anak di bawah usia 18 tahun. Varian Delta memiliki gejala yang sama, tetapi tingkat penularan lebih cepat. Dari sisi tingkat keganasan, hingga saat ini masih diteliti dari data yang diperoleh tenaga kesehatan. Sumadiono menambahkan anak-anak juga memiliki potensi untuk menularkan virus kepada orang lain.

“Keparahan dan kematian karena Covid-19 pada anak lebih rendah daripada orang dewasa, tetapi anak-anak dapat menularkan ke orang lain, terutama keluarga dan mereka yang kontak erat. Termasuk dewasa dan manula, baik dengan komorbid maupun tidak,” jelas Sumadiono.

Rekomendasi IDAI terkait kasus Covid-19 pada anak yang semakin naik:

  1. Semua jenis kegiatan anak dilakukan secara daring, sekolah tatap muka ditunda.
  2. Imunisasi rutin tetap dilakukan untuk mencegah wabah penyakit menular lain.
  3. Bila ada orang yang sakit supaya jangan mengasuh anak di rumah.
  4. Bila ada anak sakit harap konsul ke dokter secara daring atau telemedicine.
  5. Jika perlu aktivitas di luar, hindari area dengan ventilasi tertutup dan hindari risiko kontak erat.
  6. Memantau tumbuh kembang dan aspek psikologis, bila perlu kosultasi kepada dokter.
  7. Menerapkan prokes 6M dengan disiplin, yaitu: memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak aman dengan orang lain, menjaga pola makan sehat dan istirahat cukup, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan.

Terkait dengan sekolah tatap muka, mencermati tren kasus Covid-19  pada anak yang meningkat pesat IDAI menganjurkan sekolah tatap muka ditunda. “Memang ini simalakama. Pendidikan, sosialisasi, pergaulan pada anak sangat penting untuk perkembangan optimal. Tetapi dilain pihak kita juga harus mempertimbangkan risiko pada anak,” ungkap dr Rina. (Wd)

Bagaimana kualitas berita ini: