19 Des 2011
  Humas Berita,

Kebangkitan Etnisitas Jangan Diperangi

Kebangkitan Etnisitas Jangan Diperangi

Sultan : Tiada Ruang Ruang Politik Kebangsaan

YOGYAKARTA (19/12/2011) pemda-diy.go.id -
Semangat kebangkitan budaya-budaya etnis nusantara menguat. Fenomena ini bukan kasus tunggal di tanah air, sifatnya justru mendunia. Walaupun bisa mengandung potensicaunivistis dan mengarahfasisme, negara hendaknya mengelola, jangan memerangi dengan alasansparatisme.

Bagaimana negara bisa mengelola, agar yang terjadi pada semangat etnisitas yang mendorong proses demokratisasi. Luapan ketidakpuasan yang berbentuk semangatetno-nasionalisme, seharusnya dihadapi dan dikelola oleh negara, bukan diperangi karena dianggapsparatisme, kata Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pidato pengukuhan gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (19/12).

Dalam pidato penganugerahan berjudul 'Menggunggah, Mengetuk Nurani, Membangun Peradaban Berbasis Nilai-nilai Kemanusiaan, mengutip Samuel Huntington dalam The Class of Civilizations and the Remaking of the World Order (1996), Sultan menegaskan, kesadaran kebangkitan etnis, kultural dan agama bersifat mendunia. Pada masyarakat yang demikian, kata Sultan, mereka memperkecil jatidiri dan menguraikannya kembali jatidiri mereka dengan pengertian kemasyarakatan yang lebih sempit dan intim.

Tesis kebangkitan etnisitas di Indonesia, menurut Sultan, diperoleh dari berbagai kesempatan perjumpaan dengan masyarakat etnis dan masyarakat adat di seluruh Nusantara maupun serial dialog dan sarasehan nasional serta Festival Kraton Nusantara.

Kebangkitan etnis memiliki dua makna. Pertama kebangkitan etnik terhadap asal-usul keturunan, zaman keemasan, bahasa, budaya yang tak mengabaikan hak-hak minoritas, berpotensi mendorong kehidupan yang demokratis. Kedua, kebangkitan aspek keetnikan yang bisa mengarah padacauvinisme,rasisme sempit, bahkanfasisme.

Kebangkitan etnik macam demikian karena tiadanya ruang bagi pengungkapan politik perasaan kebangsaan, kata Sri Sultan.

Sri Sultan mendapatkan gelar doktor di bidang kemanusiaan dalam upacara peringatan Dies UGM ke-62 di Grha Saba Pramana UGM.

Rektor UGM Sudjarwadi, Ph.D menyatakan gelar honoris causa bagi Sri Sultan memenuhi prosedur formal dan pertimbangan matang yang dilakukan oleh tim penilai, majelis guru besar, dan senat akademik. Promotor Prof. Dr. Djoko Suryo dan Prof. Dr. dr. Sutaryo. (rsd)

HUMAS Ro UHP DIY

Bagaimana kualitas berita ini: