20 Mar 2024

Kepemimpinan pada TNI Butuh Political Will

Sleman (20/03/2024) jogjaprov.go.id - Dalam tradisi militer dikenal filosofi kepemimpinan yang diringkas padat dalam formula “Follow me”. Filosofi ini tentu menuntut sang komandan untuk berperilaku, bersikap, dan bertindak benar di mata anak buahnya. Namun pada jenjang apapun di lingkungan TNI, karakter kepemimpinan juga membutuhkan political will atau komitmen antara pembuat keputusan kunci untuk solusi kebijakan tertentu dalam mengatasi masalah.

“Implementasi konsep ‘Memimpin dengan Aksi’ di lingkungan TNI, termasuk dalam hal ini TNI AU, tidak hanya cukup dengan faktor karakter kepemimpinan saja, masih diperlukan dukungan political will. Hal ini agar program aksi bisa mencapai sasaran, karena sejatinya visi bukanlah sekedar dokumen mati,” ungkap Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Rabu (20/03).

Sri Sultan mengangkat materi ‘Memimpin dengan Aksi’ pada Kuliah Umum Kepemimpinan kepada Taruna Tingkat VI, III, II dan I Akademi Angkatan Udara (AAU) di Gedung Sabang Merauke AAU Yogyakarta. Sri Sultan mencontohkan praktik political will yang baik seperti yang dilakukan oleh Rajaratnam sosok pemimpin asal Singapura. Selain bersih, Rajaratnam juga memiliki kemauan kuat (political will) untuk memberantas korupsi.

“Setiap prajurit TNI AU, setidaknya telah memiliki nilai fundamental yang harus melekat, yakni prinsip moral Swa Bhuwana Paksa, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit. Untuk itu, para taruna harus mengingat dan memperkuat nilai-nilai tersebut dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai prajurit profesional, serta setia kepada NKRI, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” imbuh Sri Sultan.

Dalam pengembangan kepemimpinan, Sri Sultan pun menuturkan, beberapa elemen dibutuhkan untuk mendukung kompetensi ‘Memimpin dengan Aksi’. Pertama, adanya kesadaran dan sikap followership untuk bekerja sama dan mendukung leadership dalam menjalankan program aksi. Kesadaran followership berarti memiliki kesediaan untuk bekerja sama, dan kemampuan mengendalikan ego untuk tidak selalu berusaha menjatuhkan pemimpin terpilih.

“Terdapat perbedaan mendasar antara meraih tampuk leadership dan menjalankan followership. Meraih kepemimpinan adalah mengalahkan calon pemimpin lain, sementara menjalankan ‘kepengikutan’ adalah mengalahkan nafsu berkuasa dalam diri sendiri. Dengan kesadaran followership ini, maka hasil pemilihan pemimpin bisa diterima dan dijunjung tinggi oleh pemimpin terpilih maupun oleh yang gagal terpilih,” jelas Sri Sultan.

Elemen pendukung kedua dikatakan Sri Sultan adalah adanya perpaduan tiga elemen kompetensi kepemimpinan, yaitu karakter, metode dan perilaku kepemimpinan, agar bisa efektif menjalankan program aksi. Selanjutnya, adanya keteladanan kepemimpinan, atau berorientasi pada tindakan, di mana pemimpin juga ikut terlibat sebagai work-leader dalam program aksi.

“Daya keteladanan merupakan kriteria pokok seorang pemimpin. Agar dapat menjadi Pemimpin-Peneladan, seseorang harus memiliki integritas dan komitmen yang kuat untuk memimpin secara benar, jujur dan arif. Tradisi militer “Follow me” juga bagian dari keteladanan kepemimpinan ini,” imbuh Sri Sultan.

Sementara itu, Gubernur AAU, Marsekal Muda TNI Purwoko Aji Prabowo mengatakan, kuliah umum kali ini diikuti sekitar 480 taruna dari semua angkatan di AAU. Diungkapkannya, kuliah ini sangat dinantikan oleh para taruna sebagai kesempatan mendapatkan bekal untuk menjalankan tugas pengabdian kepada negara.

“Diharapkan para taruna dapat mengambil manfaat dengan sebaik-baiknya kuliah umum ini. Dan apa yang mereka dapatkan, dapat dijadikan sebagai bahan dan pedoman untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai masyarakat maupun sebagai prajurit karbol,” imbuhnya. (Rt/Rcd/Cb)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: