20 Okt 2022
  Humas DIY Berita,

Kolaborasi Dua Negara Hidupkan Iklim Orkestra di Jogja

Yogyakarta (20/10/2022) jogjaprov.go.id - Pertunjukan orkestra dua negara, Indonesia-Australia, akan terwujud melalui pentas kolaborasi Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) dan Melbourne Symphony Orchestra (MSO), Jumat (21/10) malam di Auditorium Konser Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. Bertajuk Youth Music Camp 2022 A Collaboration Concert DIY-MSO, konser ini akan membawakan tujuh repertoar yang terdiri dari tiga lagu klasik, dua lagu karya MSO, dan dua lagu daerah.

Penampil pada konser ini adalah musisi dari MSO yang berkolaborasi dengan 40 siswa-siswi dari Sekolah Menengah Musik Yogyakarta dan ISI yang mengikuti Youth Music Camp selama tiga hari di Griya Persada, Kaliurang, Sleman. MSO secara langsung memberikan berbagai materi tentang organisasi seni dari strategi organisasi tingkat tinggi hingga peran operasional dan administratif, pemasaran, penjualan tiket, dan produksi media.

Disampaikan Kepala DPPM DIY Agus Priono, Sri Sultan menuturkan bahwa pelatihan siswa-siswi lulusan sekolah musik di Yogyakarta sangat bermanfaat karena memperluas sarana berekspresi para mahasiswa. “Selama ini belum ada penyaluran untuk teman-teman yang lulus ISI seperti karawitan. Paling akan ke Jakarta, padahal sekolahnya di Jogja. Lalu kenapa tidak diciptakan forum supaya para lulusan bisa membesarkan Jogja juga,” jelas Agus, seusai mendampingi MSO Managing Director Sophie Galaise audiensi dengan Ngarsa Dalem. Audiensi dilakukan pada Kamis (20/10) siang di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Ngarsa Dalem, ujar Agus, juga berharap agar kegiatan seni seperti konser dapat memiliki tempat pertunjukan khusus. “Visi Ngarsa Dalem ke depan, kita punya tempat khusus, seperti tempat budaya. Tapi itu jangka panjang ya dan dari Melbourne (MSO) ini siap membantu Jogja. Mungkin akan ada MoU antara MSO dengan Keraton,” ujarnya.

Demikian halnya dengan harapan Ngarsa Dalem pada konser yang akan dilaksanakan Jumat (21/10). “Intinya memastikan juga pertunjukan itu banyak yang menonton. Bagaimana masyarakat mengapresiasi musik termasuk konser, jangan sampai kita membangun gedung namun tidak ada penontonnya. Mudah-mudahan besok penuh yang di ISI,” jelas Sri Sultan.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakhsmi Pratiwi yang turut hadir pada kesempatan itu menyampaikan bahwa dua siswa terbaik dari 40 siswa yang dilatih oleh MSO, akan diberikan hadiah untuk magang di MSO Australia. “Dulu kita juga pernah lakukan seperti itu, lulusan 3 orang kita kirim ke MSO dan sekarang membawa pengaruh yang cukup bagus untuk perkembangan orkestra, bahkan beberapa juga di (Yogyakarta) Royal Orkestra,” jelasnya.

Terkait inisiasi Ngarsa Dalem tentang penyediaan fasilitas gedung konser, Dian mengatakan Pemda DIY sejatinya telah merancang pemanfaatan lahan seluas 5 hektar yakni eks Kampus Stiekers, Jalan Parangtritis, sebagai pusat kawasan budaya. “Bagaimana nanti MSO bisa berkolaborasi dengan musisi di DIY, menggerakkan atau menumbuhkan apresiasi orkestra melalui tempat bersejarah misalnya museum. Jadi menggerakkan beberapa objek kebudayaan yang ada di DIY,” imbuhnya.

Salah satu konsep dan fungsi dari gedung yang direncanakan itu adalah untuk orkestra. “MSO dengan kemampuan dan jam terbangnya akan memberikan asistensi terkait spesifikasi gedung orkestra level dunia. Pak Gubernur juga sudah sampaikan, jangan semata-mata hanya membangun gedung saja, yang terpenting adalah membangun kesadaran masyarakat DIY agar mengapresiasi seni orkestra. Gedung jadi namun tidak ada audiensnya maka akan percuma,” urai Dian.

Proses ini akan dilakukan secara bertahap baik fisik maupun nonfisik. “Besok agreement penandatanganan kerja sama ini untuk tahapan 2023 ke atas,” katanya. Perjanjian ini sendiri akan berlangsung selama tiga tahun ke depan hingga tahun 2025.

Tambah Dian, untuk menumbuhkan kesadaran berorkestra, sejatinya selama ini sudah dapat terlihat dari berbagai orkestra yang pernah digelar. “Ternyata penggemarnya cukup banyak, sehingga yang kita siapkan adalah menguatkan ekosistem-ekosistem orkestra itu dulu tapi yang penting adalah itu tadi orkestra buka sesuatu yang eksklusif bukan sesuatu yang mahal tapi lebih mudah dijangkau oleh masyarakat sebagai bagian dari alternatif pengembangan seni musik di DIY,” tutup Dian.

Sementara, Sophie Galaise menyampaikan apresiasi dan ungkapan terima kasih kepada Ngarsa Dalem karena memiliki perhatian yang besar untuk orkestra. “Kami sangat menantikan ini, Gubernur memiliki visi yang luar biasa untuk menciptakan Yogyakarta Royal Orchestra (YRO). Saya berharap orkestra ini panjang umur dan banyak mendulang kesuksesan,” terangnya.

Ia mengatakan MSO secara khusus akan mengundang YRO untuk pentas di Melbourne dalam beberapa tahun ke depan. “Kami juga sudah membahas rencana masa depan ini dalam pertemuan tadi,” katanya. Ia mengaku Ngarsa Dalem sangat senang mendengar progres para siswa lulusan musik yang sebelumnya dilatih oleh MSO dan telah berjalan sangat baik selama bertahun-tahun. “Siswa yang sebelumnya, sekarang bergabung di YRO dan kami sangat bangga pernah melatih mereka,” tutupnya.

Adapun MSO adalah orkestra Barat pertama yang tampil di luar ruangan yakni Situs Warisan Dunia UNESCO Candi Prambanan dan orkestra profesional pertama yang menampilkan Beethoven’s Symphony No.2 di wilayah tersebut. Sepanjang tahun 2020 dan 2021, MSO juga mendapat kehormatan berkolaborasi dengan Kawedanan Hageng Kridhomardowo Keraton Yogyakarta dibawah pimpinan KPH Notonegoro untuk membantu lahirnya YRO, yang memulai debut pada Juni 2021. (Vin/Aa/Jhn)

Humas DIY

Bagaimana kualitas berita ini: