25 Mei 2023

Langka, 60 Karya Seni Rupa Koleksi TBY Dipamerkan

Yogyakarta (24/05/2023) jogjaprov.go.id - Sebanyak 60 karya perupa lintas generasi ditampilkan dalam pameran seni rupa koleksi Taman Budaya Yogyakarta (TBY) bertajuk 'Kencan Nonton Wayang' di TBY, Rabu malam (24/05). Pameran koleksi karya berupa lukisan, patung dan grafis nan langka ini merupakan hasil kerjasama TBY dan Prodi S-1 Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta yang berupaya menggambarkan sketsa lanskap seni rupa modern di DIY selama dekade 1970 hingga 2000-an.

Pameran yang dibuka Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Laksmi Pratiwi ini dimeriahkan penampilan apik dari Yayasan Siswa Among Beksa, Didik Nini Thowok dan Simphony Kerontjong Moeda X Pandika Kamajaya. Pameran koleksi dibagi dalam tiga zona yaitu Para Maestro, Para Penerus dan Para Penghuni Kepingan Zaman ini dapat dikunjungi setiap hari pukul 10.00 - 20.00 WIB sejak 24 hingga 31 Mei 2023.

Koleksi karya yang dihadirkan berasal dari perupa lintas generasi diantaranya Aming Prayitno, Amri Yahya, Askabul, Bagong Kussudiarjo, Djakaria Suriakusumah, Dyan Anggraini Rais, Eddy Sulistyo, Edhi Sunarso, Entang Wiharso, Fadjar Sidik, Genthong HSA., H. Harjiman, H. Widayat, Herry Wibowo, Ida Hadjar, I Made Wiradana dan I Made 'Toris' Mahendra.

Selain itu juga ada karya Kelompok SR. Jendela terdiri dari Jumaldi Alfi, Rudi Mantofani, Yunizar, Yusra Martunus, Handiwirman., R.M. Djajengasmoro, Rais Rayan, Rusli, Saptoto, Soetopo, Subroto SM., Sulebar M. Soekarman, Suwaji, Syahrizal Pahlevi, Ugo Untoro, Yon Indra, Z. Teguh Suwarto dan perupa lainnya

Tim kurator pemeran Mikke Susanto didampingi Khoirul Anam dan Lisistrata Lusandiana menyampaikan karya-karya yang dipamerkan ini penting karena beberapa atau sebagian diantaranya memang terkait perkembangan sejarah seni rupa di DIY sehingga memiliki nilai sejarah yang luar biasa. Pameran langka menyajikan 60 karya seni dari 100 karya seni lebih koleksi yang ada di TBY tersebut diharapkan dapat berlangsung rutin setiap tahunnya.

" Pameran yang sangat langka karena tidak semua lembaga memiliki kemampuan membuat pameran semacam ini. Di luar itu semua saya kira TBY sudah saatnya bisa membuka diri untuk bisa melakukan banyak kerja-kerja teknis lainnya terkait misalnya dengan konservasi kemudian sosialisasi . Saya membayangkan di masa mendatang TBY bisa menyediakan karya-karya seni sebagai bagian dari edukasi publik yang lebih luas. Bukan saja DIY yang mendapatkan imbas dari koleksi ini tetapi dari seluruh dunia bisa melihat karya-karya ini sebagai bagian dari kebudayaan global," tuturnya.

Menurut Mikke, pameran ini sangat langka mengingat tidak semua koleksi dengan mudah diakses dan tidak tertutup sebagai bagian dari upaya meneruskan misi kebudayaan lokal. Dengan aset ini menjadi bagian menyebarluaskan kebudayaan DIY di tengah masyarakat yang lebih luas.

" Kami mengusulkan agar Pemda DiY bisa menyediakan Dana Keistimewaan (Danais) untuk pembelian lukisan-lukisan karya seniman-seniman Indonesia maupun DIY agar bisa dikoleksi Disbud DIY. Kami menyadari rangkaian sejarah itu tidak cukup lengkap sehingga kami mengupayakan agar pameran ini bisa menjadi pemantik munculnya museum seni rupa di DIY. Ini cita-cita kita semua karena DIY dinilai sebagai salah satu pusat seni rupa di Indonesia maupun di Asia Tenggara belum memiliki museum," katanya.

Mikke menuturkan adanya sebuah museum atau galeri seni rupa di DIY tersebut agar bisa melacak banyak data yang ada di dalam setiap karya yang dipamerkan. Pemeran ini memang belum menjadi pameran yang sangat lengkap tetapi ini bisa menjadi cikal bakal untuk menjadikan DUY sebagai tempat melihat jejak-jejak masa lalu di dalam dunia seni rupa di Tanah Air. Pengunjung bisa membaca hampir semua karya seni dengan narasinya.

"Kita bertiga tidak mudah untuk menggali itu semua karena terkait dengan keberadaan data yang dulu pernah digali teman-teman TBY. Kami juga berterima kasih dan mengapresiasi TBY terkait dengan hal itu, sehingga kami bisa menggali berbagai macam hal yang lebih detail lagi. Kami semua berharap kepada TBY maupun Disbud DIY bisa terus menambah koleksinya di masa mendatang," paparnya.

Kepala Disbud DIY Dian Laksmi Pratiwi mengatakan pameran seni rupa koleksi TBY ini merupakan suatu pencapaian yang luar bisa. Pameran ini merupakan pameran koleksi TBY yang kedua digelar setelah sebelumnya diadakan pada 1995 lalu. Salah satu tupoksi dari TBY adalah bagian dari pengajian pengelolaan seni dan khususnya laboratorium dan etalase termasuk pusat informasi dan dokumentasi karya-karya seni.

" Jika orang awam melihatnya pameran seni rupa sesuatu yang biasa, tetapi bagi kami tidak ini sangat luar biasa. Karena butuh waktu 28 tahun untuk mengeluarkan lagi koleksi-koleksi dari TBY. Dengan pameran ini pula, kami mampu mempertanggungjawabkan semua aset yang dimiliki untuk bisa diapresiasi masyarakat secara lebih luas," ujarnya.

Dian menyatakan kegiatan ini menjadi bagian dari nostalgia kembali terkait dengan tokoh-tokoh yang berperan di dalam pengadaan-pengadaan koleksi di dalam proses kreatif. Pengunjung dapat melihat sebanyak 60 karya seni lengkap dengan narasinya selama 8 hari penyelenggaraan pameran. " Kami yakinkan saran dan rekomendasi ini juga menjadi bagian dari cita-cita kami. Siapa sih yang tidak ingin punya museum seni rupa? Ada beberapa tahapan perencanaan kedepannya," imbuhnya.

Sejak awal berdiri, TBY sebagai UPT Disbud DIY telah mengoleksi karya seni rupa yang bertujuan mewujudkan Galeri Seni Rupa. Karya-karya yang dikoleksi diperoleh melalui pembelian dan pemberian (hibah) sejumlah perupa. Sampai saat ini telah terdata lebih dari 100 karya seni berupa lukisan, grafis, kriya dan patung yang dikoleksi TBY.

TBY telah berperan menjembatani peran seniman di mata masyarakat. Termasuk menaikkan pamor karya seni sebagai benda penting di arena publik. Melalui pameran koleksi yang kedua ini, diharapkan dapat menaikkan citra TBY, Pemda dan masyarakat DIY, hingga Indonesia di pentas atau pasar seni internasional.

Karya-karya penting yang disajikan ini telah sepadan dengan tontonan klasik seperti wayang, gamelan maupun jenis seni tradisi klasik lainnya. Tak salah bila masyarakat harus meyakini karya-karya seni Indonesia telah dan akan terus menjadi bagian dari seni global. "Untuk itu, menontonlah dengan penuh gairah dan selidik, sebab yang Anda tonton memang penting dan perlu" pungkasnya. (Fn/Dvd)


-HUMAS DIY-

Bagaimana kualitas berita ini: