08 Jul 2024

Lestarikan Mubeng Beteng, Refleksi Diri Dalam Keheningan

Yogyakarta (08/07/2024) jogjaprov.go.id - Tradisi mubeng beteng yang merupakan Warisan Budaya Tak Benda (WBTb,) Indonesia dari DIY kembali digelar Paguyuban Abdi Dalem Keraton Yogyakarta didukung Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY pada Minggu malam (07/07). Tradisi budaya yang terus dilestarikan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Jawa 1 Muharram 1446 H atau 1 Sura Je 1958 ini menjadi momentum merefleksikan diri melalui laku mubeng beteng dengan membisu alias tidak banyak berbicara atau tapa bisu lampah mubeng beteng.

Prosesi mubeng beteng diawali dengan pembacaan tembang Macapat dan doa bersama sejak pukul 19.30 hingga 22.00 WIB. Kemudian tamu undangan pada pukul' 22.00 WIB. Dari pihak Keraton Yogyakarta hadir putri sulung Sri Sultan GKR Mangkubumi di lokasi pada pukul 23.00 untuk memberikan sambutan sekaligus melepas keberangkatan mubeng beteng tepat pukul 00.00 WIB ditandai dengan bunyi lonceng sebanyak 12 kali.

"Saya mengucapkan selamat tahun baru, semoga semuanya mendapatkan berkah. Tradisi mubeng beteng ini sudah masuk WBTb , mari bersama-sama kita lestarikan. Selama mubeng beteng, kita bisa berdoa meminta keselamatan dan berkah sebanyak-banyaknya, mohon doanya juga bagi Ngarso Dalem dan keluarga. Mari bersama-sama dengan tertib melaksanakan mubeng beteng dan diberikan keselamatan sampai selesai acara, " ucap GKR Mangkubumi.

Setidaknya 4 ribuan orang baik Abdi Dalem, masyarakat dan wisatawan tumpah ruah mengikuti prosesi lampah budaya ini dalam nuansa kesunyian dan suasana khidmat. Peserta mubeng beteng tidak berbicara dan tanpa alas kaki berjalan mengitari beteng keraton berlawanan dengan arah jarum jam sejauh kurang lebih 4,5 kilometer

Adapun rute Mubeng Beteng dimulai dari Keben- Ngabean -Pojok Beteng Kulon - Plengkung Gading - Pojok Beteng Wetan - Jalan Ibu Ruswo - Alun-Alun Utara - Keben. Tak sedikit pula masyarakat maupun wisatawan yang ikut berjalan sepanjang kurang lebih 4 kilometer mengikuti prosesi ini di belakang barisan para Abdi Dalem.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan mubeng beteng keraton ini merupakan tradisi yang diinisiasi masyarakat dalam hal ini Paguyuban Abdi Dalem Keraton Yogyakarta sehingga bukan termasuk Hajad Dalem. Mubeng beteng adalah salah satu tradisi dimana setiap memasuki tahun baru Islam untuk merefleksikan diri melalui laku mubeng beteng dengan membisu alias tidak banyak berbicara.

" Kita dapat merefleksikan dalam satu tahun belakangan dan satu tahun kedepannya dengan umbul donga supaya diberikan kesehatan, keselamatan bagi keluarga Ngarso Dalem beserta seluruh keluarga besar Keraton Yogyakarta maupun seluruh masyarakat DIY. Tradisi ini sudah diakui di tingkat nasional karena telah ditetapkan sebagai WBTb Indonesia dari DIY," papar Dian

Dian menekankan dengan menjadi WBTb, tradisi mubeng beteng khususnya yang dilakukan paguyuban Abdi Dalem Keraton Yogyakarta kemudian harus dilestarikan terutama nila-nilai dan makna penting untuk selalu merefleksi diri dan memohon doa keselamatan. Meski bukan Hajad Dalem, mubeng beteng ditetapkan sebagai WBTb karena sudah dilakukan masyarakat lebih dari dua dekade atau lebih dari 50 tahun.

"Tradisi Mubeng Beteng tahun ini sama seperti tahun sebelumnya yang pusatnya dilaksanakan di Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti atau Kompleks Kamandungan Lor/Keben. Ini atas izin dari Ngarso Dalem (Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X) dengan rangkaian acara pun sama dengan tahun lalu," kata Penghageng Kawedanan Reksa Suyasa Keraton Yogyakarta, KRT Kusumanegara.

Kusumanegara menyatakan makna mubeng beteng ini pada dasarnya masyarakat Jawa memperingati tahun baru itu dengan kekhusyukan, keheningan dan kekhidmatan berdoa kepada sang pencipta agar tahun ini dan masa datang menjadi lebih baik. Adapun para Abdi Dalem mewujudkannya dengan melakukan tapa bisu mubeng beteng.sambil berdoa sesuai keinginan masing-masing.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis Charlotte Esnou yang hadir dalam acara tradisi ini mengaku dirinya merasa sangat istimewa dapat menyaksikan langsung acara mubeng beteng. Ia merasa sangat damai dan merasakan adanya energi didalam begitu memasuki gerbang istana.

" Semua orang begitu tenang dan benar-benar berkonsentrasi pada apa yang terjadi dan ada getaran yang indah. Saya merasa harus sangat berhati-hati agar tak mengganggu hal yang sedang terjadi, tetapi saya merasa sangat sangat bahagia bisa berada seperti kesempatan sekali seumur hidup, " tuturnya.

Klarinet dan Kinan, kakak adik yang berasal dari Yogyakarta ini sangat antusias mengikuti tradisi budaya mubeng untuk pertama kalinya. Keduanya mengikuti acara ini karena penasaran sekaligus ingin mengeksplore tradisi yang dimiliki DIY sebanyak warga asli Yogyakarta. " Kami ingin menambah pengalaman khususnya buat anak muda biar tidak lupa sama akar budayanya. Kita juga untuk pertama kalinya ingin merasakan langsung mubeng Beteng sekitar jam 12 malam," imbuh Klarinet. (Fn/Rcd/Wp)

Humas Pemda DIY -

Bagaimana kualitas berita ini: