02 Sep 2022
  Humas DIY Berita,

Lewat Muhibah Budaya, DIY Rajut Budaya Mataram Dengan Trenggalek

Trenggalek (01/09/2022) jogjaprov.go.id – Kedatangan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X ke Kabupaten Trenggalek, Kamis (01/09) sore dalam rangka menghadiri Malam Puncak Muhibah Budaya Trenggalek 2022 yang berangsung di Pendopo Manggala Praja Nugraha, Trenggalek, disambut hangat oleh antusiasme dari masyarakat Trenggalek. Ribuan masyarakat berkumpul memadati sepanjang Alun-Alun Trenggalek untuk menyaksikan secara langsung kedatangan rombongan kirab Gubernur DIY ini dengan penuh suka cita.

“Suatu kehormatan bagi delegasi Pemda DIY dapat hadir dalam Muhibah Budaya ini yang bukan sekadar kunjungan biasa, tetapi bermakna merajut persahabatan untuk merangkai kembali kesejarahan Mataram,” tutur Sri Sultan pada Malam Puncak Muhibah Budaya Trenggalek 2022, Kamis (01/09) malam.

Sri Sultan menyampaikan, khazanah sejarah dan budaya Mataram menjadi benang merah yang telah terajut abadi antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Trenggalek, sehingga sudah seyogianya untuk senantiasa dilestarikan. Oleh karena itu, Muhibah Budaya Trenggalek 2022 sekaligus menjadi momentum bagi Pemda DIY, merajut ulang komitmen memajukan budaya Mataram dengan Kabupaten Trenggalek untuk menumbuhkan lagi spirit ke-Indonesiaan.

“Bersama-sama kita nguri-uri kabudayan dalam semangat gendhon rukun, rumangsa melu andarbeni, wajib melu angrukubi,” ujar Sri Sultan.

Dikatakan Sri Sultan, sudah selayaknya warga Trenggalek berbangga karena hidup di sebuah wilayah yang penuh dengan histori dan budaya adiluhung. Trenggalek adalah sebuah daerah yang istimewa, terutama apabila ditilik dari sejarahnya.

Lebih lanjut, Sri Sultan mengutarakan, keterikatan sejarah antara DIY dan Kabupaten Trenggalek salah satunya bermula dari Perjanjian Giyanti tahun 1755, dimana Kerajaan Mataram terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Trenggalek terbagi ke dalam dua bagian, Panggul dan Munjungan masuk wilayah kekuasaan Bupati Pacitan, yang mengabdi kepada Kasultanan Yogyakarta, sedangkan bagian lainnya masuk ke dalam wilayah Bupati Ponorogo yang berada di bawah kekuasaan Kasunanan Surakarta.

Selain keterikatan sejarah, diungkapkan Sri Sultan, Kabupaten Trenggalek juga memiliki potensi dan cagar budaya yang beragam, sejak periode prasejarah dan berlanjut terus sampai periode sesudahnya. “Kondisi ini juga sama dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang juga memiliki keragaman warisan dan cagar budaya dari periode prasejarah. Jelas sudah, Jogja dan Trenggalek menjadi istimewa juga karena esensi budaya,” ucap Sri Sultan.

Selain itu, Sri Sultan turut menyambut baik inisiatif dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek untuk turut nguri-uri Budaya Mataram yang sejatinya merupakan persembahan untuk anak cucu di masa depan. Keagungan dan nilai-nilai edi peni dan adi luhung yang terkandung di dalamnya diharapkan Sri Sultan dapat menjadi living tradition di kehidupan masyarakat, diterapkan sebagai tuntunan hidup, demi tercapainya tataran masyarakat yang Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja, mewujudkan Indonesia yang Panjang Dawa Pocapane, Punjung Luhur Kawibawane.

“Saya juga mendukung penuh terjalinnya kerjasama antar kedua daerah. Harapannya, upaya baik ini akan membawa dampak positif dan signifikan bagi kemajuan Kabupaten Trenggalek,” ungkap Sri Sultan.

Adapun dalam kesempatan tersebut, dilakukan penandatangan naskah kesepakatan bersama dan kerja sama antara Pemda DIY dengan Pemerintah Kabupaten Trenggalek oleh Gubernur DIY dan Bupati Trenggalek. Kerja sama kedua belah pihak tersebut diharapkan dapat menitikberatkan pada sejumlah hal antara lain, yakni pengoptimalan pengelolaan potensi sumber daya secara berkelanjutan, percepatan pemenuhan pelayanan publik, serta pemberian pelayanan dasar masyarakat secara efektif dan efisien guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, ruang lingkup kerja sama ini meliputi kebudayaan dan pariwisata, pendidikan, industri dan perdagangan, infrastruktur, kehutanan dan lingkungan hidup serta kelautan dan perikanan.

Selain itu, tidak kalah penting, dilakukan pula penyerahan pusaka songsong dan waos yang diberi nama Wignyamurti. Penyerahan pusaka tersebut dilakukan langsung oleh Gubernur DIY kepada Bupati Trenggalek.

Didefinisikan per kata, Wignya memiliki arti pandai sedangkan Murti memiiki arti badan atau penuh. Dengan demikian, secara umum dapat diartikan bahwa Wignyamurti adalah sebuah harapan agar pemegang pusaka tersebut dipenuhi dengan kepandaian dalam konteks tata praja.

Secara simbolis, Gubernur DIY juga menyerahkan gunungan kepada dalang Ki Edi Suwondo. Gubernur DIY pun dalam kesempatan ini menerima cendera mata berupa lukisan yang diserahkan oleh Bupati Trenggalek. Lukisan tersebut adalah lukisan yang menggambarkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersama Presiden Soekarno.

Malam Puncak Muhibah Budaya Trenggalek 2022 ini pun menyuguhkan berbagai penampilan spesial. Seperti pentas dari para peserta workshop tari tradisional gaya Yogyakarta dan workshop macapat yang telah mengikuti pelatihan selama tiga hari sebelum penyelenggaraan pagelaran malam puncak tersebut.

Disuguhkan juga penampilan spesial, yakni Beksan Surengrana dan Beksan Menak Putri Ngambarkustub Kridha yang dibawakan oleh Kraton Yogyakarta. Turut hadir bersama Sri Sultan pada acara tersebut, GKR Hayu, Kepala OPD DIY atau jajarannya, Wakil Bupati Trenggalek beserta istri, jajaran Forkopimda Kabupaten Trenggalek, dan hadirin peserta undangan lainnya. (Han/Ts/Jhn)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: