17 Jul 2024
  Humas DIY Berita,

Literasi Bukan Sekadar Konsumsi Informasi

Yogyakarta (17/07/2024) jogjaprov.go.id - Puncak tertinggi literasi bukan sekadar konsumsi informasi belaka, namun juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembentukan kebijakan, inovasi teknologi, dan dialog budaya yang dinamis. Untuk itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pun mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan ‘Sepekan 1 Buku’ dan ‘Membaca Nyaring’ yang digalakkan Perpustakaan Nasional RI di DIY.

Dukungan tersebut disampaikan Sri Sultan dalam pembukaan acara Gerakan Indonesia Membaca di DIY pada Rabu (17/07) di Hotel Sahid Raya Yogyakarta. Sri Sultan menuturkan, dalam lanskap intelektual yang semakin kompleks dan dinamis, inisiasi literasi membaca sejak dini, mendemonstrasikan tataran pendidikan transformasional.

“Setiap tahapan membaca, dimulai dari membaca nyaring, membaca intensif, membaca diam, dan membaca ekstensif, adalah pilar-pilar monumental dalam membangun masyarakat yang cerdas dan inovatif. Seiring konteks hari ini, membaca nyaring pada usia dini bukanlah sekadar ritual menyuarakan frasa, melainkan sebuah fondasi dan simfoni interaksi sosial, yang mengajak anak-anak untuk mengeksplorasi dunia melalui kata-kata,” ucap Sri Sultan.

Sri Sultan mengungkapkan, ketika anak-anak tumbuh dan memasuki jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas, membaca intensif pun menjadi cahaya yang menerangi lorong-lorong pemahaman mendalam, mengukir pemikiran kritis melalui teks yang kompleks. Kemudian di strata pendidikan tinggi, membaca diam dan ekstensif, bertransformasi menjadi alat eksplorasi akademis esensial, mendorong mahasiswa menavigasi arus besar pengetahuan interdisipliner.

“Inisiasi gerakan ‘Sepekan 1 Buku’ dan ‘Membaca Nyaring’ juga beresonansi dengan program ‘Sastra Masuk Kurikulum’ yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. Dengan memanfaatkan kekuatan sastra dalam Kurikulum Merdeka, kita dapat membuka cakrawala baru yang memperkuat minat baca, menumbuhkan empati, dan mengasah kreativitas serta nalar kritis generasi penerus bangsa. Manifestasi dari mimpi ini, adalah sebuah peradaban yang tak hanya melek huruf, tetapi juga kaya akan wawasan dan kebijaksanaan,” tutur Sri Sultan.

Sri Sultan pun mengajak untuk terus melanjutkan kolaborasi. Menciptakan Indonesia yang lebih sejahtera, dimana literasi adalah cahaya yang mengusir kegelapan ketidaktahuan, dengan setiap warga memiliki akses tak terbatas pada pengetahuan, dan perpustakaan menjadi pusat kreativitas dan inovasi.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI Adin Bondar mengatakan, Gerakan Indonesia Membaca perlu kembali dibumikan agar generasi muda yang membawa Indonesia Emas 2045 bisa menjadi bagian yang terpenting dan dapat bersaing dengan baik dalam persaingan global baik regional maupun dunia. Selain itu, budaya membaca dan literasi masyarakat perlu terus didorong lantaran masih rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia dibanding negara lainnya.

“Sehingga masyarakat kita belum cakap dalam hidupnya, mengakibatkan masyarakat kita itu belum kreatif, produktif, kemudian tidak sejahtera. Inilah yang menjadi solusi menurut kami bahwa Gerakan Indonesia Membaca ini perlu kembali kita bumikan,” kata Adin.

Adin berharap, Pemerintah Daerah DIY pun dapat terus melakukan perbaikan-perbaikan dan dorongan agar upaya penguatan kegemaran membaca dan literasi di tanah air bisa terus meningkat. Meskipun, pada tahun 2023 DIY telah berhasil menempati peringkat teratas dari seluruh provinsi se-Indonesia terkait nilai tingkat kegemaran membaca di Indonesia yakni sebesar 73,27. Selain itu, DIY juga berhasil menempati peringkat kedua dari seluruh provinsi di Indonesia pada indikator indeks pembangunan literasi masyarakatnya dengan nilai 85,09.

Adin menyebutkan, upaya mendorong kegemaran membaca dan literasi masyarakat di DIY ini dilakukan melalui kegiatan Sepekan 1 Buku dan Membaca Nyaring atau Read Aloud. Kegiatan ‘Sepekan 1 Buku’ mengajak siswa SMP/MTs Sederajat dan SMA/MA/SMK Sederajat membiasakan diri membaca 1 buku dalam sepekan yang dirangkaikan dengan kegiatan lomba resensi dalam bentuk tulisan atau video yang diunggah di media sosial dan website resmi Gerakan Indonesia Membaca Perpustakaan Nasional RI.

Sementara, kegiatan Membaca Nyaring atau Read Aloud menjadi sebuah praktik pengajaran di mana guru, orang tua, dan pengasuh membacakan teks dengan bersuara kepada anak-anak. Membaca Nyaring mendorong anak untuk mendengarkan secara aktif serta memproses teks dan kosa kata yang lebih menantang daripada yang bisa mereka dapatkan sendiri.

“Pada kegiatan ‘Sepekan 1 Buku’, para peserta akan dilatih membuat sebuah resensi buku dan pelatihan Membaca Nyaring yang disebut dengan read aloud. Metode Membaca Nyaring ini adalah satu metode di mana sebelum anak-anak kita pintar membaca, maka ada partisipasi guru maupun ibu itu membacakan bacaan-bacaan yang baik agar nanti kualitas hidupnya, motorik kemudian emosional anak itu bisa tumbuh berkembang ketika anak kita menjadi dewasa,” jelas Adin. (Han/Rd/Ip)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: