28 Nov 2011
  Humas Berita,

Majelis Rakyat Papua Barat Dialog Dengan Sultan

Majelis Rakyat Papua Barat Dialog Dengan Sultan

KEPATIHAN YOGYAKARTA (25/11/2011) pemda-diy.go.id Keistimewaan Yogyakarta yang didalamnya tampak seperti ada dualisme kepemimpinan yakni kepemimpinan dari Pemerintahan Nasional dan Pemerintahan Kraton, menjadi kajian yang menarik oleh banyak pihak, tidak terkecuali oleh Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Barat.

Hal itu terungkap dalam dialog antara MRP dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Gedhong Pracimosono Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (25/11).

Vitalis Yumte, S.Pd selaku pimpinan rombongan MRP menjelaskan, tujuan dari dialog ini untuk mengetahui secara mendalam tentang pelaksanaan Keistimewaan Yogyakarta, dimana Yogyakarta menjalankan pemerintahan formal yang didalamnya mampu menghormati keberadaan kultur budaya lokal dan keanekaragaman budaya masyarakat luar yang berdomisili di Yogyakarta.

Di Papua mengenai tapal batas daerah satu dengan daerah lain yang sejak dulu ada, masih menimbulkan masalah antar suku, sehingga muncul konflik diantara mereka. Dialog ini diharapkan dapat sebagai reverensi atau rujukan supaya kami di Papua Barat juga mampu seperti Yogyakarta, ujar Vitalis.

Sementara Sultan HB X yang dalam kesempatan tersebut didampingi Asisten Administrasi Umum Drs. Sigit Sapto Rahardjo, MM menjelaskan, Undang Undang Agraria waktu dulu tidak berlaku di Yogyakarta, pasalnya tanah yang ada di Yogyakarta merupakan milik Kraton Ngayogyakarto Hadinigrat yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sultan Ground (SG), sehingga tidak menimbulkan masalah mengenai tapal batas.

Berkomentar terkait pelestarian kebudayaan yang ada Yogyakarta, Sultan mengatakan, pelestarian kebudayaan di Yogyakarta merupakan salah satu yang diakui dunia, terutama mengenai keanekaragaman budaya yang ada. Setidaknya terdapat lima venue yang diakui oleh konstutisional, yaitu bahasa, pakaian, makanan, tradisi, dan filosofi.

Sebagai contoh dalam bidang bahasa, di Yogyakarta Bahasa Jawa masuk dalam kuri kulum mata pelajaran muatan lokal di sekolahan, terang Sultan.

Sultan menyebutkan bahwa hingga saat ini tradisi yang ada di masyarakat Yogyakarta dalam banyak hal masih dipertahankan oleh masyarakat, seperti diantaranya bersih kampung/desa. Kearifan lokal juga masih kental dimasyarakat, sehingga tercipta rasa saling menghormati antar warga masyarakat.

(arlan/***).

HUMAS Ro UHP DIY

Bagaimana kualitas berita ini: