09 Nov 2022
  Humas DIY Berita, Agenda Kegiatan,

Meneladani Sosok Dwi Tunggal, Pahlawan Nasional dari Yogyakarta

Yogyakarta (10/11/2022) jogjaprov.go.id - Salah satu bukti yang meneguhkan Yogyakarta sebagai kota perjuangan adalah adanya penghargaan negara atas perjuangan para tokoh dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
 
Hingga 2022, terdapat tujuh tokoh asal DIY yang dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional. Dua diantaranya adalah Sultan Hamengku Buwono IX dan KGPAA Paku Alam VIII. 
 
Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan raja kesembilan Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) yang juga menjabat sebagai Gubernur Yogyakarta (1945-1988). 
 
Sementara, KGPAA Paku Alam VIII merupakan Adipati Kadipaten Pakualaman yang paling lama menjabat (1937-1998) sekaligus juga menjadi yang terlama menjabat sebagai Penjabat Gubernur baik di DIY dan Indonesia (1988-1998).
 
Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka PA VIII merupakan Dwi Tunggal, sosok pemimpin yang menyelaraskan ritme kepemimpinan di dua wilayah penerus Mataram Islam.
 
Sri Sultan Hamengku Buwono IX memiliki andil yang besar khususnya dalam mendukung kesatuan NKRI. Sebulan setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya 5 September 1945, HB IX bersama KGPAA Paku Alam VIII, menyatakan bahwa Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman merupakan bagian dari kesatuan NKRI. Peristiwa ini selanjutnya dikenal dengan sebutan Amanat 5 September. 
 
Dalam masa pemerintahannya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menghilangkan jabatan Pepatih Dalem, karena dinilai cenderung mendukung pemerintahan kolonial. Di samping itu, HB IX juga banyak mendulang keberhasilan dalam berdiplomasi dengan Jepang, salah satu wujudnya adalah berhasil dibangunnya Selokan Mataram. 
 
Keberhasilan pembangunan Selokan Mataram itu menjadi tonggak sejarah kemandirian dan kemakmuran warga yang mayoritas bekerja sebagai petani.
 
Pemilik nama timur Gusti Raden Mas Dorodjatun ini juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI (1973-1978) dan sebelumnya juga diberikan kepercayaan untuk menjadi menteri di beberapa kabinet, salah satunya Menteri Koordinator Ekuin (1968-1973). 
 
Ngarsa Dalem HB IX juga merupakan inisiator perjuangan tentara dan rakyat dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Bersama Panglima Besar Jenderal Sudirman, beliau menjalankan komando untuk menyerang penjajah dan merebut kembali Yogyakarta. 
 
Ayah Sri Sultan Hamengku Buwono X ini juga terlibat aktif dan memberikan perhatian besar pada kegiatan kepanduan sejak masa kanak-kanak sehingga diberikan amanah untuk menjadi Bapak Pramuka Indonesia. 
 
Jasa HB IX dalam bidang pramuka tersohor hingga mancanegara, sehingga membuat HB IX dianugerahi Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) pada 1973. Penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi bagi sosok yang dinilai berkontribusi besar dalam pengembangan pramuka.
 
Sementara, pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada KGPAA Paku Alam VIII, dilakukan pada Senin 7 November 2022 di Jakarta. Keputusan pemberian gelar tersebut termaktub dalam SK Presiden RI Nomor 96/TK/2022 tertanggal 3 November 2022. 
 
Seremonial penyerahan gelar dilakukan Presiden RI Joko Widodo kepada KGPAA Paku Alam X selaku perwakilan keluarga dan merupakan Adipati ke-10 Kadipaten Pakualaman. 
 
Sri Paduka Paku Alam VIII yang terlahir dengan nama Bendara Raden Mas Harya Sularso Kunto Suratno semasa hidup banyak memberikan sumbangsih terhadap NKRI. Beliau banyak terlibat dalam perjuangan bangsa Indonesia sejak masa pendudukan Jepang, revolusi kemerdekaan hingga reformasi, termasuk mengembangkan seni olahraga di DIY. 
 
Tak hanya sebagai pemimpin, Sri Paduka PA VIII merupakan pejuang pengisi kemerdekaan RI. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memajukan pendidikan bagi rakyat di Kadipaten Pakualaman dengan memberantas buta huruf. 
 
PA VIII bersama Sri Sultan HB IX juga mengabdikan diri pada bidang pendidikan yakni dengan mendukung penuh berlangsungnya pendidikan di Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan melalui berdirinya perguruan tinggi seperti UGM, UNY, dan IAIN. Selain itu juga mendirikan Sekolah Rakyat yang saat ini bernama SD Puro Pakualaman dan SMP Puro Pakualaman. 
 
Pada 20 Mei 1998, semasa pemerintahan PA VII yakni saat menjabat sebagai Pj. Gubernur, PA VIII bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan maklumat untuk mendukung reformasi damai untuk Indonesia. 
 
Maklumat tersebut dibacakan di hadapan masyarakat dalam acara yang dikenal dengan nama Pisowanan Ageng. Beberapa bulan setelahnya, tepatnya September 1998, Sri Paduka PA VIII meninggal dunia karena sakit. 
 
Semoga semua sikap patriotisme HB IX dan PA VIII menjadi suri tauladan bagi kita semua dan menjadi sebuah motivasi agar kita senantiasa berintegritas mengisi kemerdekaan Indonesia dengan karya dan hal yang bermanfaat. [vin]
 
HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: