30 Mei 2023
  Humas DIY Berita,

Nano Kitosan Mampu Tingkatkan TKDN 25%

Yogyakarta (30/05/2023) jogjaprov.go.id – Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X menghadiri Pengukuhan Guru Besar bagi Prof. drg. Diatri Nari Ratih, M.Kes., Sp.KG(K)., Ph.D. pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dalam bidang Konservasi Gigi, Selasa (30/05). Bertempat di Balai Senat UGM, Yogyakarta, upacara pengukuhan tersebut dipimpin oleh Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med. Ed., Sp.OG (K), Ph.D.

Pengukuhan Guru Besar bagi Prof. drg. Diatri Nari Ratih, M.Kes., Sp.KG(K)., Ph.D. ini berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nomor 5775/M/07/2023. Mengawali pidato berjudul Pengembangan Nano Kitosan untuk Perawatan Endodontik, Prof. drg. Diatri Nari Ratih, M.Kes., Sp.KG(K)., Ph.D. mengatakan, gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting bagi kesehatan secara umum.

“Gigi berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mastikasi (pengunyahan), estetik (keindahan), fonetik (bicara), dan melindungi jaringan pendukung gigi. Jika gigi sakit maka dapat menimbulkan permasalahan lainnya yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup seseorang dan mengganggu kegiatan sehari-hari,” ungkapnya.

Diatri menjelaskan, endodontik itu sendiri merupakan bagian dari ilmu konservasi gigi yang mempelajari tentang etiologi, diagnosis, pencegahan, perawatan penyakit pulpa dan semua yang berhubungan dengan pulpa dan jaringan periapikal gigi, atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal gigi. Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, penyakit pulpa dan periapikal menduduki urutan ketujuh penyakit rawat jalan di Indonesia pada tahun 2010. Sementara, berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengenai Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, dilaporkan proporsi masalah gigi dan mulut di Indonesia sebesar 57,6%.

“Gigi berlubang yang disebabkan oleh karies termasuk masalah terbesar kesehatan gigi mulut di Indonesia, yaitu mencapai 45,3% serta gusi bengkak disertai abses sebanyak 14%. Seiring dengan masih tingginya penyakit pulpa dan periradikuler di Indonesia, perkembangan material dan alat kedokteran gigi, khususnya dalam bidang endodontik, sangat cepat,” jelasnya.

Material dalam bidang endodontik akhir-akhir ini dikembangkan dengan green methodology untuk menunjang green dentistry yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah polusi dari sumber yang digunakan. Banyak peneliti di bidang endodontik yang melakukan penelitian mengenai material yang berasal dari alam karena material tersebut mudah di dapat.

Sebagai negara bahari, Indonesia merupakan penghasil hasil laut yang besar, seperti udang, kepiting, dan sebagainya dimana limbah hasil laut seperti kulit dan kepala udang maupun cangkang kepiting tersebut sering terbuang dengan percuma. Limbah hasil laut memiliki potensi untuk ditingkatkan manfaatnya dengan diproses menjadi suatu kitosan.

“Akhir-akhir ini, kitosan menarik diteliti di bidang kesehatan karena mempunyai karakter kationik yang unik. Kitosan berasal dari deasetilasi kitin yang berasal dari cangkang/kulit golongan crustacean (terutama udang dan kepiting). Sumber lain yang dapat menghasilkan kitosan adalah golongan serangga, jamur (fungi), dan tanaman tertentu seperti mushrooms,” ungkapnya.

Kitosan mempunyai banyak sifat menguntungkan, seperti biokompatibel, hidrofilik, biodegradasi, bioadhesi, bersifat khelasi dan antibakteri yang luas (antibakteri terhadap Gram negatif, Gram positif, dan fungi), tidak toksik, murah, mudah didapat, warna sesuai dengan gigi, serta mudah dimodifikasi secara kimiawi. Dengan banyaknya sifat yang menguntungkan tersebut, kitosan sangat potensial untuk diekplorasi kemanfaatannya, terutama dalam bidang endodontik, dan tidak hanya suatu limbah dari suatu produksi seafood yang tidak berguna.

Aplikasi penggunaan material dalam bidang kedokteran gigi akhir-akhir ini pun dikembangkan dalam ukuran nano. Demikian pula dalam bidang kedokteran gigi, khususnya endodontik, juga diarahkan untuk dibuat dalam bentuk nano. Nanopartikel dapat memberikan kemajuan dalam mencegah dan merawat infeksi gigi, terutama yang berhubungan dengan antibakterinya.

Nano kitosan sebagai larutan irigasi, medikamen sterilisasi, dan sebagai siler dalam obturasi saluran akar berpotensi dapat diaplikasikan dalam perawatan endodontik sehingga dapat tercapai Triad Endodontik yang kuat sehingga perawatan endodontik dapat berhasil optimal. Di samping itu, penggunaan nano kitosan sebagai material dalam perawatan endodontik, khususnya perawatan saluran akar, merupakan salah satu cara untuk mendukung program pemerintah yang mencanangkan tingkat komponen dalam negeri dalam suatu produk (TKDN), yaitu minimal 25%,” terangnya.

Pemerintah Indonesia sendiri mencanangkan besarnya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada produk minimal 25%. Dimana salah satunya produk yang digunakan di kedokteran gigi mayoritas berasal dari luar negeri.

Oleh karenanya, diutarakan Diatri, udang dan kepiting dari hasil laut di Indonesia diproduksi menjadi nano kitosan pun dengan tujuan untuk meningkatkan TKDN dalam suatu produk material endodontik sehingga dapat bersaing di tingkat global menuju kemandirian bangsa. Selanjutnya diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti bagi pengembangan ilmu maupun material dalam bidang endodontik.

Sebagai dosen dan peneliti yang mendalami ilmu endodontik, Diatri pun menekankan, dalam melakukan perawatan endodontik, salah satu yang terpenting adalah peran dari material yang digunakan. Material yang digunakan sebaiknya bersifat antibakteri.

Nano kitosan digunakan dalam perawatan endodontik karena mempunyai sifat antibakteri yang tinggi, terutama terhadap bakteri an- aerob (E. faecalis). Selain itu, penggunaan material nano kitosan ini diharapkan tidak mengubah sifat fisik dan mekanis dari gigi yang dilakukan perawatan endodontik. Dengan demikian, perawatan endodontik dapat berhasil, gigi dapat berfungsi kembali di dalam mulut, dan akhirnya gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut,” tutupnya. (Han/Ts/Wpt)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: