01 Jun 2018
  Humas Berita,

Pancasila, Rumah Bersama Rakyat Indonesia

Sleman (01/06/2018) jogjaprov.go.id - Peristiwa 1 Juni 1945 merupakan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia. Karena pada hari itu Bung Karno telah membidani lahirnya Pancasila. Sejak saat itu hingga kini, Pancasila menjadi rumah bersama seluruh rakyat Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam orasi kebangsaan pada Konser Indonesia Damai #PancasilaRumahKita. Bertempat di Lapangan Grha Sabha Pramana UGM pada Jumat (01/06), Konser Indonesia Damai diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila.

"Tapi kini rakyat justru bertanya, mengapa nusantara ini terus diusik oleh mereka yang mendua hati. Mengapa Pancasila selalu disulut ancaman radikalisasi dan intoleransi. Bukankah kita mendambakan harmoni bukan antipati, damai bukannya bertikai," ungkap Sri Sultan.

Guna menguatkan sejarah ke depan, Sri Sultan mengajak seluruh masyarakat Indonesia berpesan pada bangsa. Pancasila sudah selayaknya tidak dipuja layaknya ajian keramat, tapi justru harus dijadikan hikmah yang bermanfaat.

"Pancasila, janganlah disimpan sebagai monumen di keranda mati, tapi gunakanlah ia sebagai momen gumregahnya aksi. Pancasila, janganlah kau teriakan dengan bahasa basa basi, tapi gemakan suara bak getar revolusi satukan negeri," kata Sri Sultan.

Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng, D.Eng, mengatakan, Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki akar historis kuat. Karenanya, seluruh rakyat Indonesia harus saling menopang dan menyelesaikan masalah bersama, dengan tetap memperhatikan kemampuan masing-masing. Masyarakat pun harus bersedia mengorbankan kepentingan pribadi untuk  kepentingan  bangsa dan negara Republik Indonesia. 

"Pancasila adalah rumah kita, mari kita bersama-sama dalami, hayati, jaga, rawat, perkuat sendi-sendi kehidupan dengan semangat gotong royong. Gotong royong adalah semangat kita sore ini, bersatu hati memperingati Hari Lahir Pancasila. Pancasila merupakan ideologi yang paling tepat untuk NKRI yang plural," tegasnya.

Menurut Panut, Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia. Karena itu, Pancasila harus dijaga untuk menjadi wadah kebhinnekaan yang mempersiapkan Republik Indonesia demi tegaknya NKRI dan kejayaan bangsa Indonesia.

Tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Maarif turut hadir dalam orasi kebangsaan kali ini. Pria yang akrab disapa Buya Syafi'i ini mengatakan, Pancasila terutama sila kelima itu masih belum betul-betul dilaksanakan hingga saat ini. Hal tersebut tampak dari sistem ekonomi Indonesia yang belum juga sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

"Ekonomi kita masih neo liberalisme, masih kapitalisme. Karena itu kita berharap pemerintah sekarang coba luruskan kiblat ekonomi nasional kita," imbuhnya.

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Drs. Yudian wahyudi, Ph.D, mengatakan, apapun goncangan yang menghadang, bangsa Indonesia harus tetap bersatu dengan cara memperkuat Pancasila, UUD 1945, kebhinnekaan, dan NKRI harga mati.

"Karena dulu kita bersatu, maka bangsa Indonesia punya beberapa mukjizat  yang tidak ada tandingannya di dunia. Nasionalisme di Indonesia terbukti mampu mempersatukan bangsa ini yang memiliki kemajemukan hingga berlapis-lapis. Sekali lagi marilah kita bersatu, jangan mudah diadu domba, jangan mudah bercerai berai," ungkapnya.

Konser Indonesia Damai ini dibuka dengan aubade Gelora Bahana Patria yang menyanyikan empat lagu, termasuk Garuda Pancasila. Konser lalu dilanjutkan dengan penampilan Slank. Band yang beranggotakan Kaka, Ridho, Abdee, Ivanka, dan Bimbim ini memang dikenal sebagai band Indonesia yang sering menyuarakan kritik sosial dan rasa nasionalisme mereka. (Rt)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: