31 Agt 2022

Pemda DIY Gelar Muhibah Budaya 2022 di Trenggalek

Trenggalek (31/08/2022) jogjaprov.go.id – Pemerintah Daerah (Pemda) DIY melalui Dinas Kebudayaan DIY menyelenggarakan Muhibah Budaya Mataraman Yogyakarta di Kabupaten Trenggalek. Muhibah budaya yang berlangsung sejak 29 Agustus-1 September 2022 ini akan dihadiri langsung oleh Gubenur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Malam Puncak Muhibah Budaya Trenggalek 2022 di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Kamis (01/09) malam.

Beragam kegiatan budaya meramaikan kegiatan ini, mulai dari pameran aneka kebudayaan DIY, jumpa sahabat museum, hingga pelaksanaan beberapa workshop. Pameran yang diselenggarakan, antara lain dari permuseuman, warisan budaya, serta potensi desa budaya dan klinik aksara Jawa. Sedangkan workshop yang diadakan di antaranya, workshop macapat, busana Jawa Yogyakarta, tata rias pengantin gaya Jogja, perfilman, tari tradisional gaya Yogyakarta.

Hal yang menarik dalam agenda Malam Puncak Muhibah Budaya Trenggalek 2022 ialah akan disuguhkannya penampilan tari yang merupakan hasil dari workshop tari tradisional gaya Yogyakarta yang dilaksanakan selama tiga hari sebelumnya. Workshop tari tradisional gaya Yogyakarta ini telah berlangsung dari 29-31 Agustus 2022 di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Trenggalek.  

Ditemui saat mendampingi pelaksanaan workshop tari tradisional gaya Yogyakarta, Rabu (31/08) di Disdikpora Kabupaten Trenggalek, Staf Bagian Program Dinas Kebudayaan DIY, Putri Mauliana mengatakan, workshop tari tradisional gaya Yogyakarta ini diikuti oleh 29 peserta yang terdiri atas dua tim, yaitu tim putra dan tim putri. Adapun tim putra berisikan 15 peserta, sedangkan tim putri sebanyak 14 peserta.

Lia, sapaan akrabnya menyampaikan, para peserta workshop tari tradisional gaya Yogyakarta tersebut merupakan para penari yang berasal dari beberapa sanggar Kabupaten Trenggalek. Selain itu, para peserta workshop juga merupakan para pelajar sekolah atau mahasiswa.

“Kalau dari antusias pesertanya, dari awal memang sudah bagus. Dan mereka itu sangat cepat menyerap ilmu dari para pelatihnya. Mereka juga happy gitu bawaannya, untuk mengenal tarian-tarian dari DIY. Jadi ilmu yang baru mereka langsung ingin coba. (Proses belajar) ini cepat, mereka langsung bisa,” jelas Lia.

Pada kesempatan yang sama, Instruktur Tari Menak Kraton Yogyakarta, Nyi RB Nartaki mengutarakan, materi workshop yang diberikan kepada tim putri ialah flashmob Menak. Menurutnya, meskipun para peserta workshop belum memiliki dasar tari gaya Yogyakarta, namun mereka yang merupakan para penari sanggar di Kabupaten Treggalek ini sudah memiliki dasar tari nusantara terlebih dahulu.

Flashmob Menak ini sebelum pandemi pernah ditarikan secara massal di sepanjang Jalan Malioboro. Jadi saat itu tarian ini digelar untuk memperingati kenaikan tahta Ngarsa Dalem pada tahun 2020,” ungkap Nyi RB Nartaki.

Diakui Nyi RB Nartaki bahwa pihaknya tidak terlalu menghadapi banyak kendala dalam mengajarkan flashmob Menak ini, karena para peserta terbilang mudah untuk menghafalkan gerak tari yang diajarkan. Sehingga ia dan para instruktur lainnya tinggal menyesuaikan saja gerak tari yang harus dilakukan.

“Mungkin teman-teman di sini dasar tarinya adalah tari yang ada di Trenggalek, di Jawa Timur dan materi workshopnya adalah tari gaya Yogyakarta. Itu jelas berbeda, maka dari itu kami dari narasumber dan instruktur hanya tinggal menyesuaikan saja mengenai gaya Yogyakarta supaya bisa dibawakan oleh teman-teman peserta workshop di sini,” terangnya.

Nyi RB Nartaki menambahkan, tujuan workshop budaya ini tentu untuk memperkenalkan tari gaya Yogyakarta, salah satunya melalui flashmob Menak ini meskipun tarian ini tidak bisa mewakili tari gaya Yogyakarta secara keseluruhan. Ia berharap, para peserta workshop tersebut nantinya bisa bercerita kepada teman-temannya di sanggar atau di sekolah terkait keikutsertaan mereka dalam workshop flashmob Menak ini.

“Jadi harapan saya juga semoga teman-teman di sini bisa mengenal tari gaya Yogyakarta dan bisa belajar juga supaya teman-teman ini bisa semakin mengetahui khasanah tari Nusantara secara global di Indonesia,” harap Nyi RB Nartaki.

Sementara itu, Pemucang Beksan Surengrana Kraton Yogyakarta, Raden Wedono Widodo Mondro mengungkapkan, pihaknya memilih Beksan Surengrana untuk diajarkan kepada tim putra dalam workshop tari tradisional gaya Yogyakarta pada muhibah budaya kali ini. Beksan Surengrana sendiri dikatakanya adalah tari yang mengisahkan tentang penggambaran seorang prajurit yang sedang berlatih perang.

“Memang menjadi tantangan kami untuk menularkan (ilmu). Mengajarkan tarian baru yang hanya tujuh menit ini bukan sangat sulit, tapi harus bisa beradaptasi dengan benar. Alhamdulillah, selama dalam proses ini kami bisa mewujudkan apa yang diharapkan yakni supaya menularkan tarian klasik gaya Yogyakarta. Walaupun cuma sedikit tapi menjadi sebuah pengalaman yang berharga bagi kami dan mereka para peserta,” ujarnya.

Salah satu peserta workshop, Rhesa Jaya mengatakan bahwa dirinya telah siap seratus persen untuk menampilkan Beksan Surengrana pada Malam Puncak Muhibah Budaya Trenggalek 2022. Pemuda dari Sanggar Krida Utama yang merupakan mahasiswa Unesa Surabaya ini juga mengakui dirinya cukup berdebar-debar mengetahui bahwa pada acara malam puncak nanti Sri Sultan akan ikut menyaksikan penampilannya bersama peserta workshop lainnya.

“Kita jarang-jarang (ada pertunjukan), dua tahun sudah tidak ada apa-apa terus kita dipanggil untuk tampil di pendopo, itu suatu kehormatan. Harapan dari temen-temen Trenggalek sendiri, mungkin untuk ke depannya, tahun depan atau kapan (pun bisa) diadakan (workshop tari) terus,” ujarnya. (Han/Jhn)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: