17 Feb 2023
  Humas DIY Berita,

Pemerintah Siapkan Industri Nasional Menuju Era Society 5.0

Yogyakarta (17/02/2023) jogjaprov.go.id – Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X menghadiri Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik dalam rangka Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) ke-77 Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada pada Jumat (17/02). Bertempat di Grha Sabha Pramana, UGM, kegiatan tersebut mengusung tema ‘Membangun Kedaulatan Teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0’.

Pada pidato ilmiah yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartanto, inisiatif Making Indonesia 4.0 menjadi salah satu program prioritas pengembangan industri yang diluncurkan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi industri pengolahan terhadap PDB dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Making Indonesia 4.0 merupakan peta jalan terintegrasi untuk menyiapkan industri nasional menghadapi era industri digital 4.0.

“Dengan adanya Making Indonesia 4.0, diharapkan pertumbuhan PDB dapat meningkat sebesar 1-2% per tahun dari baseline antara tahun 2018-2030. Kemudian menciptakan lebih dari 10 juta tambahan lapangan pekerjaan, dan mendongkrak kontribusi sektor manufaktur dari 18-19% menjadi 25% di tahun 2030,” ujar Menteri Airlangga.

Pemerintah sebelumnya sudah menetapkan tujuh sektor prioritas Making Indonesia 4.0 diantaranya yaitu makanan dan minuman, otomotif, kimia, tekstil dan produk tekstil, elektronika, farmasi, dan alat kesehatan. Ketujuh sektor tersebut dipilih karena memberikan kontribusi sebesar 70% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) manufaktur, 65% ekspor manufaktur, dan 60% pekerja industri.

Menteri Airlangga mengutarakan, ke depannya, industri nasional perlu terus mempersiapkan diri menghadapi era lanjutan dari 4.0 atau era Society 5.0. Era Society 5.0 ialah sebuah konsep dimana manusia berkolaborasi dengan teknologi (internet) untuk menyelesaikan masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia maya dan nyata. Pada Society 5.0, internet bukan hanya digunakan untuk bertukar informasi tetapi untuk menjalani kehidupan bermasyarakat, seperti penggunaan autonomous vehicle, smart farming, home automation, edge computing, big data analytics, serta internet of every things.

“Prioritas selanjutnya, pemerintah juga sedang mengupayakan percepatan transisi energi nasional melalui pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan pengembangan Pembangkit Listrik berbasis Energi Baru Terbarukan. Upaya transisi energi ini tentunya memerlukan pengembangan teknologi yang inovatif,” ujar Menteri Airlangga.

Selain itu, Menteri Airlangga mengatakan, sebagai salah satu negara di dunia dengan potensi sumber daya alam yang tinggi, Indonesia juga bertekad menjadi Global Key Player industri hilirisasi berbasis komoditas. Pemerintah Indonesia sedang gencar mendorong pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi komoditas mineral dan logam unggulan seperti bauksit, timah dan nikel. Pemurnian dan pengolahan bauksit menjadi produk akhir aluminium ditargetkan dapat meningkatkan pendapatan nasional dari 21 Triliun Rupiah menjadi 62 Triliun Rupiah.

Lebih lanjut, Menteri Airlangga menambahkan, kini pun sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan industri dalam negeri terhadap impor bahan baku/barang penolong dan barang modal. Sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan impor tersebut, maka Indonesia harus melakukan program substitusi impor dengan berfokus pada berfokus pada pengembangan industri berbasis teknologi dan R&D.

“Sehubungan dengan program prioritas pengembangan industri, Indonesia menargetkan untuk masuk menjadi 10 Ekonomi Terbesar Dunia pada tahun 2030. Untuk itu saya sepakat dengan tema yang diusung Fakultas Teknik UGM agar kita memiliki kedaulatan dan kemandirian teknologi,” tutur Menteri Airlangga.

Secara spesifik, Menteri Airlangga mengusulkan, Technological Entrepreneurship menjadi salah satu yang bisa dikembangkan di kampus UGM, khususnya Fakultas Teknik. Beberapa strategi yang pemerintah dorong dalam penciptaan technopreneurship di Indonesia seperti melalui program inkubasi technopreneur di seluruh wilayah indonesia, akses pembiayaan, akses area komersial, akses riset dan pengembangan usaha, serta akses peningkatan kapasitas usaha. Hal tersebut karena manfaat utama yang dirasakan oleh para technopreneur setelah mengikuti suatu program inkubasi atau akselerasi adalah kesempatan untuk mendapatkan jejaring sosial yang lebih luas, baik itu investor, venture capital, praktisi, ataupun profesional.

“Saya sebagai bagian dari keluarga besar Fakultas Teknik UGM berharap UGM dapat menjadi role model dalam kemandirian dan kedaulatan teknologi. Saya mendukung sepenuhnya acara Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada dan semoga dapat berkontribusi serta bisa membuat roadmap agar pemulihan ekonomi ke depan bisa terus berkelanjutan dan teknologi bisa diakusisi atau pun dikuasai di dalam negeri,” kata Menteri Airlangga.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D. dalam sambutannya mengungkapkan dirinya sangat berbangga, karena selama 7 bulan memimpin UGM, Fakultas Teknik mempunyai produksi teknologi dan kerja sama yang luar biasa. Selain itu, mempunyai kerja sama dan jalinan keterikatan yang luar biasa dengan alumninya. Menurut Ova, hal tersebut merupakan salah satu kekuatan dari UGM yang membuat universitas ini menjadi menjulang tinggi dan mengakar kuat.

“Tentunya kemauan untuk terus berkembang, berinovasi, dan mengubah cara pandang manusia terhadap teknologi setidaknya menjadi bekal awal proses transformasi itu sendiri. Dan tentunya era revolusi ini bukan hanya menjadi bentuk transformasi teknologi, sebagai sebuah instrumen.  Namun  juga diperuntukkan bagi kesejahteraan serta keadaban manusia maupun membentuk keseimbangan ekosistem pembelajaran di lingkungan Universitas Gadjah Mada,” ungkap Ova.

Sementara itu, pada kesempatan tersebut, turut dilaksanakan penganugerahan Herman Johannes Award (HJA) kepada Bambang Soehendro. Ditetapkan menjadi penerima penghargaan HJA, sosok tersebut dinilai menjadi salah satu teladan bagi insan keteknikan di Indonesia khususnya bagi alumni Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Bambang Soehendro sendiri merupakan mantan Dirjen Pendidikan Tinggi, Duta Besar UNESCO, dan Bintang Jasa Utama Presiden RI 1996.

Penghargaan HJA ini sebelumnya juga pernah diterima oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2014-2019, Susi Pudjiastuti. Selain itu juga diterima oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi. Menteri Airlangga Hartarto pun juga pernah menerima penghargaan tersebut. (Han/Jon/Rchd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: