26 Agt 2022
  Humas DIY Berita,

Pengajuan Sumbu Filosofi Yogyakarta Tunggu Hasil Sidang Anggota UNESCO

Yogyakarta (25/08/2022) jogjaprov.go.id – Dalam proses pengajuan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan bahwa setelah kunjungan, tim UNESCO akan memberikan evaluasi. Kemudian melanjutkan proses pengusulan tersebut ke hadapan sidang anggota UNESCO. Sidang ini akan dihadiri oleh perwakilan dari 22 negara.


“Dia (UNESCO) ngecek ke sini, persyaratan-persyaratan yang ditanyakan dari program yang kita tawarkan kepada UNESCO. Kekurangannya itu sudah diaplikasikan tidak di sini. Kalau sudah diaplikasikan sesuai harapan tidak, serius tidak dan sebagainya. Nanti itu dibikin evaluasi baru naik ke sidang para anggota UNESCO di bidang filosofis. Itu di hadapan 22 negara anggota. Kemudian yang memutuskan 22 negara itu,” jelas Sri Sultan saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta pada Kamis (25/08).


Proses pengajuan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia UNESCO sudah dimulai sejak tahun 2014. Kemudian ditetapkan sebagai tentative list UNESCO di tahun 2017. Dalam perjalanannya, tahun 2019 naskah usulan untuk UNESCO telah melewati proses voluntary submission. Berbagai upaya terus dilakukan agar Sumbu Filosofi diterima sebagai bagian dari warisan budaya dunia.


Tema pengajuan Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia UNESCO bertajuk The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks. Ketika semua proses penilaian telah selesai, Komite Warisan Dunia UNESCO akan menetapkan daftar properti yang merupakan bagian dari warisan budaya dan alam yang dianggap memiliki Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value).


Pengajuan nominasi ini sangat penting bagi Yogyakarta. Karena menjelaskan bagaimana outstanding universal value “The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks” yang merupakan warisan salah satu leluhur dan pahlawan bangsa, Pangeran Mangkubumi akan dilindungi, dilestarikan dan dikelola dengan baik untuk generasi sekarang dan mendatang. Nilai historis dan filosofinya tidak akan hilang dan terus terjaga dari generasi ke generasi.


Salah satunya adalah dengan mengatur secara ketat pembangunan dan perubahan yang akan dilakukan di Kawasan Sumbu Filosofi. “Penetapan itu nanti kalau ada pembangunan dan sebagainya harus sesuai keputusan UNESCO, tidak sembarang asal mengijinkan. Nanti unsurnya Pemda, Kota, asosiasi-asosiasi perwakilan penduduk yang ada wilayah itu,” imbuh Sri Sultan.


Ada dua komponen yang masuk ke dalam daftar warisan dunia. Komponen pertama (Sumbu Filosofi) adalah sumbu selatan-utara sepanjang 6 km di Kota Yogyakarta, dengan Kompleks Kraton sebagai pusatnya beserta monumen, bangunan, dan ruang lain yang menjadi landmark di sepanjang sumbu tersebut. Komponen kedua (Makam Imogiri) adalah Makam Kerajaan di Imogiri, yang terletak 16 km ke arah tenggara sumbu.

Komponen 1 terdiri dari Sumbu Filosofi Selatan, Beteng, Plengkung dan Pojok Beteng, Kompleks Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Tamansari, Kagungan Dalem Masjid Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sumbu Filosofi Utara, Pasar Beringharjo, Kompleks Kepatihan dan Tugu. Sedangkan Komponen 2 terdiri dari Makam Raja-raja Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat di Imogiri, Dalem Bupati Puralaya Kraton Yogyakarta, Rute Pemakaman Sultan. (Wd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: