03 Okt 2023
  Humas DIY Berita, Agenda Kegiatan,

Penguatan Budaya Bahari, Daya Dukung Pertahanan Maritim

Jakarta (03/10/2023) jogjaprov.go.id -Budaya Bahari Indonesia lahir dari kearifan kontemplasi “local genius” dan memiliki aliansi strategis dengan pertahanan maritim, apabila direngkuh, dilestarikan dan diberdayakan. Sayangnya Budaya Bahari tersebut telah luntur sehingga perlu siasat percepatan dan penguatan sebagai daya dukung pertahanan maritim.

Hal tersebut disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai salah satu pembicara dalam Sarasehan HUT ke-78 TNI Angkatan Laut bertema “Refleksi Dan Proyeksi Eksistensi Prajurit Jalasena Untuk Melaju Mewujudkan Indonesia Maju” di Gedung Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (02/10/2023). Salah satu caranya dengan melakukan Redesign Budaya Bahari dengan Geostrategi melalui pendidikan berbasis kemaritiman dan membiasakan gemar makan ikan laut guna meningkatkan konsumsi kalori per kapita rakyat Indonesia.

Hadir Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali, beserta keluarga besar TNI AL dan para tamu undangan. Selain Gubernur DIY, tokoh nasional yang dihadirkan sebagai pembicara yaitu Ketua PPAL Laksamana TNI (Purn) Siwi Sukma Adji dan Deputi V Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Pertahanan Jaleswari Pramodhawardani.

" Contoh sederhana lunturnya budaya bahari dapat dianalogikan rendahnya konsumsi ikan dan dampak illegal fishing belum dianggap ancaman. Jika konsumsi ikan orang Indonesia meningkat akan mendorong Pemerintah serius menangani lautnya, agar kebutuhan konsumsi ikan terpenuhi. Dalam konteks pada hari ini, jelas kita memerlukan sebuah konsep Redesign Budaya Maritim"' tutur Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Sri Sultan menyatakan dalam upaya melakukan Redesign Budaya Bahari itu, setidaknya ada empat pilar utama penyangganya. Pertama, laut sebagai sumber kehidupan dan penghidupan yang dikelola optimal dan berkelanjutan. Kedua, perdagangan dominan didukung keunggulan armada pelayaran nasional, termasuk industri pelayaran dan kapasitas kepelabuhan. Ketiga, kekuatan maritim dan strateginya yang mampu menegakkan kedaulatan nasional. Keempat pembuatan kebijakan yang mengacu pada nilai budaya bahari yang melingkupi Indonesia.

"Pembangunan berbasis maritim bukan sekadar retorika, melainkan harus menjadi kesadaran kolektif mengingat kondisi geografis Indonesia yang dua pertiga wilayahnya adalah lautan. Napoleon Bonaparte mengatakan, dasar politik negara berada dalam geografinya. Atas dasar itu, maka Indonesia harus menjadikan visi maritim sebagai light-star," terangnya.

Menurut Sri Sultan, Indonesia lebih tepat disebut negara maritim daripada negara kepulauan Untuk mempertahankan kedaulatan Negara Maritim, salah satu prasyaratnya adalah memperkuat alutsista AL dan AU, agar menjadi kekuatan laut terbesar di Asia Tenggara, Selain itu, harus didukung kesadaran masyarakat untuk membangun Strategi Maritim dan Budaya Bahari unggul, guna meningkatkan martabat bangsa.

"Artinya, kita menjadi salah-arah karena terlanjur salah-kaprah dalam membaca teks Ilahi dan tekstur alami yang sesungguhnya melekat pada bangsa kita sendiri, yaitu keandalan maritim dan budaya bahari Dihadirkannya visi Poros Maritim Dunia, layaknya oase di padang pasir, di tengah pemikiran mandek terhadap pembangunan yang berorientasi ke darat," tegas Sri Sultan

Jelas kiranya, Raja Keraton Yogyakarta ini mengingatkan semangat dan keterampilan bahari yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, perlu digali dan dikembangkan kembali di kalangan generasi muda, agar bangsa Indonesia mampu menjadi tuan di negeri mereka sendiri. Dengan adanya pilar dan konsep Poros Maritim Dunia tersebut, maka Prioritas Pembangunan Maritim memang harus diwujudkan sebagai garda peradaban Indonesia masa depan, yang menjamin kehidupan ekonomi, sosial dan politik, serta marwah Indonesia di percaturan politik global.

" Dengan berbagai potensi yang melingkupinya, kemaritiman akan menjadi salah satu solusi kunci dalam berbagai permasalahan global di masa depan. Sejatinya, Revitalisasi Budaya Bahari memang perlu dibangkitkan kembali, guna mempercepat kebangkitan Indonesia melalui gagasan Poros Maritim Dunia, seiring upaya memperkuat Pertahanan Maritim Semesta didukung masyarakat Indonesia yang penuh kesadaran mencintai lautnya," ungkap Sri.Sultan.

Dalam sambutannya, Kasal Laksamana TNI Muhammad Ali menyampaikan visi Indonesia emas sebagai negara nusantara yang berdaulat, maju dan berkelanjutan harus ditunjang dengan pembangunan kekuatan maritim dan pertahanan yang merupakan modal utama dalam pembangunan nasional. TNI AL harus mampu bertransformasi dengan cepat dalam aspek profesionalitas, serta pengembangan kapasitas melalui skema inovatif dalam proses akuisisi teknologi dengan prinsip spending to invest.

" Disisi lain, dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat secara luas dan diharapkan Budaya Bahari akan tertanam dan terpatri pada diri setiap anak bangsa. Saya berharap dengan saresehan ini bisa mewujudkan betapa pentingnya memiliki TNI AL yang kuat untuk kejayaan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia," pungkas Kasal. (Fn/Im/Ts)

Bagaimana kualitas berita ini: