13 Agt 2024
  Humas DIY Berita,

Ratusan Seniman Gaungkan Keistimewaan Lewat Pameran Seni Rupa

Yogyakarta (13/08/2024) jogjaprov.go.id – Memperingati 12 tahun Undang-Undang Keistimewaan DIY, ratusan seniman mempersembahkan karyanya dalam gelaran Pameran Seni Rupa bertajuk ‘Marwah Keistimewaan Untuk Nusantara’. Menampilkan lebih dari 100 karya, pameran inisiasi para seniman ini dapat dikunjungi masyarakat secara gratis, mulai 12-30 Agustus 2024 di Gedung Saraswati, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, pada pukul 10.00 – 21.00 WIB.

Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono secara langsung pun menyampaikan apresiasi dan menyambut baik terselenggaranya Pameran Seni Rupa tersebut. Beny menuturkan, baik di masa kini maupun di masa yang akan datang, besar harapan, kehidupan berkesenian dan karya seni di DIY dapat senantiasa “merawat” dan “membesarkan” ruh atau esensi Keistimewaan DIY, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu.

“Pada momentum yang baik ini, saya menegaskan satu hal penting bahwa Keistimewaan DIY sejatinya juga tentang identitas. Ini adalah tentang bagaimana agar jati diri keyogyaan, dapat menjadi kacamata bagi Jogja dalam merefleksikan dan mengomentari realitas, dan di saat yang sama, dapat menjadi pendorong dalam membangun dan mewujudkan mimpi, dari Jogja untuk Indonesia. Mari kita semua ambil peran, dalam menjaga ‘Marwah Keistimewaan untuk Nusantara’,” ujar Beny saat membacakan sambutan Gubernur dalam pembukaan Pameran Seni Rupa 2024 Peringatan UUK DIY pada Senin sore (12/08) di Gedung Saraswati, Museum Sonobudoyo Yogyakarta.

Dikatakan Beny, Seni, seni sudah setua eksistensi manusia, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Seni sejatinya bahkan merupakan identitas (a form of identity), baik identitas pribadi, identitas budaya, maupun identitas sosial.

Sebagai identitas pribadi, seni adalah cerminan perasaan, pemikiran, dan pengalaman pribadi seorang individu. Dengan mengapresiasi sebuah karya, berarti individu sedang berkenalan dengan sang seniman itu sendiri, tentang siapakah dia, apa nilai-nilai yang dipegangnya, dan bagaimana ia melihat dunia.

Sementara, sebagai identitas budaya, seni menyajikan catatan sejarah lengkap, tentang bagaimana dan ke arah mana sebuah kebudayaan bergerak, dalam kaitannya dengan waktu. Adapun sebagai identitas sosial, seni dapat berperan sebagai sang pembawa pesan tentang kondisi dan isu-isu sosial terkini.

“Dengan demikian, seni bukan semata-mata soal estetika, melainkan representasi kehidupan. Bukan hanya tentang menciptakan objek yang merangsang indera, melainkan tentang merefleksikan dan mengomentari realitas kehidupan, sekaligus memproyeksikan mimpi,” kata Beny.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Museum Sonobudoyo Ery Sustiyadi menyampaikan bahwa pihaknya sangat mendukung penuh gelaran pameran tersebut. “Mudah-mudahan ini menjadi bagian dari apresiasi masyarakat termasuk secara tidak langsung baik terhadap karya-karya seni yang dipamerkan maupun terhadap Museum Sonobudoyo. Harapan kami ke depan kerja sama ini tetap terjalin dengan baik, sehingga potensi-potensi yang ada di masyarakat tetap bisa tergali dan bisa dioptimalkan,” ucap Ery.

Sementara itu, Kurator Pameran Seni Rupa 2024 Peringatan UUK DIY Hajar Pamadhi, menyebutkan, tajuk ‘Marwah Keistimewaan Untuk Nusantara’ terinspirasi dari sejarah perjuangan Yogyakarta. Tema tersebut didasari eksistensi UUK untuk mengangkat dan mengembangkan Yogyakarta sebagai Kota Perjuangan. Seperti yang dikatakan George Bridgman bahwa ‘In drawing, one must look for or suspect that there is more than is casually seen’.

“Maka, dengan mempresentasikan makna keistimewaan yang menjadi sebuah perjuangan, kami menghimpun dan mengajak para seniman menelusuri jejak perjuangan Yogyakarta. Pameran peringatan UUK ini mengambil makna marwah perjuangan, diartikan para peserta pameran diajak bersama dan membersamai memajukan prinsip keistimewaan dalam karya karya seninya,” ungkap Hajar.

Hajar mengutarakan, pameran seni rupa mengenang perjuangan UUK ini pun mengundang para perupa yang berdomisili di luar Yogyakarta untuk menggaungkan Marwah Keistimewaan melalui unggulan kompetensi menuju Indonesia Emas. Beberapa maestro seni diundang untuk bersama dan membersamai para perupa pejuang menuju 'Ruang Seni Indonesia’. Penampilan potensi seni ini memberi kesempatan seniman dalam berbagai genre karya rupa, mulai dari seni tradisi, seni klasik, seni modern maupun seni kontemporer berbasis 'Marwah Keistimewaan'.

“Wujud karya yang dipamerkan bersifat konvensional, seperti seni patung, seni lukis, seni kriya, sampai kepada desain, seni digital maupun inkonvensional seperti seni instalasi maupun happening art. Hal ini untuk memberi tekanan bahwa dengan UUK menunjukkan dinamika budaya Yogyakarta semakin luwes untuk srawung budaya, sosial, akademis maupun seni,” jelas Hajar.

Pameran seni rupa menguatkan UUK DIY ini menghadirkan kurang lebih 150 karya yang berasal dari perupa Yogyakarta yang berdomisili di DIY maupun para perupa tamu yang sudah mendapat predikat senior baik dalam usia maupun mutu karya. Para perupa ini tergabung dalam kelompok, sanggar, satuan kerja yang diseleksi berdasarkan kualitas, jenis, media dan cara mempertunjukkan.

Karya-karya yang dipamerkan secara garis besar menunjukkan 4 pola penciptaan, yang mengangkat problema masyarakat sebagai objek materialnya. Pertama karya-karya tersebut ada yang menunjukkan realisasi keadaan Yogyakarta sebagai Kota Istimewa. Ada pula problema akibat perubahan iklim terhadap perangai yang diangkat sebagai objek formal sesuai dengan interpretasi melalui langgam dekoratif, maupun realis serta nonvisual. Selanjutnya, menunjukkan problema kehidupan dianggap sebagai objek penciptaan dengan mendahulukan gagasan bentuk yang akan diwujudkan menjadi subjek non-visual namun diselesaikan secara konvensional dan objek material dicerna dan diinterpretasi menjadi objek formal dengan menitipkan pesan pribadi. (Han/Sd/Wa/Ed/Cbs/Mra/Ip/Yci/Fn/Jon)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: