10 Okt 2023

Serunya Keliling Sumbu Filosofi Dengan Bus JHT

Yogyakarta (10/10/2023) jogjaprov.go.id - Sumbu Filosofi telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia pada 18 September 2023. Sumbu Filosofi merupakan konsep tata ruang sarat filosofi yang dibuat Raja pertama Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I pada abad 18. Konsep tata ruang Yogyakarta dibuat berdasarkan konsepsi Jawa, membentang utara -selatan dalam satu garis lurus yang menghubungkan antara Panggung Krapyak- Keraton Yogyakarta - Tugu Pal Putih.

Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan perwujudan falsafah Jawa Sangkan Paraning Dumadi atau Daur Hidup Manusia. Berbagai penanda di area Sumbu Filosofi seperti jalan, bangunan, vegetasi dan kampung menjadi simbol tahapan dalam hidup manusia mulai dalam kandungan sampai meninggal dunia. Secara simbolis Sumbu Filosofi melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.

Tim Jinayakarta Humas Pemda DIY berkesempatan mengikuti tur Sumbu Filosofi Yogyakarta dengan menggunakan bus Jogja Heritage Track (JHT) yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan (Kundha kabudayan) DIY pada pukul 09.00 WIB, Senin (25/09/2023) lalu. Masyarakat umum maupun wisatawan dapat mengikuti tur ini secara gratis namun harus melakukan reservasi online terlebih dahulu mengingat kapasitas penumpang bus terbatas.

Ada dua bus JHT yang dioperasionalkan yaitu bus Malioboro berwarna merah dan bus Keraton berwarna kuning yang masing-masing dapat menampung 8 peserta tur Sumbu Filosofi. Kali ini, tur dipandu edukator JHT bernama Ratna Wahyuningtyas yang memaparkan Sumbu Filosofi dibagi menjadi dua sisi yakni sisi selatan dari Panggung Krapyak - Keraton Yogyakarta yang menggambarkan asal mula kehidupan manusia dan sisi utara dari Tugu Pal Putih sampai Keraton Yogyakarta yang menjadi simbol perjalanan spiritual manusia kembali kepada Sang Pencipta

Rute tur Sumbu Filosofi diawali dari Kantor Disbud DIY melewati Tugu Pal Putih menuju Museum Sonobudoyo untuk melihat keraton dilanjutkan menuju Panggung Krapyak sebelum akhirnya kembali ke Kantor Disbud DIY. Tur yang memakan waktu setidaknya 1,5 jam ini terasa mengasyikan dan menyenangkan. Sebab peserta tur pulang dengan membawa bekal pengetahuan Sangkan Paraning Dumadi yang tercermin dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Kepala Seksi Pengembangan Warisan Budaya Benda Disbud DIY Agus Suwarto menyatakan tur Sumbu Filosofi menggunakan bus JHT adalah salah satu upaya menarik masyarakat utamanya kalangan generasi muda baik mahasiswa, pelajar dan komunitas. Meskipun konsep awalnya hanya untuk OPD, namun karena peminatnya banyak sekali maka dua bus JHT ini akhirnya dioperasionalkan bagi masyarakat umum. Hanya saja, masyarakat umum atau wisatawan yang berminat mengikuti tur harus mendaftar di https://www.jogjaheritage.com mengingat keterbatasan tempat duduk.

“ Bus JHT melayani tiga kali perjalanan pukul 09.00, 11.00 dan 13.00 WIB setiap Senin-Kamis. Pada Jumat beroperasional pukul 08.00, 10.00 dan 14.00 WIB. Kemudian Sabtu hanya melayani 2 kali perjalanan pada pukul 09.00 dan 11.00 WIB. Total bus JHT melayani 17 kali perjalanan selama Senin-Sabtu dengan target sebesar 1.360 track per tahun,” paparnya.

Agus menjelaskan rute yang ditempuh mulai dari Kantor Disbud DIY-Tugu Pal Putih, Museum Sonobudoyo-Panggung Krapyak-Kantor Disbud DIY. Total ada 4 edukator yang dibekali pengetahuan tentang Sumbu Filosofi dan penandanya termasuk pengayaan sejarah Yogyakarta supaya satu penjelasan. Konsep tur yang dikelola Bidang Warisan Budaya Disbud DIY sejak 2022 lalu ini akan dikembangkan ke jalur atau poros lainnya seperti poros Mataram Kuno dan sebagainya kedepan.

Menurut Lisa, peserta tur dari Pekanbaru ini bermaksud ingin menggali tentang asal usul dari Sumbu Filosofi Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Informasi perihal tur Sumbu Filosofi diketahuinya dari website dan harus melakukan reservasi H-3 ini berkesan menarik dan sangat informatif. Dimana edukator selama dalam perjalanan menjelaskan berbagai sejarah tentang keraton dan semuanya.

“ Secara umum penjelasan edukator baik, informatif dan menghibur, jadi turnya tidak boring alias membosankan. Usai keliling, saya baru tahu ternyata tata ruang Yogyakarta itu sudah didesain sedemikian rupa dari zaman dahulu kala. Bahkan dengan berbagai prinsip tentang kelahiran sampai kembali kepada Sang Pencipta itu sudah terpikirkan untuk menata Yogyakarta,” ungkapnya.

Peserta tur berikutnya, Amroh Wati menilai tur Sumbu Filosofi dengan bus JHT ini merupakan program yang bagus untuk dapat mengenal sejarah dan kebudayaan Yogyakarta khusus my Sumbu Filosofi. Model sosialisasi dan edukasi seperti ini sangat cocok diikuti dan dicoba baik warga lokal, mahasiswa, pelajar maupun wisatawan dari luar DIY.

“ Alhamdulilah tur ini seru, ini sudah ketiga kalinya saya naik bus JHT karena saya memang ingin mendalami sejarah Yogyakarta. Selain dapat ilmu perihal Sumbu Filosofi, edukator pun sangat menguasai sejarah di Yogyakarta.” tutur peserta asal Gunungkidul ini.

Senada, peserta tur bernama Nurul Isnaini mengakui awal mengetahui tur ini melalui media sosial dan mumpung lagi liburan di Yogya maka sekalian mencoba ikut serta mumpung gratis. Sebagai wisatawan asal Makassar Sulawesi Selatan, dirinya belum mengetahui Sumbu Filosofi yang ternyata dibaliknya mempunyai cerita amat menarik tentang kehidupan manusia dari lahir hingga akhir hayat.

“ Ternyata seru sekali turnya dan saya menjadi tahu tentang sejarah Yogyakarta, khususnya Sumbu Filosofi. Saya sendiri awalnya hanya kepo dan penasaran dan belum tahu tentang sejarah Yogyakarta. Tetapi sepenuhnya seru banget, cobain deh ikut tur ini bagi yang belum nyoba,” pungkasnya. (Fn/Im/Sd/Hk)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: