20 Nov 2022
  Humas DIY Berita, Agenda Kegiatan,

Sri Sultan: Rumah Sakit Harus Utamakan Pasien Sebagai Subjek Pelayanan

Gunungkidul (20/11/2022) jogjaprov.go.id - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Gedung Medik Sentral Stella Maris, bagian dari RS Panti Rahayu, Kelor, Karangmojo, Gunungkidul, Minggu (20/11) siang. Adanya gedung baru ini diharapkan semakin meningkatkan dan melengkapi pelayanan kesehatan RS Panti Rahayu.

Turut hadir pada kesempatan ini yakni Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko, Ketua DPRD DIY Nuryadi, Bupati Gunungkidul Sunaryanta; Direktur RS Panti Rahayu dr Yosep Wibowo Surahyo MMR; dan Ketua Umum Pengurus Yayasan Panti Rapih Ir Ambrosius Koesmargono.

Pada sambutannya, Ngarsa Dalem mengatakan seiring pertambahan usia ke-9 pada 2022 ini, RS Panti Rahayu diharapkan selalu menempatan pasien sebagai subjek pelayanannya. “Seiring upaya menjaga hubungan manusiawi dengan pasien, kasih sayang, jaminan kualitas, respek, dan inovasi. Kesemuanya terangkai dalam spirit iman Katholik yang gigih, membela hak insani, dan berpihak bagi yang papa,” ujar Ngarsa Dalem.

Harapan Ngarsa Dalem tersebut sesuai dengan visi misi yang diyakini RS Panti Rahayu yakni Tulus Ikhlas Menjadi Teman Dalam Pengharapan. Lebih lanjut, Ngarsa Dalem menyampaikan bahwa dengan menempatkan pasien sebagai subjek utama, RS Panti Rahayu telah menggambarkan misi kemanusiaan yang bersifat universal, seiring pelayanannya yang tidak membeda-bedakan keyakinan agama, golongan, dan strata sosial.

Terdapat dua hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan pelayanan, sebagaimana nilai-nilai patient safety and service quality yang dikedepankan sebagai gold standard. “Pertama, meningkatkan kerja tim sebagai bagian dari tata kelola good hospital governance. Kedua, meningkatkan mutu pelayanan dan keahlian spesialis dengan mengedepankan kesehatan pasien,” imbuh Sri Sultan.

Sri Sultan juga menyoroti pentingnya dokter siaga yang secara sigap menangani pasien di IGD. Indonesia masih mengalami permasalahan klasik di dunia kesehatan yakni kurangnya dokter spesialis emergency, sehingga membuat layanan Unit IGD tidak optimal. Hal ini dapat ditandai, dari morbiditas dan mortalitas dalam pelayanan gawat darurat cukup tinggi.

“Karena itu, pelayanan 24 jam bagi pasien penyakit akut dan kecelakaan memerlukan dokter dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bermutu tinggi dalam praktek kedokteran emergency,” terang Sri Sultan.

Sri Sultan menyampaikan bahwa upaya kesehatan harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif. “Selaras dengan gareget “Ngusadani Projotomo-ning Warga”. Dengan adanya fasilitas BPJS, diharapkan derajat kesehatan masyarakat akan lebih meningkat, sebagai daya dukung menuju masyarakat sejahtera dalam arti yang sesungguhnya,” urai Sri Sultan.

Tak lupa, Sri Sultan berpesan agar rumah sakit juga harus mengadaptasi sistem manajeman dengan standar pelayanan sama bagi setiap pasien dari berbagai kelas. “Perlu dirintis transformasi digital menuju tataran smart hospital,” tutup Sri Sultan.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Yayasan Panti Rapih Ir Ambrosius Koesmargono menuturkan apresiasnya atas keterlibatan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam pembangunan bangunan tersebut.

“Yayasan menyampaikan terimakasih atas dukungan partisipasi semua pihak. Utamanya Keuskupan Agung Semarang melalui Paroki Santo Petros Paulus Kelor. Serta masyarakat dan Pemkab Gunungkidul. Mudah-mudahan kerja keras akan membuahkan hasil yang lebih baik,” ucapnya.

Selanjutnya, Ngarsa Dalem meresmikan gedung Stella Maris secara simbolis dengan memotong pita dan menandatangani prasasti, didampingi Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko dan Bupati Gunungkidul Sunaryanta. Setelah seremonial peresmian, Gubernur DIY bersama tamu undangan lantas meninjau gedung yang terdiri dari lima lantai itu.

Gedung Stella Maris memiliki beberapa bagian diantaranya ruang pendaftaran, rawat inap, loket BPJS, farmasi, rehabilitasi medik, ruang humas, dan ATM Center. Selain itu, gedung ini juga dilengkapi dengan ruang laktasi, klinik anak sehat dan tumbuh kembang anak, ruang operasi, ICU hingga ruang tindakan persalinan.

Adapun RS Panti Rahayu pada awalnya adalah Klinik Rawat Inap yang dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama selesai dibangun dan diresmikan tahun 2011. Pembangunan tahap kedua adalah Gedung Rawat Inap dan tahap ketiga adalah Gedung Penunjang Non-medis yang selesai pada 17 September 2013. Pada 3 September 2014, Klinik Rawat Inap Panti Rahayu, selanjutnya ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas D sehingga berubah nama menjadi Rumah Sakit Panti Rahayu. [vin/rip/iy]

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: