14 Jul 2023
  Humas DIY Berita,

Sumbu Filosofi, dari Yogyakarta untuk Dunia

Yogyakarta (14/07/2023) jogjaprov.go.id - Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan karya kreatif jenius luar biasa yang kaya akan nilai-nilai universal. Sumbu filosofi merupakan kristalisasi penghayatan manusia Jawa tentang nilai-nilai yang harus dimiliki manusia agar tercipta dunia yang indah, nyaman, dan tentram. Karena itu, keberadaan Sumbu Filosofi mendapatkan apresiasi dan dukungan dari perwakilan negara Komite Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO yang hadir dalam agenda Bringing the Cosmological Axis of Yogyakarta to the World, agar menjadi warisan dunia UNESCO.

“Mengapa kami mengajukan Sumbu Filosofi agar ternominasi sebagai warisan dunia? Karena kami ingin melestarikan secara berkelanjutan nilai-nilai universal tersebut agar dapat menjadi tempat belajar bersama seluruh umat manusia dalam upaya melindungi, memelihara, dan membina keindahan serta keselamatan dunia,” ungkap Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono, Jumat, (14/07) di Hotel Melia Purosani, Gondomanan, Kota Yogyakarta.

Sri Sultan menambahkan, jika Sumbu Filosofi diterima sebagai Warisan Dunia, upaya pelestarian nilai-nilai universalnya akan dapat semakin kuat dilakukan sehingga nilai-nilai luhur yang dikandungnya akan semakin terjamin keberadaannya dan dapat diwariskan pada generasi mendatang. “Kami pun berkomitmen untuk mengelola kawasan sumbu filosofi ini secara tepat agar nilai-nilai universal dan atribut warisan budaya tersebut dapat dilestarikan dan dijaga bagi kepentingan seluruh umat manusia di masa kini maupun mendatang. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut akan dapat terus menginspirasi lebih banyak kalangan untuk menciptakan tata dunia yang lebih baik dan menguntungkan bagi semua pihak,” tutur Sri Sultan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kerjasama Multilateral Kementerian Luar negeri, Yohpy Ichsan Wardana mengungkapkan Sumbu Filosofi mengandung cara-cara hidup yang harmonis antara manusia, alam dan kehidupan spritual. Pengetahuan ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Yogyakarta, tapi juga penting untuk pembangunan berkelanjutan dalam tataran global. “Poros kosmologis bukan hanya bagian dari sejarah dan budaya Yogyakarta, tetapi juga bagian dari peradaban global. Kami percaya bahwa dukungan dari anggota Komite Warisan Dunia sangat diperlukan,” ungkapnya.

Perwakilan anggota Komite Warisan Dunia yang hadir dalam agenda Bringing the Cosmological Axis of Yogyakarta to the World  ini adalah Ambassador Itali Benedetto Latteri, Ambassador Republik Federal Nigeria, Usman Ari Ogah, Charge d’Affaires of the Embassy Republik Argentina Juan Ignacio Lacunza, Deputy Head of Mission of the Embassy Mexico Alonso Martin-Gomez-Favila, dan Deputy Head of Mission of the Embassy Thailand Hathaichanok Riddhagni Frumau.

Sesi utama dari agenda ini adalah presentasi mengenai Sumbu Filosofi yang disampaikan oleh Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono. Seluruh Duta Besar yang hadir memberikan apresiasi dan dukungannya kepada Sumbu Filosofi. Materi serta hasil kunjungan mereka hari ini akan menjadi bahan pertimbangan Komita Warisan Dunia. Ambassador Republik Federal Nigeria, Usman Ari Ogah menanggapi, bahwa pelestarian lingkungan hidup agar menjadi tempat yang nyaman bagi manusia tinggal adalah sesuatu yang penting dan wajib dilestarikan. Senada dengan Usman, Charge d’Affaires of the Embassy Republik Argentina, Juan Ignacio Lacunza menyatakan dukungan pencalonan, pelestarian warisan budaya adalah sesuatu yang penting dan harus dilakukan bersama.

Turut hadir dalam agenda ini Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Dian Lakshmi Pratiwi, GKR Mangkubumi, KPH Notonegoro, dan Pejabat di lingkungan Pemda DIY. Perwakilan dari negara-negara komite akan berkililing kawasan Sumbu Filosofi menggunakan bus Jogja Heritage Track dan makan malam bersama dengan Gubernur DIY. (Wd/Arf/Ind)

Beksan Ajisaka Ramaikan Dinner Bersama Komite Warisan Budaya

Pada malam harinya, Jumat (14/07) di Bangsal Kepatihan, Kepatihan, para perwakilan negara Komite Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO yang hadir dalam agenda Bringing the Cosmological Axis of Yogyakarta to the World dijamu makan malam oleh Gubernur DIY, Sri Sultan hamengku Buwono X. Agenda santai ini juga dihadiri oleh perwakilan Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi, GKR Hayu, dan KPH Notonegoro. Selain itu, hadir pula Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi dan Kepala Dinas Perizinan dan Penanaman Modal DIY, Agus Priono.

Acara ini juga menyajikan pertunjukan Beksan Ajisaka yang merupakan ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Beksan ini merupakan Beksan Kakung (tari putra) pertama yang diciptakan sejak beliau bertakhta. Tari ini diilhami dari Serat Ajisaka yang ditulis sendiri oleh beliau sebagai esensi pemaknaan dibalik aksara Jawa. Aksara Jawa yang sarat makna ajaran luhur selanjutnya dijadikan edukasi jati diri manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna.

KPH Notonegoro di awal acara sempat mengungkapkan makna dari Beksan Ajisaka. Menurutnya, Aji berarti raja atau ratu, sementara Saka berarti wewatoning (hukum peraturan) raja atau ratu. Untuk mewujudkan kedua makna tersebut, sosok pemimpin harus mampu mengamalkan hablum minallah (hubungan manusia dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan manusia dengan sesama)

Tarian ini mengolah aksara Jawa menjadi sarana edukasi yang memuat siklus kehidupan dan nilai kemanusiaan yang universal. Beksan ini menggambarkan perjalanan hidup manusia yang selaras dengan sangkan paraning dumadi. "Tarian ini menggambarkan perjalanan hidup manusia yang penuh perjuangan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan persembahan tarian ini juga kami harapkan bisa menunjang pengajuan kami terhadap Sumbu Filosofi untuk disetujui menjadi warisan budaya dunia," imbuh KPH Notonegoro. (Rt/Hk/Cb)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: