11 Apr 2024
  Humas DIY Berita,

Tak Bersisa, Warga DIY Antusias Dapatkan Ubarampe Gunungan

Yogyakarta (11/04/2024) jogjaprov.go.id – Keraton Yogyakarta membagikan satu Gunungan Kakung kepada Pura Pakualaman dalam pelaksanaan prosesi Grebeg Syawal, sebagai serangkaian kegiatan peringatan Idulfitri 1445 H/Tahun Jimawal 1957 pada Kamis (11/06). Diiringi empat ekor gajah dan pengawalan Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir, gunungan tersebut tiba di Pura Pakualaman pada pukul 11.30 WIB.

Secara langsung Gunungan Kakung ini diserahkan oleh KRT. Condro Prawiroyudo dan KRT. Poncodanarto kepada pihak Pura Pakualaman. Usai diserahterima dan didoakan, mewakili Kadipaten Pura Pakualaman, GKBRAA Paku Alam pun lebih dulu mengambil ubarampe pareden gunungan. Selanjutnya, gunungan dibawa menuju alun-alun Pura Pakualaman untuk dibagikan kepada masyarakat yang telah ramai menunggu.

Dalam sekejap, gunungan kakung ini ludes diambil masyarakat hingga hanya tersisa kerangkanya. Warsiti salah satu warga yang mendapatkan ubarampe pareden gunungan mengatakan, alasannya ikut mengambil hasil bumi yang menjadi bagian dari gunungan tersebut lantaran ingin mendapatkan berkah. Awalnya ia pun pasrah apabila tidak berhasil membawa pulang bagian dari gunungan. Namun tak disangka, pihak abdi dalem Keraton Yogyakarta justru memberikan ubarampe pareden gunungan yakni hasil bumi berupa kacang panjang kepadanya.

“Kacang Panjang ini dipercaya panjang umur, panjang kesabaran, memanjangkan rezeki kalau ada berkah yang tuhan beri,” kata Warsiti.

Sementara itu, salah satu warga Jogja lainnya bernama Purnowati mengungkapkan, setiap tahun dirinya belum pernah absen ikut mengambil gunungan grebeg yang digelar Keraton Yogyakarta. “Untuk ngalap berkah. Kepercayaan orang Jawa. Kacang gleyor itu biar ditanam, biar subur orang Jogja. Saya juga orang gejawen,” ujar Purnowati.

Sebelumnya, Penghageng II KHP Widyabudaya KRT Rintaiswara menyampaikan, garebeg yang dilakukan di Keraton adalah Hajad Dalem, sebuah upacara budaya yang diselenggarakan oleh Keraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam yakni Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Garebeg atau yang umumnya disebut ‘Grebeg’ berasal dari kata ‘gumrebeg’, mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.

“Gunungan merupakan perwujudan kemakmuran Keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya. Jadi makna Garebeg Sawal secara singkatnya adalah perwujudan rasa syukur (mangayubagya) akan datangnya Idulfitri, yang diwujudkan dengan memberikan rezeki pada masyarakat melalui ubarampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram,” jelas Kanjeng Rinta. (Han/Yc/Wa/Fn/Rcd/Cbs/Sd/Ip/Ef/Jon)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: