26 Feb 2022
  Editor Berita, Pariwisata,

Wakil Gubernur DIY Turut Sukseskan Gerakan Tanam Kopi

Yogyakarta (26/02/2022) jogjaprov.go.id - Kopi lereng Merapi diharapkan mampu menjadi komoditas unggulan serta memperkuat predikat destinasi wisata yang selama ini disandang oleh Merapi. Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), KGPAA Paku Alam X saat membacakan sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.  Dalam acara Gerakan Tanam Kopi (Gertak) yang berlangsung pada Sabtu (26/02) di Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman. Sri Paduka menyampaikan bahwa Gertak di lereng Merapi merupakan upaya konservasi dan penguatan ekonomi.

Dalam agenda tersebut turut hadir Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Wakil Bupati Kabupaten Sleman, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan DIY, Kepala Kantor Perwakilan BI, Direktur Utama BPD DIY, jajaran OPD DIY, Penewu Kapanewon Cangkringan, Lurah Glagaharjo, Forum Koordinasi Kapanewon Cangkringan serta perwakilan petani kopi lereng Merapi.

Gertak merupakan rangkaian dari Gerakan Tanam Kopi Nasional (Gertak) yang diinisiasi oleh Menteri Pertanian. Dilatarbelakangi oleh potensi kopi yang mampu menjadi komoditas unggulan di berbagai daerah, salah satunya di kawasan lereng Merapi.  “Gerakan Tanam Kopi diawali dengan bantuan Gubernur, bantuan keuangan khusus untuk tahun 2022. Di awal tahun ada bantuan sebanyak 5.000 batang, kemudian dialokasikan 4.000 untuk Glagaharjo dan 1.000 Wonokerto,” terang Kepala Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Ir. Sugeng Purwanto, M.M.A.

Gerakan menanam kopi ini merupakan awal dari sebuah konsep besar untuk menghijaukan lereng Merapi sekaligus untuk melakukan konservasi. Sugeng menjelaskan pihaknya telah meminta bantuan kepada pemerintah pusat sebanyak 100.000 batang, dengan pembagian 50.000 di Merapi dan 50.000 batang di Kulon Progo. “Konsep dasar dari Gertak di samping untuk fungsi konservasi ke depannya untuk pemenuhan kebutuhan kopi di DIY,” ungkapnya.

Tidak hanya mengejar produktivitas, aspek keberlangsungan bisnis untuk para petani kopi juga menjadi perhatian. “Kopi akan dikembangkan secara besar-besaran di DIY. Kami bersama Lurah dan Panewu melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sleman, kemudian meningkatkan bisnis dengan mewujudkan kegiatan ekonomi produktif. Saat ini sudah tumbuh kegiatan kepariwisataan. Ke depannya akan dibuat konsep program pariwisata minat khusus di bidang agrowisata,” urainya.

Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa menjelaskan jika kawasan lereng Merapi dengan agroklimat yang subur ditambah lapukan abu vulkanik membuat kopi Merapi memiliki ciri khas sendiri. Harapannya, kopi Merapi akan menjadi primadona di DIY hingga nasional. Untuk itu diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk mewujudkan keinginan tersebut.

“Tanaman kopi dibudidayakan berada Kapanewon Cangkringan, Turi dan Pakem. Letusan gunung Merapi yang hebat di tahun 2010 telah meluluhlantakkan tanaman kopi di lereng Merapi. Sebelum letusan terjadi tanaman kopi yang ada di lereng Merapi sekitar 800 hektar, ini hanya tertinggal kurang lebih 200 hektar.  Membutuhkan kerjasama, gotong royong semua pihak untuk mengembalikan ekosistem dan tanaman agar nanti bisa berkembang lagi,” ujar Danang.

Dalam sambutannya, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Hendratmojo Bagus Hudoro berharap komoditas kopi maupun segala potensi yang ada di wilayah lereng Merapi mampu memberikan nilai tambah kepada masyarakat sekitar. “Yang semula mungkin kalau kita lihat belum ada tanaman yang bisa dihasilkan secara ekonomi, ingin ditumbuhkan. Apakah itu melalui komunitas perkebunan, komoditas hortikultura, komoditas tanaman pangan atau bahkan peternakan, ini yang mempunyai potensi yang bisa dikembangkan,” tutupnya.

 

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: