16 Agt 2023

Wayang Cakruk, Media Penyuluh Sosial Berbalut Budaya

Bantul (16/08/2023) jogjaprov.go.id - Dinas Sosial (Dinsos) DIY kembali melakukan kegiatan penyuluhan sosial melalui media peraga berupa wayang Cakruk. Wayang Cakruk adalah wayang yang memotret kehidupan masyarakat yang biasanya permasalahan itu dibahas di gardu ronda atau cakruk oleh masyarakat.

Wayang Cakruk diadaptasi dari wayang orang yang kemudian diciptakan tokoh-tokoh yang menjadi potret manusia-manusia Cakruk dengan berbagai profesi mereka. Singkatnya, wayang Cakruk adalah sarana sosial berbalut budaya yang dinilai cukup efektif dan mengena. Dengan sosialisasi ini masyarakat juga lebih antusias.

Lakon yang dimainkan seputar permasalahan sosial mulai dari akar masalah sampai dengan solusinya yang dikemas sedemikian rupa. Sehingga bisa menampilkan kesan polos, lucu, natural dan tidak berjarak dengan masyarakat yang menyaksikannya.

Pementasan wayang Cakruk dilakukan secara bergiliran dengan tema yang berbeda-beda. Total pementasan dilakukan di 39 titik di kabupaten/kota se-DIY pada 2023

Untuk Agustus 2023 ini bertema 'Terus Melaju Untuk Indonesia Maju.' dengan lokasi pementasan 5 titik di Bantul dan Gunungkidul. Melalui wayang Cakruk juga disampaikan sosialisasi terkait tugas dan fungsi dari Dinsos.

Penyuluhan sosial melalui wayang Cakruk ini merupakan upaya melakukan Komunikasi, Informasi, Motivasi dan Edukasi (KIME) secara tidak langsung kepada individu, kelompok maupun lembaga. Pementasan ini terbuka untuk umum dan gratis tanpa dipungut biaya.

Kepala Dinsos DIY Endang Patmintarsih mengatakan wayang Cakruk sengaja dipilih guna memudahkan dan mengefektifkan sosialisasi program maupun permasalahan sosial. Melalui pendekatan budaya wayang Cakruk ini, tentunya masyarakat lebih cepat memahami dan antusias daripada melakukan sosialisasi melalui ceramah.

“ Kita mengadakan sosialisasi lewat wayang Cakruk supaya nilai-nilai budaya berikut pemahaman masyarakat terhadap berbagai permasalahan sosial. Masyarakat harus diedukasi supaya memahami, jika merasa tidak tepat menerima bantuan merasa malu maka harus dikembalikan. Jadi ini kita lewat budaya berupa Wayang Cakruk," paparnya di sela-sela pertunjukan Wayang Cakruk yang digelar di Tamanan, Banguntapan, Bantul, Rabu (09/10/2023) lalu.

Endang menyampaikan dalam wayang Cakruk, sang dalang akan berinteraksi dengan tanya jawab supaya apa yang disampaikan cepat dipahami oleh masyarakat. Sasaran yang dibidik program ini adalah tokoh masyarakat mulai dari RT,/RW, lurah, tokoh agama dan lainnya. Mengingat pelayanan kesejahteraan sosial ini harus bersama-sama guna mengedukasi masyarakat.

"Yang punya wilayah harus tahu dulu nih, tokoh masyarakatnya harus mengerti ternyata masalah sosial sangatlah banyak. Ada tentang adopsi ilegal, anak terlantar, penyandang disabilitas, lansia dan lain-lain. Masyarakat sangat harus tahu dan tokoh masyarakat memahami. Masyarakat pun harus ikut mengedukasi bersama -sama kami,” tegasnya.

Lebih lanjut, Endang mengungkapkan Dinsos DIY terus berinovasi dalam melakukan penyuluhan sosial melalui media peraga sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai budaya kepada masyarakat. Maka dipilihlah wayang Cakruk sebagai media peraga yang sudah dipentaskan sejak 2017 sampai sekaran. Wayang Cakruk sendiri juga menyimbolkan orang-orang yang bermasalah sosial dan membuat cerita pendek lewat yang disampaikan sang dalang. Selain itu, pentas wayang Cakruk ini murah meriah tetapi pesannya cepat sampai dan menarik.

"Kami ingin wayang Cakruk bisa dipentaskan secara menyeluruh di 438 desa se-DIY, guna melakukan sosialisasi sekaligus menumbuhkan nilai-nilai budaya. Lewat wayang Cakruk pulalah, kita bisa memahamkan dan mengedukasi masyarakat perihal pola asuh keluarga, permasalahan sosial anak yang berhadapan dengan hukum, banyak bayi yang dibuang, perdagangan anak dan lainnya," papar Endang.

Dinsos DIY menaruh harapan besar akan dukungan dan partisipasi semua pihak karena Dinsos DIY tidak bisa sendiri. Untuk itu, Dinsos DIY ingin bersama Pemkab/Pemkot, kalurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat harus bersama-sama agar dimudahkan penanganan masalah sosial.

" Ada beberapa mekanisme sosialisasi yang dilakukan, yang paling sering indoor di hotel atau di balai dan aula dari pada outdoor. Sebagai daerah istimewa yang menjunjung nilai-nilai budaya nan sangat adiluhung, maka sangat tepat untuk menyelesaikan urusan dasar masyarakat melalui media wayang Cakruk ini," imbuh Sekretaris merangkap Anggota Komisi C DPRD DIY Amir Syarifudin

Kenapa wayang cakruk? Karena, Amir meyakini penyuluhan sosial melalui media peraga wayang Cakruk ternyata paling efektif. Terbukti banyak penonton yang melihat karena ada hiburan dan guyonan sehingga lebih mudah direspon masyarakat. "Saya sangat mendorong acara wayang Cakruk terus dilakukan, sebagai wujud kolaborasi antara kepentingan sosial masyarakat sekaligus dengan urusan kebudayaan.

Perwakilan Perangkat Kalurahan Tamanan Dwi Erniyani mengaku Pemerintah Kalurahan Tamanan sangat mendukung dan memberikan apresiasi upaya penyuluhan sosial Dinsos DIY melalui wayang Cakruk ini. Mengingat sosialisasi yang telah dilakukan sebelumnya hanya sekedar normatif, tetapi dengan penyuluhan seperti ini maka terjadi kolaborasi antara hiburan sekaligus upaya nguri-nguri kebudayaan Jawa dengan wayang Cakruk. Terlebih minim generasi muda saat ini yang mengetahui dunia pewayangan, jadi ini sekaligus sebagai media pengenalan wayang.

" Penyuluhan sosial menggunakan wayang Cakruk ini justru sangat istimewa dan ternyata bisa lebih mengena ke warga kami khususnya yang ada di Kalurahan Tamanan. Kami berharap sosialisasi menggunakan wayang Cakruk ini tidak hanya dilakukan kepada warga tetapi juga di sekolah-sekolah karena banyak kenakalan remaja. Mungkin dengan adanya media peraga wayang Cakruk bisa lebih mengena ke anak maupun orang tua yang sama-sama mengawasi dan membantu," paparnya.

Salah satu penonton, Noval Aditya Hermawan dari SD Tamanan mengaku baru pertama kali menyaksikan wayang Cakruk ini. Meskipun belum memahami jalan cerita yang disampaikan, namun siswa kelas V SD sangat menyukai bentuk wayangnya. " Bagus wayangnya tadi, lebih menarik," ucapnya.

Sementara itu, salah satu dalang wayang Cakruk yang berkolaborasi dengan Dinsos DIY, Ki Alfian Mukti menyebut pesan-pesan permasalahan sosial baik anak-anak dan lainnya, tidak hanya menjadi tugas dan diselesaikan Dinsos semata, namun semua pihak baik orang tua, kalurahan maupun lingkungan sekolah. Seperti menggunakan media peraga wayang Cakruk seperti ini. (Fn/Im/Sd)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: