Eksklusif, Batik Asthabrata Dipamerkan di INACRAFT 2025

  56

  Thursday, 6 February 2025

Eksklusif, Batik Asthabrata Dipamerkan di INACRAFT 2025

Jakarta (06/02/2025) jogjaprov.go.id - Batik Asthabrata, batik khas Puro Pakualaman yang merupakan karya seni tinggi oleh Permaisuri Puro Pakualaman, GKBRAA Paku Alam, dipamerkan pada INACRAFT 2025. Asthabrata yang merupakan ejawantah naskah Sestra Ageng Adidarma dan Sestradisuhul ini, tidak sembarang bisa diperlihatkan langsung kepada publik.

Bertemakan Dhaup Ageng, Puro Pakualaman bersama Keraton Yogyakarta menempati booth utama pada INACRAFT 2025. Hal ini salah satunya karena DIY menjadi ikon INACRAFT 2025. Secara eksklusif, Batik Asthabrata bersanding dengan Batik Suryo Mularja dan Batik Indra Widagda Jatmika. Dua batik yang juga karya agung Gusti Putri ini merupakan batik yang dikenakan oleh kedua pangeran, pada saat Dhaup Ageng.

Pada Podcast INACRAFT, Kamis (06/02) di Jakarta Convention Center, Senayan, Gusti Putri menyebut, Batik Asthabrata Pakualaman adalah batik khas Pura Pakualaman yang menggambarkan sifat delapan dewa dalam ajaran kepemimpinan Asthabrata. Motif batik ini dipilih melalui proses panjang yang melibatkan peneliti naskah kuno. Setiap coretan motif batik dipilih berdasarkan simbol-simbol, kata-kata kunci, dan gambar dekoratif di naskah.

“Saya menginterpretasikan simbol-simbol tersebut untuk merangkai menjadi motif batik. Batik Asthabrata, menggambarkan karakter pemimpin yang bijak. Ini adalah bentuk penghargaan atas ajaran kepemimpinan Asthabrata yang dihubungkan dengan alam semesta,” jelas Gusti Putri.

Gusti Putri menjelaskan tidak semua naskah kuno bisa diejawantahkan dalam bentuk batik. Pun apabila sudah menjadi lembaran kain batik juga belum tentu untuk bisa dipakai seperti salah satu contohnya adalah batik Asthabrata yang mengisahkan tentang 8 batara yaitu Batara Indra, Batara Yama, Batara Surya, Batara Candra, Batara Bayu, Batara Wisnu, Batara Brahma, & Batara Baruna. Sifat-sifat 8 batara ini tertuang dalam batik Asthabrata, yang melambangkan tentang bagaimana seharusnya pemimpin bersikap. Sakralnya naskah yang mengejawantah dalam batik ini, menjadi alasan kuat, bahwa Batik Asthabrata tidak bisa dipakai. Hal ini karena mengenakan batik adalah soal rasa , yang menuntut kepekaan.

"Saya memang membatik dari naskah dan itu tidak gampang. naskah kuno memiliki jiwa Karena sudah ada sejak ribuan tahun lamanya. untuk menciptakan batik yang merupakan penghijauan tahan dari naskah kuno saya pun harus meminta izin pada leluhur terlebih dahulu apakah diperkenankan membatik dari naskah yang ada," papar Gusti Putri.

Selain batik Asthabrata, batik Surya Mularjo dan Indra Widagda juga mempunyai cerita yang luar biasa. Keduanya dibatik dan diciptakan sendiri polanya oleh Gusti Putri. Batik Suryo Mularjo diciptakan pada saat dhaup ageng pangeran pertama Puro Pakualaman. Dari batik Suryo Mularjo Gusti Putri mengkreasikan banyak batik turunan dengan berbagai macam motif yang digunakan oleh pengantin itu sendiri, pada saat akad nikah, resepsi, midodareni, untuk orang tua, panitia serta keluarga.

Pun dengan batik Indra Widagda yang dikreasikan khusus untuk pernikahan pangeran kedua Pura Pakualaman. Diberi nama Indra Widagda, karena terinspirasi dari Batara Indra, yang merupakan simbol dari ilmu pengetahuan yang harus ada pada seorang pemimpin.

Permaisuri Kadipaten Pakualaman ini mengaku sudah 13 tahun lamanya menjadi penggiat batik. Selama kurun waktu tersebut sekitar 200-an desain batik sudah diciptakan. Ada 100 lebih desain yang sudah mendapatkan HAKI, dan sisanya akan menyusul.

Ia juga mengaku memiliki banyak pengrajin yang tersebar di berbagai daerah di Yogyakarta. Ada ciri khas tersendiri pada desain batik khas Puro Pakualaman karya Gusti Putri yang tidak bisa didapatkan pada desain batik lainnya. Gusti Putri juga banyak mengusung warna sogan Jogja yang merupakan ciri khas dari kota budaya tersebut.

"Saya untuk warna tetap dengan yang klasik dengan slogan Jogja. karena saya ada di lingkungan kerajaan jadi memang membatik klasik sudah menjadi ciri khas saya," ungkap Gusti Putri.

Karya-karya Gusti Putri juga sering dipamerkan di Jepang dan memiliki penggemar sendiri di sana. Bagi permaisuri Kadipaten Pakualaman ini, batik tidak hanya sekedar lukisan namun entitas budaya yang memiliki jiwa dan nilai-nilai luhur peninggalan nenek moyang. Tidak hanya menciptakan batik-batik dari naskah kuno, Gusti Putri juga menciptakan batik dari perjalanan hidup seorang penari. Bahkan, ia juga membatik untuk kimono dan obi khas Jepang. (uk/rd)

Humas Pemda DIY