26 Agt 2023
  Humas DIY Berita,

1,5 Ton Apem Ludes, Tandai Puncak Saparan Wonolelo ke-56

Sleman (25/08/2023) jogjaprov.go.id -Sebanyak 1,5 ton apem dan dua gunungan apem ludes diserbu masyarakat yang setia menanti di area Kompleks Makam Ki Ageng Wonolelo, Dusun Pondok Wonolelo, Kalurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman pada Jumat sore (25/08/2023).

Penyebaran apem yang terbuat dari kelapa dan tepung ketan ini menandai puncak Kirab Pusaka Saparan Ki Ageng Wonolelo ke-56. Kirab pusaka tersebut dibarengi kirab gunungan apem, bregada, tari-tarian dan fragmen dengan rute dari Masjid Ki Ageng Wonolelo menuju Makam Ki Ageng Wonolelo.

Pelaksanaan tradisi ini guna memperingati, mengenang, sekaligus mendoakan pendiri Pondok Wonolelo dan tokoh penting yang telah menyebarkan ajaran Islam yaitu Ki Ageng Wonolelo. Selain itu, upacara adat ini mampu mendukung Pondok Wonolelo sebagai desa wisata religius serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai pelaku ekonomi.

Upacara tradisi ini digelar bertepatan dengan bulan sapar di minggu kedua selama 15 malam. Saparan Wonolelo telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Domain Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-Perayaan pada 2018 lalu.

Apem disebarkan dari atas menara dengan cara dilempar ke berbagai arah lalu ditangkap dan diperebutkan masyarakat. Apem dipilih sebagai simbol sedekah sesuai oleh-oleh yang dipilih Ki Ageng Wonolelo usai menunaikan ibadah haji kala itu. Tradisi yang digelar sejak 11 hingga 26 Agustus 2023 ini diisi berbagai acara, seperti pengajian, festival apem, pentas seni, pasar malam dan sebagainya.

" Kenapa apem? Apem sendiri berasal dari bahasa Arab yang berlafal Affum yang memiliki arti permintaan maaf. Maknanya kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tersebut tidak minta maaf," ujar Ketua Trah Ki Ageng Wonolelo, Kawit Sudiyono.

Kawit menyampaikan baik apem gunungan dan apem yang disebarkan telah dibungkus plastik satu per satu dengan pertimbangan kesehatan. Sedangkan sebanyak 1,5 ton apem yang disebar merupakan buatan warga dari 12 RT setempat dimana setiap warga mengumpulkan 50 apem ditambah kiriman apem diluar trah yang juga dibungkus plastik.

" Trah atau keturunan Ki Ageng Wonolelo rutin menggelar tradisi ini setiap tahunnya termasuk saat pandemi meskipun dilakukan secara terbatas dan hanya di kalangan internal pondok. Maknanya untuk mengenang jasa Ki Ageng Wonolelo yang menyebarkan Islam, mempererat silaturahmi baik sesama trah maupun lainnya dan menggerakkan perekonomian warga sekitar. Jadi disamping spiritual juga ada manfaatnya ekonominya," tutur generasi kesembilan keturunan Ki Ageng Wonolelo ini.

Siapa sebenarnya Ki Ageng Wonolelo? Ki Ageng Wonolelo atau Syekh Jumadigeno merupakan anak dari Syekh Khaki (Jumadil Qubro), cucu dari Pangeran Blancak Ngilo, dan cicit dari Prabu Brawijaya V. Syekh Jumadigeno memiliki dua orang adik, yaitu Syekh Wasibageno dan Panembahan Bodo. Setelah memiliki ilmu yang cukup, beliau ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam hingga mendirikan pondok Wonolelo.

Hal tersebut dapat dilihat dari peninggalan Ki Ageng Wonolelo seperti Al Quran, potongan mustaka masjid, tombak, tongkat, kopiah dan baju ontrokusumo. Pusaka dan benda peninggalan Ki Ageng Wonolelo inilah yang kemudian dikirim setiap bulan Sapar pada setiap tahunnya.

Tinah, warga Dusun Pucangan yang mengaku tidak pernah absen mengikuti tradisi ini karena membawa berkah tersendiri baginya dan keluarga apabila berhasil mendapatkan apem Saparan Wonolelo. Tidak tanggung -tanggung ia bersama kedua anak remajanya membawa payung agar mendapatkan apem yang banyak saat disebar dari atas. " Dari dulu selalu selalu menangkap apem yang disebar sebanyak-banyaknya. Untuk di makan bersama-sama dan dibagikan saudara supaya berkah jadi saya dan anak-anak mencoba menangkap apem sebanyak mungkin," katanya.

Sementara itu, remaja bernama Yudis asal Cangkringan bersama teman-temannya yang baru pertama ikut serta mengungkapkan tradisi menyebarkan apem Saparan Wonolelo ini sangat seru dan cukup menantang. " Butuh konsentrasi dan kesigapan jika ingin menangkap apem yang dilemparkan dari atas. Ternyata ada acara budaya adat tradisi seseru ini. Ini cuma dapat 2 apem, langsung dibagi dua dimakan sama teman-teman. Tahun depan ikut lagi karena ini seru dan menarik," imbuhnya.
(Fn/Im/Hr)

Bagaimana kualitas berita ini: