30 Mei 2012
  Humas Berita,

50 % Rumah Tangga Termiskin Termasuk Bagian Yang Terjerat Rokok

50 % Rumah Tangga Termiskin Termasuk Bagian Yang Terjerat Rokok

YOGYAKARTA (30/05/2012) pemda-diy.go.id Di Yogyakarta setiap tanggal 31 Mei diperingati sebagaiWorld No Tobacco Day atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini mengambil tema Tobacco Industry Interference yang difokuskan untuk melawan industri tembakau yang semakin agresif dan untuk melawan konvensi kerangka kerja pengendalian tembakau WHO. Sementara tema nasional adalah Lindungi Tubuhku, Lindungi Generasiku.

Demikian dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY, dr. Sarminto, MKes, pada Jumpa Pers, di Aula Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Rabu (30/05).

Berhenti merokok memang bukan merupakan sesuatu yang mudah dan juga perilaku para perokok masih belum mempertimbangkan dampak buruk terhadap perokok pasif. Dengannya perlu upaya perlindungan perokok pasif terutama wanita dan anak-anak, selain itu perlu adanya pencegahan perokok pemula, yaitu remaja dan balita dengan proses penyadaran yang alami akan dampak rokok bagi kesehatan dengan penggalangan peran serta masyarakat.

Dikatakan lebih lanjut oleh Kadinkes bahwa, perokok pemula berusia 5 sampai 9 tahun semakin meningkat, yaitu 0,4% di tahun 2001 menjadi 1,8% di tahun 2004. Bahkan 50 % rumah tangga termiskin termasuk bagian yang terjerat rokok. Ada beberapa alasan mengapa seseorang merokok. Menurut penelitian 77,80 %nya adalah karena adanya rasa nikmat atau kenikmatan yang diperoleh, disusul dengan alasan faktor persahatan, untuk mengurangi stres, menambah konsentrasi bahkan 8,20 % nya adalah merupakan gaya hidup. Trend yang semakin meningkat adalah pada remaja maupun balita. Dan ternyata masyarakat miskin adalah yang paling tidak tertarik untuk berhenti merokok, bahkan belanja merokok mengalahkan belanja kebutuhan pokok untuk makan keluarga.

Dikatakannya lebih lanjut bahwa merokok menjadi masalah sosial ketika kebiasaan seseorang akan berdampak negatif pada orang lain. Hal itu disebabkan karena aturan yang ada tidak efektif melindungi masyarakatnya. Disamping itu merokok dianggap sebagai budaya warisan, dan bukan sebagai masyarakat yang kecanduan. Secara sosisologis, bahkan kultural, masyarakat Indonesia adalah friendly smoking yang menyebabkan lebih dari 300.000 meninggal setiap tahunnya akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok. Berdasarkan Kajian Studi Biaya Kesehatan Balibanghkes tahun 2008 menunjukkan bahwa total pengeluaran masyarakat untuk membeli tembakau menghabiskan dana 153,25 Trilyun. Kerugian ekonomi karena prematur, morbiditas dan disabilitas diperkkirakan 338,75 trilyun lebih besar dari cukai tembakau yang mempunyai nilai 45 trilyun. Hal itu menunjukkan penggunaan tembakau sangat memberikan dampak ekonomik negatif karena menghambat upaya pengentasan kemiskminan serta mengurangi kemampuan pemerintah untuk menyediakan pelayanan prioritas lain.

Dengan kesemuanya itu landasan pengendalian dalam mengatasinya di Provinswi DIY adalah sudah adanya Perda 5 tahun 2007 tentang pengendalian Pencemaran Udara serta Pergub Nomor 42 tahun 2009 tentang Kawasan dilarang merokok, serta Rancangan PERDA kawasan Tanpa rokok di DIY. Hal itu dimaksudkan untuk sebagai upaya untuk melarang orang tidak merokok namun agar orang yang merokok tidak merasa terganggu namun bagi yang tidak merokok juga tidak terkena dampak negatifnya.

Sementara itu Ratna Siwi Padmawati dari Qiut Tobacco Indonesia Fakultas Kedokteran UGM di kesempatan yang sama mengemukakan satu batang rokok mengandung 4000 bahan kimia dan 43 senyawa tersebut terbukti menyebabkan kanker, bahkan saat ini sudah berkembang menjadi . Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan karbonmonoksida yang kesemuanya itu dapat merusak jantung, penyebab kanker terutama kanker paru serta dapat mengakibatkan otak dan jantung serta organ tubuh yang penting menjadi kekurangan oksigen. Asap rokok yang 75 % tidak dihisap oleh perokok.

Ada 40.000 kematian kematian disebabkan oleh perokok. Penelitian di tahun 2006 ternyata 97 trilyun dana dihabiskan untuk rokok yang bisa digunakan untuk dana pendidikan 97 siswa anak sekolah. Disampingn itu Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta drg. Titik Setyawati mengemukakan, di Yogyakarta sudah ada wujud nyata peran serta masyarakat di enam kecamatan. Hal ini merupakasn langkah nyata. Selain itu untuk lebih mendukung gerakan kawasan Tanpa Rokok perlu adanya pelarangan merokok di tempat kerja di semua institusi. Selain itu penyediaan kawasan atau area merokok di tempat kerja maupun di tempat umum. Perlu implementasi tentang Pergub tentang KDR, serta adanya layanan konseling berhengti merokok yang terjangkau. Adapun di Koita Yogyakarta layanan Konseling itu sudah tersedia di 18 Puskesmas.

Adapun berbagai rangkaian acara untuk mendukung peringatan Hari Tanpa Tembakau ini telah dilaksanakan antara lain adanya sosialisasi dan diskusi. Dan pada hari Kamis 31 Mei besok akan dilaksanakan aksi simpatik di beberapa titik di Yogyakarta, yaitu di Jl. Panjaitan, kampanye bebas rokok di Balai Kota Yogyakarta serta pawai dengan rute dari Balai Kota menuju Taman parkir Abubakar Ali. (teb)

HUMAS

Bagaimana kualitas berita ini: