06 Mar 2019

Sri Sultan HB X Hadiri Simposium Kraton Hari Kedua

Yogyakarta (06/03/2019) jogjaprov.go.id – Pelaksanaan Simposium Internasional Budaya Jawa dan Naskah Keraton Yogyakarta hari kedua dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Bertempat di Hotel Royal Ambarrukmo, Rabu (06/03) pagi, simposium dibuka dengan talkshow. Talkshow dengan tema “Keraton Milenial: Rekonstruksi Tradisi di Era Kekinian” menghadirkan 2 putri kerajaan, GKR Hayu dan GKR Bendara.

Dalam talkshow tersebut, GKR Hayu menjelaskan upaya keraton dalam penyebaran informasi dan pendekatan sosial kepada masyarakat melalui media sosial. “Mendekatkan apa yang selama ini keraton terlihat misterius, eksklusif, mistis, atau sebagainya, kita olah informasinya dan kita masukkan ke media sosial”, ujar putri keempat Sultan, GKR Hayu.

GKR Hayu menjelaskan, selain penyebaran informasi terkait kegiatan keraton, media sosial Keraton Yogyakarta juga menyebarkan informasi yang berbasis akademik. “Di keraton, saya minta approach seputar educational. Sehingga pembahasannya dapat seperti, jenis-jenis tanaman yang ada di keraton, artinya apa, filosofinya apa, mengapa ada disitu, ada dimana saja, dan sebagainya.” imbuh GKR Hayu.

Penyebaran informasi keraton melalui media sosial, yang dimulai sejak 2015 diharapkan dapat diakses dengan mudah bagi semua orang dan berbagi wawasan, pengetahuan, dan kegiatan Keraton Yogyakarta.

Acara simposium dilanjutkan dengan presentasi mengenai seni pertunjukan dan sosial budaya Keraton Yogyakarta. Materi disampaikan oleh para peneliti budaya Keraton Yogyakarta, salah satunya Professor Emeritus of Music, Grinnell College USA, Dr. Roger Vetter dengan topik gamelan Jawa. Selain gamelan Jawa, tari Beksan Lawung dan Wayang Orang juga menjadi topik dalam materi seni pertunjukan yang diisi oleh peneliti budaya keraton dari dosen perguruan tinggi di Indonesia.

Untuk sesi sosial budaya, terdapat materi mengenai sistem pengobatan tradisional, ideologi Keraton Yogyakarta, mitigasi tsunami, serta gempa dan gerhana dalam naskah primbon. Materi disampaikan oleh beberapa peneliti sosial budaya Keraton Yogyakarta . (*/rp)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: