12 Apr 2019

HB IX, Sosok Orang Tua yang Demokratis

Sleman (12/04/2019) jogjaprov.go.id - Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY kembali menggelar acara peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dalam sarasehan yang mengangkat tema "Meretas Jejak Perjalanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX", terungkap sosok HB IX sebagai orang tua yang demokratis.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X saat menjadi salah satu narasumber sarasehan pada Jumat (12/04) sore di Bumi Perkemahan Babarsari, Sleman. Sri Sultan yang merupakan putra tertua HB IX mengungkapkan, sosok ayahnya secara umum layaknya manusia pada umumnya, punya kelebihan dan kekurangan.

"Namun bagi saya, beliau adalah orang tua yang mengerti anak, tidak maunya sendiri sebagai orang tua dan anaknya tidak boleh salah. Beliau sangat demokratis, bagi beliau argumentasi sangat penting. Saya boleh menolak permintaan atau kalau beliau menyuruh sesuatu, tapi harus punya argumentasi kenapa saya tidak mau," jelas Sri Sultan.

Bentuk sifat demokratis HB IX menurut Sri Sultan juga tampak dari kebebasan yang diberikan padanya terkait bahasa komunikasi. Dikatakan Sri Sultan, biasanya kalau bertemu dan berbicara, semua anak-anak akan menggunakan Bahasa Jawa Krama Inggil.

"Tapi saya justru dibebaskan menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan dengan beliau, tidak harus Bahasa Jawa. Alasan beliau wajar, karena Bahasa Jawa punya beban psikologis, dan mungkin bisa menciptakan gap dalam membangun komunikasi antara bapak dan anak," jelas Sri Sultan.

Dengan bebas berbahasa, Ketua Majelis Pembina Daerah Gerakan Pramuka DIY ini merasakan keterbukaan dalam berdialog dengan sang ayah, tentang apapun. Dan pengalaman seperti itu jadi sesuatu yang sangat penting bagi Sri Sultan. Mengenai integritas, Sri Sultan mengakui, HB IX sangatlah kuat. Walaupun dalam penampilan luwes, tapi HB IX sangat kuat dalam integritas. "Dalam konteks ini, kita bisa belajar juga soal integritas. Beliau juga tidak pernah marah, jarang sekali marah pada anak-anaknya," imbuh Sri Sultan.

Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia sendiri ditetapkan setiap tanggal 12 April, sesuai dengan tanggal lahir HB IX. Dalam peringatan tahun ini, hadir pula Duta Besar Swedia, Marina Berg, Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Yulius, dan CEO Supertext Swedia. Kehadiran Duta Besar Swedia dan COE Supertext Swedia yakni dalam rangka penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Supertext Swedia, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, dan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY. Usai sarasehan, acara ini ditutup dengan renungan malam untuk mengenang jasa-jasa HB IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Dalam sambutannya, Duta Besar Swedia, Marina Berg mengatakan, Swedia merupakan negara yang memiliki teknologi dan inovasi yang tinggi. Dan faktanya, warga Swedia merupakan inovator teknologi digital teknologi nomor satu di Eropa dan nomor dua di dunia. Swedia juga memiliki banyak perusahaan kuat dan membanggakan, salah satunya Supertext.

"Selama ini, teknologi yang dikembangkan Supertext telah memiliki peran penting, tidak hanya bagi Swedia, tapi juga bagi negara lain. Dan kami berharap manfaat ini juga bisa dirasakan Indonesia," imbuhnya.

Dalam hal inovasi, Berg menegaskan, untuk mendorong munculnya berbagai ide, dibutuhkan sumber daya yang mumpuni. Pada dasarnya inovasi adalah tentang pertanyaan, apa yang akan dilakukan, untuk menyelesaikan apa, dan juga untuk mengetahui dan mengeksplor potensi yang ada.

"Demokrasi dan akses pada pendidikan untuk semua pihak merupakan hal yang sangat penting. Karena itu, kami hadir di sini untuk memberikan kesempatan bagi negara yang ingin tumbuh dan berkembang. Dan dari sisi lainnya, usia ekonomi juga berperan penting dalam pembangunan masyarakat," ungkapnya. (Rt)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: