14 Mei 2019

RS Panti Rapih Dituntut Tingkatkan Layanan

Yogyakarta (14/05/2019) jogjaprov.go.id - Rumah Sakit (RS) Panti Rapih dituntut semakin meningkatkan kualitas maupun kuantitas layanannya. Peningkatan layanan ini utamanya terkait penambahan jumlah tempat tidur bagi pasien rawat inap.

Hal ini terungkap dalam pertemuan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan perwakilan Yayasan Panti Rapih di Gedhong Wilis, Komplek Kepatihan, Yogyakarta pada Selasa (14/05). Ditemui usai pertemuan, Pembina Yayasan Panti Rapih, Kusdarto mengungkapkan, kedatangannya beserta rombongan bertemu Gubernur DIY adalah untuk melaporkan hasil pembangunan gedung baru rawat jalan.

“Pembangunannya sudah selesai, meskipun belum 100% tapi secara fisik udah terwujud. Kedatangan kami ini juga sekaligus follow up untuk acara peresmian gedung baru kami ini yang rencananya akan diadakan pada 29 Juni 2019 nanti,” ujar Kusdarto.

Menurut Kusdarto, Gubernur DIY telah berkenan hadir pada acara peresmian. Dalam pertemuan kali ini, Sri Sultan juga cukup banyak memberikan masukan bagi yayasan. Salah satunya adalah tentang perlunya Panti Rapih melakukan penataan RS yang lebih baik lagi, termasuk bisa menambah jumlah tempat tidur.

“Menambah bed, artinya kan butuh space atau area. Tadi juga sudah kita bicarakan. Dan dari Ngarsa Dalem mengusulkan gagasan perpindahan asrama Syantikara. Jika Santikara bisa dipindah, mungkin ke depan lahannya bisa digunakan untuk pengembangan RS,” paparnya.

Dikatakan Kusdarto, gagasan Gubernur DIY ini adalah ide yang cemerlang. Hanya saja pihaknya dituntut untuk mampu mencarikan lahan baru pengganti lahan Syantikara yang terletak di sebelah timur RS Panti Rapih. “Ini tentu jadi masukan bagi kami. Bagaimana-bagaimananya nanti menjadi langkah selanjutnya yang harus kami pikirkan,” imbuhnya.

Dikatakan Kusdarto, berbagai saran dan ide yang diungkapkan Sri Sultan, semuanya semata-mata untuk kebaikan Jogja ke depan, utamanya dari sisi pelayanan pada masyarakat untuk bidang kesehatan. Hal ini dimaksudkan jika sampai terjadi bencana, fasilitas yang dimiliki rumah sakit-rumah sakit di Jogja bisa lebih representatif dalam menampung para pasien.

“Sekarang ini zamannya tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, harus ada korodinasi antara unit satu dengan yang lain atau RS satu dengan yang lain. Sepanjang masih satu wilayah, koordinasi dimungkinkan untuk dilakukan. Yang terpenting, jangan sampai ada penundaan-penundaan penanganan pada pasien, apalagi dalam waktu yang lama,” imbuhnya. (Rt)

HUMAS DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: