25 Jun 2019

Olah Rasa, Muatan Baru Diklat Kepemimpinan Tingkat II

Yogyakarta (25/06/2019) – Untuk kali pertama, pelaksanaan Diklat Kepemimpinan Tingkat II (Diklat Pim II) akan dilaksanakan di Yogyakarta. Adapun pelaksanaan diklat tersebut akan dimulai pada 7 Agustus dan akan berlangsung selama dua bulan. Dari target 60 peserta yang merupakan ASN dari seluruh Indonesia, sampai dengan hari ini sudah ada 48 orang yang terdaftar sebagai peserta.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Bandiklat DIY, Ir. Kuncoro Cahyo Aji, M.Si saat bertemu dengan Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Danuerjan, Yogyakarta pada Selasa (25/06) siang. Pada periode ini, olah rasa akan dicanangkan sebagai materi baru dalam diklat yang bertujuan untuk menguatkan jiwa kepemimpinan ini.

“Seorang pemimpin yang baik, dalam mengambil keputusan haruslah mampu menyeimbangkan dengan rasa, sehingga kami rasa ini perlu dilakukan,” ujar Kuncoro. Menanggapi hal tersebut, Sri Paduka menyatakan dukungannya dan menyampaikan gagasan tambahan yang dapat dijadikan pertimbangan. “DIY itu sarat dengan budaya dan kearifan lokalnya. Kita bisa belajar dari way of life para penduduknya. Nilai-nilai seperti inilah yang hendaknya dapat dijadikan materi saat diklat,” jelas Sri Paduka.

Sri Paduka memberikan contoh nilai kearifan lokal lain yang bisa menjadi sumber pengetahuan bagi siapapun. “Nenek moyang kita sudah lebih dulu mengenali alam lewat tanda-tandanya. Misalnya munculnya gareng pong yang menandakan musim kemarau telah tiba. Mangsa ketiga, kepapat, kelima, itu juga sudah ada artinya sendiri. Pun demikian dengan konsep pemerataan ekonomi. Pasar Pon, Pasar Wage, atau pasar yang hanya buka berdasarkan pasarannya sebenarnya adalah salah satu contoh pemerataan ekonomi dari nenek moyang kita,” jelasnya.

Lebih lanjut, Sri Paduka menjelaskan bahwa penyampaian materi kepemimpinan seharusnya juga dilengkapi dengan dasar – dasar dari ilmu akademis. “Prinsip leadership itu kan akademis, sifatnya harus universal. Sehingga nilai-nilai yang ditekankan sebaiknya dapat bersifat general dan ada landasannya, bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan,” tambah Sri Paduka.

Tak hanya itu saja, Sri Paduka berpesan agar cara penyampaian muatan materi juga harus dilakukan dengan menarik, mengingat peserta diklat akan berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki perbedaan perspektif. “Misalnya, sampaikan saja materi tertentu yang dibutuhkan oleh peserta, namun kita cari cara yang menarik untuk menyampaikannya,” jelasnya.

Selain olah rasa, pemilihan materi dan tema lain yang akan disampaikan sangatlah beragam. “Saat ini temanya lebih bersifat umum, namun lebih kita arahkan muatan budayanya. Muatan ini sekaligus sebagai perintis tema yang akan kami angkat di Diklat Pim II tahun 2020 yakni sosio kultural,” jelas Kepala Bandikat DIY. [vin/rka]

 

HUMAS PEMDA DIY

Bagaimana kualitas berita ini: