26 Jul 2019
  Humas Berita,

UNESCO Apresiasi Geopark Gunung Sewu

Yogyakarta (26/07/2019) jogjaprov.go.id – Pengelolaan geopark Gunung Sewu di Gunung Kidul menarik perhatian dan dinilai memuaskan oleh UNESCO.  Terkait dengan pengelolaan tersebut, accesor dari UNESCO datang untuk melihat langsung perkembangan geopark tersebut sejak ditetapkan dalam Global Geoparks Network  tahun 2015 lalu.

Dua orang anggota Tim Acessor UNESCO, Jahier Lopez Coballero dan Arthur Agostinho de Abrev menemui Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X, Jumat (26/07) di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Tim UNESCO tersebut datang bersama General Manager Gunung Sewu UNESCO Global Geopark Budi Martono, Wakil Bupati Wonongiri Edy Santosa serta Sekda Pacitan Suko Wiyono.

Sri Paduka menyampaikan, pujian yang disampaikan oleh UNESCO tersebut adalah berasal dari kerjasama antara DIY, Jateng dan Jatim. Seperti diketahui bersama, kawasan Gunung Sewu terletak di Gunung Kidul, Pacitan dan Wonogiri. Dari kerjasama tiga wilayah inilah Gunung Sewu bisa terkelola dengan baik.

“Pemda DIY dengan Pacitan dan Wonogiri telah menjalin kerjasama yang sangat luar biasa. Aturan yang dimiliki oleh tiga wilayah ini dibuat sinkron dan sustainable, sehingga geopark ini bisa dikelola dengan baik,” jelas Sri Paduka.

Menurut Sri Paduka, tiga wilayah harus sama-sama bagus. Karena jika tidak, kesejahteraan masyarakat sekitar geopark yang pertaruhkan. Setiap empat tahun sekali Tim Acessor UNESCO menguji kembali kelayakan geopark yang telah ditetapkan. Sri Paduka menyampaikan, geopark ini harus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Perkembangan dan pemberdayaan masyarakat harus tercapai.

Budi Martono menyampaikan, ada berbagai aspek yang dinilai pada perkembangan ini. Salah satunya aspek edukasi, gender, ekonomi, lingkugan hidup dan amsih banyak lagi. Geopark harus bisa dimanfaatkan untuk geotourism. Dengan begitu, tidak merusak apa yang sudah ada sehingga konservasi tetap berjalan.

Geopark bukan pariwisata biasa. Pariwisata biasa itu yang hanya melihat pemandangan indah saja tetapi caring capacitynya tidak terjaga dan lingkungan menjadi rusak,” papar Budi.

Menurut Budi, kawasan geopark harus tetap dijaga kelestariannya. Karena apabila tidak dijaga dan menjadi rusak, masyarakat sekitar yang akan menderita. Sejak ditetapkannya Gunung Sewu menjadi kawasan geopark UNESCO, kemiskinan yang sebelumnya berada di angka 22 %, turun menjadi 18 %. Dan itu menjadi penilaian yang positif di mata para accessor.  

“Data yang didapat positif, tapi beliau berdua tidak bisa memutuskan apakah kembali masuk atau tidak. Hasil ini akan dilaporkan dahulu pada sidang UNESCO September mendatang di Rinjani. Kebetulan Indonesia jadi tuan rumah,” jelas Budi.

Budi menyampaikan pihaknya siap untuk mengawal keistimewaan geopark ini. Ada banyak unsur yang harus siap mendukung penuh dan bekerjasama. Meskipun berat, namun Budi optimis Gunung Kidul, Pacitan dan Wonogiri mampu berkomitmen bersama untuk membuat nama Indoneisia di kancah dunia makin bersinar.

Jahier Lopez Coballero menyampaikan, revitalisasi dalam program ini wajib dilakukan. Senada dengan Budi, Coballero menyampaikan bahwa hasil penilaian yang didapat cukup bagus. Namun tidak bisa diputuskan langsung saat ini.

“Kami telah melihat perkembangan yang sangat bagus dan kami merekomendasikan agar pengelola lebih mengembangkan potensi yang ada di sekitar geopark,” ujar Coballero. (uk)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: