15 Agt 2019

Sadar Kebhinnekaan, Modal Sosial Bangun Peradaban Bangsa

Sleman (15/08/2019) jogjaprov.go.id - Kesadaran akan kebhinnekaan dan taat konstitusi, menjadi modal sosial berharga guna membangun peradaban bangsa Indonesia yang lebih menyatu dan bermutu. Hal ini seperti apa yang dilakukan para pendahulu bangsa ini.

Demikianlah yang diungkapkan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Kongres Pancasila XI 'Aktualisasi Pancasila dalam Merajut Kembali Persatuan Bangsa' di Balai Senat UGM pada Kamis (15/08). Menurut Gubernur DIY, para pendahulu bangsa merupakan sosok-sosok jernih tanpa pamrih yang berpikir terhadap realitas seraya bersikap positif untuk mencari jalan terbaik bagi persoalan bangsanya.

“Dengan harapan seperti itulah, saya menyambut kehadiran Bapak Wakil Presiden ke Jogja untuk kesekian kali, dalam momen-momen penting demi kemajuan bangsa. Saya yakin kehadiran Bapak Wakil Presiden yang terkenal cekatan dengan moto ‘Lebih Cepat Lebih Baik’, akan mampu menyuntikkan energi positif dan nilai tambah bagi suksesnya Kongres Pancasila XI ini,” papar Sri Sultan.

Untuk itu, Sri Sultan berharap agar seluruh rakyat Indonesia memiliki kesadaran sejarah dan tidak melupakannya, sehingga tetap bisa diingatkan untuk selalu merajut persatuan bangsa.

Dikatakan Sri Sultan, topik Orasi Kebangsaan: Pesan Persatuan Bangsa dari Jogja untuk Indonesia yang diungkapkannya Rabu (14/08) sore di UGM, ternyata ada keterpautannya dalam jiwa semangat persatuan bangsa. Esensinya, Yogyakarta setidaknya membutuhkan retrospeksi sejarah Republik Indonesia pada saat 1949.

“Dengan retorspeksi sejarah seperti itu, saya berharap agar dalam upaya merajut persatuan bangsa, semua elemen bangsa dapat berpegang teguh pada cita-cita proklamasi yang menjiwai UUD 1945 dan Pancasila yang terimplisit pada pembukaannya,” imbuh Sri Sultan.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla bertindak sebagai pembicara kunci. Ditegaskan Jusuf Kalla, Pancasila merupakan dasar negara sekaligus ideologi negara. Pancasila adalah fondasi negara yang menjadi dasar untuk meraih tujuan negara.

“Tujuan negara ialah mencapai kehidupan yang adil dan makmur. Meski memang penafsiran dan pelaksanaan Pancasila itu terkadang berbeda-beda. Dulu, pemahaman Pancasila hanya untuk memenuhi kebutuhan adminiatratif. Karena itu, saya harap Kongres Pancasila ini tidak perlu berbicara yang muluk-muluk,” paparnya.

Kalla berharap, Kongres Pancasila XI dapat menghasilkan sesuatu yang sederhana, mudah dipahami, dihayati, dan mudah diukur. Baginya, pemahaman akan Pancasila tidak perlu diperumit agar penerapannya dalam kehidupan sehari-hari bisa lebih mudah.

Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengatakan, UGM mennyambut baik momen kongres ini sebagai bagian dari panggilan dan ideologis yang telah dipikul untuk ikut membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Visi Indonesia telah tertuang dalam alinea kedua UUD 1945, bahwa perjuangan menuju kemerdekaan adalah agar seluruh rakyat Indonesia bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

“Untuk mewujudkan visi tersebut dibutuhkan kemauan dan kemampuan kita untuk bekerja sama dalam segara ragam perbedaan yang ada. Persatuan selalu menjadi kunci dalam suasana kehidupan yang diliputi perpecahan,” imbuhnya. (Rt)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: