26 Agt 2019
  Editor Agenda Kegiatan,

Tak Kenal MakaTak Sayang : Alasan Untuk Sambut Maba di Jogja

Yogyakarta (20/08/2019) jogjaprov.go.id – Yogyakarta kembali hadirkan acara "Jogja Menyapa : Ngaruhke-Ngarahke Tepung Dunung Srawung" yang diadakan di Taman Kampung Budaya kawasan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM). Event ini ditujukan kepada mahasiswa baru dari UGM tahun ajaran 2019–2020 yang dipersembahkan oleh Paniradya Kaistimewaan Yogyakarta.
Acara tersebut dihadiri Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, mewakili Gubernur DIY untuk memberikan sambutan serta menyambut langsung mahasiswa baru khususnya di FIB pada Selasa (20/08) sore.

Tidak hanya itu, pada acara ini juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., Ketua Departemen Antropologi Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.Phil., Direktur Umum BPD DIY Santosa Rohmad, Pimpinan Paniradya Pati Drs. Beny Suharsono M.Si., dan jajarannya.

Dalam sambutannya, Sri Paduka menyampaikan ucapan selamat datang di DIY kepada mahasiswa baru UGM khususnya kepada mahasiswa yang berasal dari luar wilayah DIY. Selain itu, Sri Paduka juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya untuk memilih DIY menjadi tujuan utama untuk mencari ilmu. Harapan dari Sri Paduka sendiri kepada mahasiswa baru ini untuk ikut menjaga ketertiban serta kenyamanan yang sudah terbangun sekian lamanya.


“Pepatah menyebutkan 'tak kenal maka tak sayang'. Itulah alasan kita semua hadiridisini. Tak salah apabila acara ini menyematkan tema 'Jogja Menyapa', sebuah uluk salam untuk Ngaruhke Ngarahke : Tepung Dunung dan Srawung,” jelas Sri Paduka.

Maksud dari Ngaruhke Ngarahke Tepung Dunung dan Srawung diantaranya memiliki makna tersendiri. Ngaruhke merupakan suatu bentuk ungkapan selamat datang dan menanyakan kabar. Dari kata tersebut adalah suatu bentuk keterbukaan terhadap kehadiran anda di Yogyakarta.

Ngarahke merupakan suatu tindakan untuk memberikan informasi terkait keadaan di Yogyakarta, baik adat isti adat, norma dan informasi umum lainnya. Kemudian Tepung yang memiliki arti berkenalan, dalam mencoba hidup ditempat baru tentunya menjadi kunci utama untuk langkah yang lebih baik dalam bersosial.

Selanjutnya Dunung yang memiliki arti memiliki tempat tinggal yang baru sehingga ini diminta agar mahasiswa baru dapat beradaptasi dengan tempat tinggalnya yang baru dan yang terakhir Srawung yang memiliki arti bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar.


Acara ini juga berisikan dialog interaktif dengan Pimpinan Paniradya Pati bersama dengan Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM dan Ketua Jurusan Antropologi UGM. Pada kesempatan tersebut, Beny menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk Ngarahke dan Ngaruhke sekaligus ngerawungke antara pemerintah daerah dengan seluruh akademi yang ada di UGM.

Event ini juga dimeriahkan oleh beberapa tarian tradisional nusantara seperti tarian Sumba, tarian Halmahera, tarian Aceh yang dibawakan oleh Rampoe UGM kemudian ada tarian Beksan Wanara Jogja, Semata Wayang Orkes Jarang Pulang, Traffix Jam Sastro Moeni serta yang dinanti–nantikan adalah penampilan penyanyi, Didi Kempot. Acara ini terbilang cukup sukses karen telah terbukti ramai dengan jumlah yang datang mencapai lebih dari 600 orang mahasiswa UGM maupun luar UGM. (rk)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: